Jumat, 8 Agustus 2025

Penemuan Artefak Berusia 1,5 Juta Tahun di Soppeng Ungkap Jejak Manusia Purba

Tujuh artefak batu ditemukan terkubur dalam sedimen batu pasir di tengah ladang jagung milik Pemkab Soppeng yang dikelola warga.

Editor: Eko Sutriyanto
Sanovra/Tribun Timur
ARTEFAK BATU - Tim peneliti memperlihatkan satu dari tujuh artefak batu yang ditemukan di situs Calio, Kelurahan Ujung, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Sulsel, Kamis (7/8/2025). Artefak batu ini diyakini digunakan manusia purba sekira 1,1 hingga 1,5 juta tahun lalu di kawasan Lembah Walannae. 

TRIBUNNEWS.COM, SOPPENG – Tujuh artefak batu yang diyakini berasal dari zaman Paleolitikum ditemukan di Situs Calio, Kelurahan Ujung, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. 

Temuan ini resmi dinyatakan sebagai artefak tertua yang pernah ditemukan di kawasan Wallacea yang bisa membuka perspektif baru mengenai migrasi awal manusia purba ke wilayah Indonesia timur.

Penemuan ini mendapat pengakuan internasional setelah diterbitkan dalam jurnal ilmiah bergengsi Nature (International Journal of Science) pada 6 Agustus 2025 lalu. 

Artikel berjudul “Hominins on Sulawesi During the Early Pleistocene”, yang memaparkan kemungkinan kehadiran manusia purba di kawasan Wallacea sekitar 1,1 hingga 1,5 juta tahun lalu.

Kawasan Wallacea sendiri merupakan zona biogeografi unik yang mencakup sebagian besar Indonesia tengah, termasuk Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Nama kawasan ini diambil dari naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang melakukan eksplorasi ilmiah di wilayah tersebut.

Baca juga: Karakteristik Daerah dalam NKRI, Berdasarkan Wilayah hingga Kebudayaan

Penggalian di Ladang Jagung Calio

Tujuh artefak batu ditemukan terkubur dalam sedimen batu pasir di tengah ladang jagung milik Pemkab Soppeng yang dikelola warga.

Meski penggalian dilakukan di lahan sempit berukuran hanya 3x4 meter, tim arkeolog berhasil mengangkat artefak penting yang diperkirakan berumur lebih dari satu juta tahun.

Ukuran artefak bervariasi—mulai sebesar jempol hingga setengah jengkal dengan bentuk tajam menyerupai ujung tombak, yang diduga digunakan untuk memotong daging atau aktivitas berburu.

Mematahkan Teori Lama

Temuan ini dipimpin oleh Budianto Hakim, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN serta Pusat Kolaborasi Riset Arkeologi Sulawesi (BRIN–Unhas).

Ia bekerja bersama tim berjumlah 27 orang, termasuk ahli dari luar negeri seperti Prof. Adam Brumm dari Griffith University, Australia.

Dalam konferensi pers di Museum Villa Yuliana, Soppeng, Kamis (7/8/2025), Budianto menyampaikan bahwa hasil ini menantang teori lama yang menyebut migrasi manusia purba terhenti di Jawa karena keterbatasan navigasi laut.

“Dulu kita percaya manusia purba tidak mungkin menyeberangi laut dalam antara Kalimantan dan Sulawesi. Tapi penemuan ini membuktikan sebaliknya,” tegasnya.

Ia menyebut kemungkinan manusia purba menggunakan batang kayu hanyut atau alat apung sederhana untuk menyeberang, menunjukkan kemampuan navigasi awal yang sebelumnya diragukan.

 

Menelusuri Jejak di Lembah Walannae

Penemuan artefak batu ini turut menghidupkan kembali semangat penelusuran situs purbakala di Lembah Walannae—wilayah yang membentang di lima kabupaten di Sulawesi Selatan.

Wilayah ini diketahui memiliki kekayaan alam yang dapat menopang kehidupan manusia purba.

Menurut Budianto, jejak manusia purba tertua mungkin akan ditemukan di Sulawesi.

Temuan sebelumnya seperti fosil gajah kerdil dan artefak batu di Flores dan Filipina menunjukkan kesamaan konteks arkeologis, yang menguatkan teori bahwa Wallacea, khususnya Sulawesi, merupakan jalur penting dalam migrasi hominid di Asia Tenggara.

“Temuan ini mengingatkan pada artefak di Flores dan Filipina, termasuk kemiripan dengan keberadaan gajah kerdil. Ini menguatkan hipotesis bahwa Sulawesi bukan tempat yang terisolasi, melainkan simpul penting jalur migrasi purba,” ujar Budi.

Dimulai dari Tahun 2016

Peneliti Unggul Prasetyo Wibowo, yang juga terlibat dalam penggalian, menyampaikan bahwa pencarian di situs Calio sudah dimulai sejak 2016.

Mereka melanjutkan ekskavasi tim sebelumnya yang belum membuahkan hasil.

Titik terang mulai muncul saat mereka menemukan ribuan pecahan alat batu di permukaan lahan Calio—namun karena tak terkubur dalam sedimen, usia artefak tak bisa dipastikan.

“Baru saat kami menemukan artefak yang tersedimentasi secara utuh, kami bisa mengukur usianya secara ilmiah,” jelas Unggul.

Konferensi pers turut dihadiri oleh jajaran Forkopimda Kabupaten Soppeng, termasuk Bupati Syahruddin Haseng, Wakil Bupati Selle KS Dalle, Ketua DPRD Andi Muhammad Farid, serta perwakilan BRIN dan akademisi dari Universitas Hasanuddin.

Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, menyatakan bahwa temuan ini bukan akhir, melainkan awal dari riset besar yang bisa mengubah peta sejarah manusia purba di Asia Tenggara.

Menuju Masa Depan Riset Arkeologi Wallacea

Dengan dukungan dari berbagai pihak dan semangat kolaborasi lintas institusi, para peneliti yakin bahwa misteri manusia purba di Wallacea akan terus terungkap.

Jejak-jejak mereka mungkin masih tersembunyi di balik tanah dan batu, menanti untuk ditemukan.

“Ini tidak akan berhenti sampai di sini. Penelitian akan terus berlanjut. Sulawesi akan membuka sejarahnya sendiri,” pungkas Budianto.

 Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Artefak Tertua di Wallacea Ditemukan di Soppeng, Usia Diperkirakan 1,5 Juta Tahun

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan