Transid Solo, Komunitas Literasi yang Menjembatani Mahasiswa dan Masyarakat
Namanya Transid (Sentra Transformasi Peradaban), komunitas literasi lahir 2024 mewarnai ruang-ruang belajar di berbagai taman cerdas di Kota Solo
Penulis:
timtribunsolo
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM – Di balik semarak kota budaya, ada gerakan kecil yang diam-diam menyulut perubahan besar.
Namanya Transid (Sentra Transformasi Peradaban), sebuah komunitas literasi yang lahir pada 2024 dan kini mewarnai ruang-ruang belajar di berbagai taman cerdas Kota Solo.
Pendiri Transid, Mohammad Taufiq Hassan (25), menyebut bahwa Transid sejatinya bukan sekadar wadah belajar, melainkan jembatan antara mahasiswa dan masyarakat.
“Nama Transid itu sebenarnya kiasan saja. Selain transit ke Solo untuk belajar, mahasiswa juga bisa mengajar dan mendidik di kampung, khususnya lewat taman cerdas,” ujar Hassan saat ditemui Tribunnews, Rabu (20/8/2025).
Menurut Hassan, Transid dikenal di masyarakat sebagai ruang bercerita, tempat anak-anak belajar sambil berinteraksi dengan mahasiswa.
Namun, ia menekankan bahwa usia mahasiswa di Solo terbatas rata-rata hanya 4–5 tahun, paling lama 7 tahun.
Karena itu, Transid hadir sebagai pihak ketiga atau fasilitator yang menyediakan modul dan media pembelajaran.
“Harapannya nanti di masa depan hadir gerakan di masyarakat dari masyarakat itu sendiri, yang sebelumnya dididik oleh teman-teman mahasiswa,” ungkapnya.
Rutin Menghidupkan Taman Cerdas

Setiap pekan, Transid menjalankan kegiatan Transid Mendidik di sejumlah taman cerdas seperti Karangasem, Gilingan, Kerten, Pajang, Rusun, Sumber, Panularan, dan Ilanur.
Selain program utama, Transid juga memiliki kegiatan sampingan bertajuk Ruwat Sampah, yakni mengumpulkan limbah anorganik melalui kolaborasi dengan kafe dan kemudian dijual untuk kebutuhan operasional.
“Kardus, cup, jerigen, semua kita kumpulkan. Hasilnya bisa dipakai untuk operasional kegiatan,” jelas Hassan.
Hingga kini, Transid memiliki sekitar 105 relawan aktif.
Mereka adalah mahasiswa yang direkrut melalui open recruitment setiap tiga bulan sekali.
Hassan berharap suatu hari nanti, taman cerdas bisa dikelola oleh pelajar SMA lewat wadah Forista (Forum OSIS Surakarta).
Masyarakat sendiri cukup antusias. “Kadang orang tua rela mengantar anaknya jauh-jauh ke taman cerdas, itu artinya mereka mendukung. Tapi ada juga yang biasa saja, bahkan tidak ikut mendampingi. Kita tidak memaksa, tetap kita ajak,” katanya.
Peserta kegiatan Transid adalah anak usia SD dan SMP, namun mayoritas adalah anak SD.
Setiap materi yang diberikan, misalnya tentang empati, juga dibagikan ke grup orang tua agar mereka bisa mendampingi anak-anak di rumah.
Dukungan Minim, Semangat Tak Surut

Meski dukungan dari pemerintah masih minim, Hassan tetap tersenyum menceritakannya.
“Kalau dukungan dari pemerintah tidak ada. Taman cerdas tidak ada duitnya dari pemkot atau dinas, jadi kita setiap pekan itu mengeluarkan uang sendiri. Oh, jangan tidak ada, belum ada,” katanya sambil tersenyum kecil.
Hassan menyimpan banyak harapan untuk Transid dan masyarakat Solo.
Pertama, ia ingin anak-anak dapat menginternalisasi nilai dasar seperti empati, keadilan, dan kebaikan, sebelum kemudian diajak memahami realitas sosial, ekonomi, hingga pendidikan.
Harapan kedua, seluruh taman cerdas di Solo bisa mengadopsi gerakan ini.
Ketiga, perguruan tinggi ikut terlibat secara nyata.
“Kampus di Solo banyak, ada UNS, UMS, UIN, dll. Kalau kampus banyak tapi masyarakatnya tidak pintar, berarti kampusnya harus dipertanyakan. Kampus punya kewajiban untuk mencerdaskan masyarakatnya. Jadi mahasiswa yang turun harus dikasih apresiasi, bisa berupa nilai, magang, atau KKN,” tegasnya.
Lebih jauh, Hassan ingin gagasan ini merambah ke luar Solo.
“Kalau di Solo sudah selesai, di kampus lain harapannya bisa 1 kampus 1 rumah baca. Jadi kampus tidak hanya untuk mahasiswa, tapi juga jadi tempat belajar anak-anak sekitar,” tambahnya.
Hassan menutup dengan pesan agar tulisan ini bisa menggugah semua pihak masyarakat, mahasiswa, hingga pemangku kebijakan.
“Kalau masyarakatnya cerdas, enak untuk membangun Kota Solo ini,” pungkasnya.
(mg/Rifqi Fawwaz Rijandra)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)
Sumber: TribunSolo.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.