Kamis, 21 Agustus 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Terjadi Lagi, Menu MBG Diduga Basi Bikin Puluhan Anak TK di Kulon Progo Diare dan Muntah-muntah

Kepala TK ABA Kasatriyan, Wates, Kulon Progo, mengaku bahwa muridnya tetap disuruh petugas SPPG untuk makan meski ditemukan sudah ada menu yang basi.

|
Penulis: Nina Yuniar
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
KERACUNAN MBG BASI - Suasana TK ABA Kasatriyan Wates, Kulon Progo, Rabu (18/06/2025). Anak-anak TK tersebut sempat mengalami diare dan muntah setelah makan MBG pada Selasa (17/6/2025). Diduga ada menu MBG yang basi. 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus dugaan keracunan akibat menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) gagasan Presiden Prabowo Subianto, kembali terjadi.

Kali ini, kasus dugaan keracunan MBG terjadi Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Kasatriyan di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Sejumlah murid TK ABA Kasatriyan dilaporkan mengalami diare hingga muntah-muntah setelah menyantap jatah MBG

Gejala keracunan makanan itu muncul diduga akibat bakmi yang menjadi salah satu menu MBG.

Kepala TK ABA Kasatriyan, Sumini, mengatakan gejala itu diketahui pada Selasa (17/06/2025) malam, saat sejumlah wali murid mengeluhkan kondisi anaknya.

"Mereka mengeluhkan anaknya mengalami diare beberapa kali dan ada yang muntah-muntah," kata Sumini saat ditemui di TK ABA Kasatriyan pada Rabu (18/6/2025), dilansir TribunJogja.com.

Baca juga: 3 Alasan SMKN 4 Yogyakarta Ogah Lanjutkan MBG: Bikin Repot Staf, Makanan Basi, hingga Siswa Trauma

Setidaknya terdapat 10 anak yang dilaporkan mengalami gejala serupa. 

Sumini lantas menduga gejala itu muncul setelah mereka sempat menyantap jatah MBG pada Selasa siang.

Mulanya, petugas dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengantarkan paket MBG untuk 70 anak TK ABA Kasatriyan sekitar pukul 08.30 WIB.

Ironisnya, pada Selasa menjadi hari pertama TK ABA Kasatriyan menerima paket MBG

Sebab Senin (16/6/2025) lalu, para murid sedang melakukan kegiatan Manasik Haji sehingga pengantaran MBG ditiadakan dan baru diterima hari Selasa.

"Begitu makanan datang, kami sempat buka dulu wadahnya untuk memeriksa kondisinya," sebut Sumini.

Begitu dibuka, Sumini bersama guru-guru lainnya langsung disambut aroma menyengat dari makanan di dalamnya. 

Salah satu lauknya yakni bakmi, kondisinya terlihat sudah "lengket-lengket", menurut para guru.

Ia dan para guru pun mencoba mencicipi bakmi tersebut dan ternyata rasanya seperti akan basi.

Mereka lalu mempertanyakan kondisi bakmi itu ke petugas.

Baca juga: Cara SMPN 35 Bandung Cegah Keracunan MBG Terulang usai 342 Siswanya Jadi Korban

Alih-alih menarik seluruh paket makanan, petugas pengantar justru meminta makanan tersebut segera dikonsumsi.

Alasannya, tidak semua bakmi basi sehingga bisa tetap dimakan.

"Ya kami mengikuti arahan petugas, sembari menyampaikan ke anak-anak untuk tidak mengonsumsi bakminya," jelas Sumini.

Anak-anak TK ABA juga mengonsumsi lauk lainnya, termasuk buah jeruk yang menjadi pendamping makanan.

Tetapi, ada pula yang tetap mengonsumsi bakminya, karena para murid menyukainya dan mereka merasa makanan tersebut tetap enak dimakan.

Barulah pada malam harinya, keluhan berdatangan dari para wali pelajar mengenai kondisi anak-anaknya.

Namun, Sumini memastikan 10 anak tersebut tidak ada yang sampai harus diopname.

"Beberapa bahkan masuk kembali hari ini, tapi ada yang tetap istirahat di rumah," ucapnya.

Sementara itu, Pur, Guru TK ABA Kasatriyan, menuturkan ada dua anak di kelasnya yang mengalami diare dan muntah-muntah.

Satu di antaranya masuk sekolah pada Rabu kemarin, sedangkan satu lagi memilih istirahat di rumah.

Pur juga mengonfirmasi ada bakmi yang kondisinya tidak layak konsumsi.

Namun, tetap ada bakmi yang masih aman untuk dikonsumsi, dan tidak ada gejala yang muncul pada mereka.

"Sempat ada informasi paket MBG kemarin mau ditarik, namun sudah terlanjur sampai di sini," ungkap Pur.

Sampel Makanan Diambil

Kejadian ini telah diketahui pihak kalurahan hingga Puskesmas Wates.

Tim Puskesmas kemudian mendatangi TK ABA Kasatriyan untuk mengonfirmasi informasi yang beredar.

Kepala Puskesmas Wates, dr. Susilo Pradyarto, mengaku belum bisa memastikan apakah gejala diare dan muntah tersebut memang berasal dari makanan MBG.

Tetapi, pihaknya akan tetap menyelidiki peristiwa ini.

"Kami akan mengambil sampel dari makanan kemarin untuk memastikan informasi yang dilaporkan," ujar Susilo.

Kasus Lain

Keracunan MBG sebelumnya juga terjadi di SMP Negeri 35 Bandung, Jawa Barat (Jabar), di mana sebanyak 342 siswa dan dua gurunya menjadi korban pada Selasa (29/4/2025) lalu.

Akibat kejadian ini, program MBG di SMPN 35 Bandung sempat dihentikan sembari menunggu hasil evaluasi Dinas Kesehatan (Dinkes), Badan Gizi Nasional (BGN), dan lainnya.

"Program MBG masih dihentikan sementara, karena masih menunggu hasil evaluasi dari pihak-pihak terkait," kata Humas SMPN 35 Bandung, Ganjar Sulandiana, saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (13/5/2025), dilansir TribunJabar.id.

Ganjar mengaku pihak SMPN 35 Bandung menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada stakeholder terkait yang mengevaluasi SPPG.

"Kami sifatnya hanya menunggu (keputusan) dari Dinkes, BGN, dan lainnya, tetapi mudah-mudahan bisa segera dimulai kembali," sebutnya.

Masih di wilayah Jabar, sebanyak 223 siswa dan guru Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor juga dikabarkan mengalami gejala keracunan makanan setelah menyantap menu MBG pada awal bulan Mei 2025 lalu.

Hasil uji laboratorium sampel menu MBG penyebab keracunan ratusan murid Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor tersebut adalah karena makanan mengandung bakteri.

Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengungkapkan bakteri yang terkandung dalam dua makanan itu yakni bakteri Coli dan Salmonela.

"Dari hasil pemeriksaan Lab kurang lebih hampir 4 hari terakhir hasilnya menunjukan beberapa bahan itu mengandung Bakteri Coli dan Salmonela," ujar Dedie Rachim kepada TribunnewsBogor.com di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Senin (12/5/2025).

Menunya yaitu telur ceplok saus barbeque dan tumis tahu tauge.

Telur itu diketahui dimasak pada malam hari dan didistribusikan kepada siswa pada siang hari.

Makanan ini dimasak di dapur Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor yang melayani 13 sekolah.

"Air juga kita periksa, kemudian juga ada pemeriksaan langsung kepada tubuh dari siswa, hasilnya sore ini. Tetapi kesimpulan sementara yang bisa kami sampaikan hari ini bahwa telah terjadi pendistribusian makanan yang mengandung bakteri Coli dan juga Salmonela," jelasnya.

Dedie Rachim lantas berharap agar ke depannya keracunan MBG tidak akan terjadi kembali di Kota Bogor.

Dapur-dapur MBG yang beroperasi di Kota Bogor juga harus memerhatikan standar operasionalnya dengan baik.

"Kita meminta SOP mya diperketat lagi dan termasuk pengawasannya. Jangan dianggap sepele hal ini. Karena ini menurut kami sesuatu yang sangat serius," pungkasnya.

Cara Cegah Keracunan MBG

PENGUJIAN MAKANAN - Polres Indramayu saat melakukan pengujian food security di Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Indramayu di Kecamatan Lohbener, Senin (16/6/2025).
PENGUJIAN MAKANAN - Polres Indramayu saat melakukan pengujian food security di Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Indramayu di Kecamatan Lohbener, Senin (16/6/2025). (Tribun Cirebon/ Handhika Rahman)

Maraknya kasus keracunan MBG yang terjadi di sejumlah daerah turut menyita perhatian aparat Polres Indramayu.

Pihak kepolisian akan terus memastikan agar pelaksanaan program MBG di Kabupaten Indramayu, Jabar, selalu berjalan lancar dan aman untuk dikonsumsi anak-anak.

Salah satu caranya dengan pengujian food security mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir.

"Kita pastikan semuanya sehat dan aman dikonsumsi anak-anak," kata Wakapolres Indramayu, Kompol Meilawaty, Senin (16/6/2025), dilansir TribunJabar.id.

Pengujian food security salah satunya dilakukan Meilawaty di Dapur SPPG Polres Indramayu di Kecamatan Lohbener.

Dalam pengujian tersebut, Meilawaty turut didampingi oleh Kasi Dokkes Polres Indramayu dan ahli gizi.

Pengujian dilakukan secara detail, terutama dari sisi kebersihan demi menjamin kehigienisan makanan yang dibuat.

Polres Indramayu juga memastikan keamanan makanan saat dikemas sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.

"Pendistribusian makanan total ada sebanyak 1.376 kotak nasi di SD Negeri 1 Pamayahan dan TK Kemala Bhayangkari 30 Indramayu," terangnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Anak-anak TK di Wates Kulon Progo Alami Diare hingga Muntah seusai Santap Bakmi MBG yang Diduga Basi

(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (TribunJogja.com/Alexander Aprita) (TribunJabar.id/Handhika Rahman/Ahmad Imam Baehaqi) (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan