Pembelaan Bupati Sukabumi dan Kades Balas Gubernur Dedi Mulyadi yang Murka Atas Kematian Raya
Dedi Mulyadi bereaksi keras atas kasus Raya, bocah di Sukabumi yang tewas karena cacingan, Bupati dan Kades kompak bantah kecolongan.
Penulis:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka dengan kasus meninggalnya Raya, bocah 4 tahun di Sukabumi.
Raya tewas karena cacing gelang bersarang di tubuhnya hingga mengakibatkan komplikasi berat.
Kasus infeksi cacing atau cacingan tergolong umum pada anak-anak, tapi di kasus ini sangat fatal karena keterlambatan penanganan dan penyebaran parasit yang sudah meluas ke organ vital.
Gubernur Dedi Mulyadi memberikan teguran keras kepada Bupati Sukabumi, Asep Japar yang dianggap abai terhadap warganya.
Dikatakan Dedi, meninggalnya Raya dengan kondisi dipenuhi cacing di dalam tubuhnya, tidak boleh terjadi lagi, termasuk di daerah lain.
"Bupati kami tegur, kami tegur keras. Ini tidak boleh lagi seperti itu. Sukabumi itu kan problemnya banyak, infrastrukturnya buruk, kemudian sembilan ribu rumah yang terkena gempa belum terehabilitasi. Ini diperlukan kecekatan Bupati untuk kerja keras, tidak bisa landai lagi," ujar Dedi Mulyadi, Rabu (20/8/2025).
Baca juga: Tanggapi Kasus Balita Raya, Kemenkes Klaim Dinkes Kabupaten Sukabumi Rutin Berikan Obat Cacing
Dedi Mulyadi yang juga mantan Bupati Puwakarta ini mendorong setiap Kepala Daerah proaktif terhadap warga dan lingkungannya. Menurutnya, sistem komunikasi di tingkat pemerintah Desa hingga ke kecamatan dan Bupati harus diperbaiki.
"Bukan hanya Gubernur yang proaktif. Ini kan Gubernur telepon sana sini. Nanti saya bikin koordinator kepala desa tiap kecamatan kemudian ke Bupati. Nah nanti masyarakat boleh lapor. Harus lapor ke kepala desanya," katanya.
Peristiwa yang terjadi pada Raya, kata Dedi Mulyadi, merupakan bukti tak ada perhatian dari pemerintah mulai dari tingkat RT,RW, Desa, Kecamatan hingga Kabupaten.
Kondisi itu pun membuat warga terutama Keluarga Raya bingung harus melapor ke mana, saat membutuhkan bantuan.
Dedi pun meminta agar pola komunikasi di tingkat desa diperbaiki dan berjenjang saat ada peristiwa di daerah masing-masing.
Pembelaan Bupati Sukabumi Asep Japar, Bantah Kecolongan dan Abai Atas Kasus Raya
Bupati Sukabumi Asep Japar menyampaikan duka atas meninggalnya Raya (4) akibat cacing gelang bersarang di dalam tubuhnya.
Asep Japar menepis pihaknya kecolongan dengan kasus Raya.
Menurutnya, ada peran upaya pelayanan kesehatan di lingkungannya. Hal itu berdasarkan pengakuan nenek Raya sebelum sang bocah meninggal dunia.
"Saya langsung ketemu dengan neneknya cerita itu. Bahwa kita tidak diam, bahkan itu masih saudaranya kepala desa, termasuk kepala desanya punya bidan juga di sana. Jadi itu tidak dibiarkan, hadir di sana," ungkap Asep.
Baca juga: Dokter Ungkap Keparahan Kondisi Raya Alami Cacingan, Infeksi Sudah Menyebar ke Paru-paru dan Otak
Ia pun menepis informasi di media sosial yang menyebut pemerintah luput.
"Jadi bukan seolah-olah di berita itu bahwa pemerintah itu tidak hadir, dan saya sudah menegaskan kepada seluruh perangkat daerah termasuk kecamatan, desa, dan rw rt, kita harus betul-betul kedepan itu melayani masyarakat dengan baik karena kita sebagai pelayanan publik," tutupnya.
Raya, kata Asep, memiliki latar belakang keluarganya yang mengalami keterbelakangan mental.
"Jadi memang kedua orang tuanya punya kekurangan terutama dari sumber daya manusia (SDM) juga dari segi mentalnya memang dia agak terganggu," ucapnya.
Keterbelakangan mental ibu dan ayahnya, lanjutnya, akhirnya berdampak buruk pada perkembangan Raya.
"Jadi intinya pola asuh yang salah, sehingga anak telantarkan, mungkin anak main dimana saja. Termasuk apa yang cerita di medsos," tutur Asep.
Kondisi keluarga Raya tak kalah prihatin. Raya adalah anak dari Udin (32) yang diduga menderita Tuberkulosis atau TBC, penyakit disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru-paru, bahkan hingga tulang.
Sementara, ibu Raya bernama Endah (38) mengalami gangguan jiwa atau ODGJ.
Setelah berjuang seumur hidupnya melawan penyakit karena cacing yang bersarang di tubuhnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.
Kini orangtua Raya sudah diberikan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Welas Asih.
Kades Wardi Sutandi Ngaku Sudah Bantu dan Kontrol Kondisi Keluarga Raya
Kades Wardi Sutandi pun mengakui bahwa Raya adalah warga desanya.
Ia juga tahu kondisi penyakit yang orang tua Raya alami sehingga tidak bisa merawat anak sebagaimana seharusnya.
"Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya," kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekawan Cibadak, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Ironi Negeri Ini: Kisah Pilu Raya dan Gaji Wakil Rakyat Rp 120 Juta
Menurut Wardi Sutandi, Raya memang kerap hidup dalam kondisi yang tidak sehat seperti bermain di bawah kolong rumah bersama ayam.
Sepengetahuannya, Raya dan kakaknya yang masih berusia 7 tahun kerap berada di bawah pengasuhan sanak saudaranya.
Kendati demikian, karena pola hidup yang tidak terkontrol dan minimnya pengawasan, Raya akhirnya menderita penyakit dan meninggal dunia.
Wardi mengaku kerap mengontrol kondisi keluarga Raya dan memberi sedikit rezeki untuk mereka.
"Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orang tuanya enggak bisa kerja juga," tutur Wardi Sutandi.
"Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu, untuk Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (yang mengalami keterbelakangan mental)," tegas Wardi.
Wardi menerangkan, Raya sempat mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru.
Namun, karena keluarganya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan BPJS, pengobatan Raya mengalami kendala.
"Dia punya penyakit demam kemudian diperiksa ke klinik puskesmas terdekat, ternyata dia punya penyakit paru. Udah gitu (keluarga) dia gak punya KK KTP sama sekali, desa tidak urus alhamdulillah," tutur Wardi Sutandi.
Wardi menuturkan bahwa pihak desa hanya mengetahui bahwa Raya dijemput oleh yayasan sosial memakai ambulans.
"Cuman setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans," ungkap Wardi.
"Pemerintah desa sudah tahunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan Puskesmas," jelas dia.
Baca juga: Cacing Masuk ke Dalam Tubuh Manusia Lewat Sayur yang Tak Dicuci Bersih dan Ikan Mentah
Setelah kabar mengenai penyakit parah Raya menyebar, ia dirawat selama sekitar sembilan hari dengan bantuan filantropi tersebut.
Sayangnya, Raya dikabarkan meninggal dunia pada 22 Juli 2025.
"(Raya dikabarkan meninggal) saya kumpul, dan mayat tersebut datang. Dikuburkan malam hari," jelas Wardi.
Kronologi Singkat Kasus Raya
Tragedi meninggalnya Raya (4), bocah asal Kabupaten Sukabumi, akibat infeksi cacing gelang yang telah menyebar ke organ vitalnya menjadi catatan penting semua pihak.
Kisah Raya yang viral di media sosial setelah diunggah oleh yayasan kemanusiaan bukan sekadar tragedi personal.
Ia menjadi representasi dari ribuan anak yang hidup dalam kondisi tak layak di pelosok negeri.
Foto tubuh kecil yang tak sadar, dengan alat bantu pernapasan, menjadi potret bisu ketidakadilan yang terlalu sering kita lihat tapi jarang benar-benar kita tanggapi.
Kini Raya telah pergi, namun kisahnya seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi dan perubahan dari pembuat kebijakan, penyedia layanan, hingga masyarakat umum.
Kasus Raya ini adalah kasus meninggalnya seorang balita bernama Raya (4 tahun) di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Ia meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing, bahkan hingga ke organ vital seperti otak.
Saat dirawat di ICU RSUD R Syamsudin SH Sukabumi, cacing-cacing itu bahkan sampai keluar lewat mulut dan hidung.
Berikut adalah kronologi singkat kasus tersebut:
Kondisi Raya: Raya diketahui hidup dalam lingkungan yang tidak layak bersama kedua orang tuanya yang diduga mengidap gangguan jiwa (ODGJ).
Rumahnya berbentuk panggung dan bagian bawahnya merupakan kandang ayam, yang diduga menjadi sumber infeksi cacing.
Ditemukan Relawan: Raya ditemukan dalam kondisi kritis oleh tim relawan pada 13 Juli 2025 dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH, Kota Sukabumi.
Perawatan: Selama di rumah sakit, tim medis mengeluarkan cacing dari tubuh Raya, termasuk cacing gelang sepanjang 15 cm yang keluar dari hidungnya. Cacing-cacing tersebut juga ditemukan di kemaluan dan anusnya.
Hasil CT Scan menunjukkan cacing sudah menyebar hingga ke otak.
Kematian: Setelah dirawat selama 9 hari, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.
Pihak rumah sakit menyatakan Raya terlambat dibawa ke rumah sakit sehingga penanganan medis menjadi sangat sulit.
Reaksi Publik: Kasus ini viral dan menimbulkan kemarahan publik.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bahkan mengancam akan memberikan sanksi kepada aparat desa setempat karena dianggap lalai dalam mengurus warganya.
Dokter Baru Temukan Kasus Seperti Ini
Ketua Tim Penanganan RSUD R Syamsudin SH, Dokter Irfan Nugraha mengatakan, penyakit infeksi cacing pada anak-anak memang sering ditemukan.
Kebanyakan kasus masih bisa ditangani jika terdeteksi lebih awal. Namun lain halnya untuk Raya.
"Dalam kasus ini, infeksi sudah menyebar ke paru-paru dan otak. Cacing ditemukan keluar dari hidung, artinya dia sudah mencapai saluran napas atau pencernaan bagian atas," kata Irfan, Rabu (20/08/2025).
Sepengalaman dan penanganan tim medis RSUD Syamsudin SH, Irfan menyebut belum menemukan kasus yang menimpa Raya.
Begitu juga sangat jarang ditemukan. Biasanya infeksi cacing cepat tertangani dan diketahui levelnya.
"Sejauh saya berdinas di Bunut 3 tahun itu baru pertama kali sampai se-complicated itu. Maksudnya sampai kondisinya paling berat dan terlambat dibawa," ujarnya.
"Tapi kalau yang sampai komplikasi berat seperti ini bisa kehitung jari. Kebetulan saat saya di bunut belum pernah ketemu," tutur Irfan.
Baca juga: Iin Achsien, Sosok di Balik Viralnya Raya, Balita di Sukabumi yang Meninggal akibat Cacingan Ekstrem
Ia berharap kasus yang menimpa Raya tidak kembali terjadi menimpa siapa pun.
Masyarakat diharapkan dapat menjaga kesehatan anak-anak dari kondisi lingkungan.
"Jadi ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan. Kita memotong transmisi siklus hidup cacingnya karena dia bergantung bisa hidup kalau ada tanah artinya kita harus mengantisipasi segala sesuatu hal yang kontak langsung dengan tanah," ungkapnya.
"Contoh kalau kita main di luar terutama anak kecil itu harus dikasih alas kaki. Trus kalau tangannya kotor kita harus perhatiin juga sebagai orang tua kita harus mengawasi apakah ternyata ada kontaminasi telur cacing atau gimana itu kan yang mengkhawatirkan," tambahnya.
Kemudian kalau misalnya masak daging atau tumbuhan sayur, kata Irfan harus betul-betul matang.
"Maka telur-telurnya akan mati kalau dimasak dengan matang. Jadi hal-hal yang paling sederhana itu paling utama cuci tangan dengan higenis," tutupnya.(*)
(tribun network/thf/TribunJabar.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.