Senin, 6 Oktober 2025

Mushola Ambruk di Sidoarjo

Update Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny: 37 Korban Meninggal, Salah Satunya Dalam Kondisi Tak Utuh

Hingga Minggu (5/10/2025) siang total korban meninggal yang berhasil dievakuasi berjumlah 37 orang.

|
Editor: Dewi Agustina
Tribun Jatim Network/M Taufik
PONPES AMBRUK - Bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk, Senin (29/9/2025) sore. Hingga Minggu (5/10/2025) siang total korban meninggal yang berhasil dievakuasi berjumlah 37 orang. Dari 37 korban yang ditemukan itu, salah satunya berupa anggota tubuh yang tidak utuh atau body part.  

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Jumlah korban meninggal dunia akibat ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur terus bertambah.

Hingga Minggu (5/10/2025) siang total korban meninggal yang berhasil dievakuasi berjumlah 37 orang.

Baca juga: Update Korban Robohnya Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 26 Orang Meninggal, 38 Masih Pencarian

Dari 37 korban yang ditemukan itu, salah satunya berupa anggota tubuh yang tidak utuh atau body part. 

"Sementara untuk hari ini total 11 korban yang diekstraksi pada proses evakuasi hari ketujuh," kata Direktur Operasi BNPB, Laksamana TNI Yudhi Bramantyo mengutip Kompas.com, Minggu. 

Laksamana TNI Yudhi Bramantyo mengatakan Tim SAR gabungan berhasil menemukan tiga korban meninggal dunia di dalam runtuhan musala Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo pada hari ketujuh pencarian, Minggu (5/10/2025). 

 

 

Tiga jenazah yang ditemukan berada di sektor A3 dan A4 pada pukul 02.37 WIB, 03.00 WIB, dan 03.24 WIB. 

Sementara itu dari 37 jenazah yang ditemukan, baru delapan jenazah yang berhasil teridentifikasi oleh tim DIV Polda Jatim

Tiga dari delapan jenazah tersebut adalah:

  1. Firman Nur (16), warga Tembok Lor Surabaya; 
  2. Muhammad Azka Ibadurrahman (13), warga Kenjeran, Surabaya 
  3. Daul Milal (15), warga Sidokapasan Surabaya. 

Baca juga: Sosok Dokter Aaron, Amputasi Lengan Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny demi Selamatkan Nyawa

Sementara itu, 29 orang lainnya masih dalam proses identifikasi.

Identifikasi dilakukan melalui gigi, medis, sidik jari, serta properti yang cocok dengan data Ante Mortem. 

"Sampai hari ini tim gabungan berhasil mengidentifikasi delapan dari 17 jenazah dan satu body part yang ditemukan," ungkap Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol Mohammad Khusnan Marzuki. 

Proses identifikasi ini masih terus berlangsung dengan melakukan pendalaman data ante mortem dan post mortem. 

 

ALAT BERAT - (Kiri) Alat berat akhirnya digunakan untuk mengevakuasi para korban robohnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis, (2/10/2025).
ALAT BERAT - (Kiri) Alat berat akhirnya digunakan untuk mengevakuasi para korban robohnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis, (2/10/2025). (Tribun Jatim)

 

Secara keseluruhan, selama proses evakuasi yang telah berlangsung selama tujuh hari, sebanyak 141 orang telah terevakuasi. 

Rinciannya, 104 orang selamat dan 37 orang dinyatakan meninggal dunia. 

Berikut daftar korban meninggal dunia yang berhasil teridentifikasi: 

  1. Maulana Ibrahimific (15) warga Bangkalan berdomisili di Surabaya 
  2. Mashudul Haq (14), asal Surabaya 
  3. Muhammad Sholeh (22), asal Bangka Belitung 
  4. Rafi Catur Okta Mulya (17), warga Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya 
  5. Mochammad Agus Ubaidillah (14), warga Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya 
  6. Firman Nur (16), warga Tembok Lor Surabaya 
  7. Muhammad Azka Ibadurrahman (13), warga Kenjeran, Surabaya 
  8. Daul Milal (15), warga Sidokapasan Surabaya 

Sosok 2 Santri Ditemukan dalam Posisi Sujud

Muhammad Agus Ubaidillah (14) ditemukan oleh tim SAR gabungan pada urutan kelima pada pencarian hari Selasa.

Santri kelas 3 SMP ini ditemukan meninggal dunia dalam sujud, karena tengah menunaikan ibadah salat Ashar saat peristiwa terjadi, Senin (29/9/2025).

Hal ini diungkap ayahnya, Ahmad Faiz, berdasarkan temuan luka pada jenazah putranya.

"Yang memar itu ya yang bagian mulut sama hidung. Itu yang menandakan Mas Agus dalam keadaan sujud terakhir kali ini," ujar Ahmad saat wawancara dengan SURYA.CO.ID.

Ahmad mengatakan Agus Ubaidillah merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Di mata keluarga, Agus dikenal sebagai sosok periang, jenaka, dan suka bercanda.

Bahkan di akhir-akhir hidupnya, sifat Agus cenderung lebih tenang.

"Kalau dibilang hanya senyum. Kalau disuru-suruh, kalau dimarahi, kalau keliru, kalau di (marahi) tahu-tahu senyum," kenang sang ayah.

Ia juga dikenal lebih sering senyum ketika dilarang bermain atau ditegur.

Sebagai santri, remaja yang hobi makan ayam goreng ini dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi kebersamaan.

"Katanya kalau sudah dikirim itu sudah dimakan bersama," tutur Ahmad Faiz.

Ahmad juga menunjukkan kebiasaan putranya yang suka berbagi makanan kepada teman-temannya.

Ahmad pun menepis adanya isu yang menyebutkan adanya metode hukuman berupa kegiatan mengecor (konstruksi) bagi santri yang terlambat atau melanggar.

Ia menegaskan, tugas utama para santri adalah belajar, mengaji, salat rutin, dan beribadah.

Daul Milal

Selain Agus, santri bernama Daul Milal (18) juga ditemukan meninggal dunia dengan posisi sujud.

Sang ayah, Ahmad Rofiq (49) mengaku ikhlas atas kepergian putranya itu karena dalam kondisi tengah menuntut ilmu di pesantren.

"Kami ikhlas. Karena Daul Milal lagi menuntut ilmu. Cari ilmu. Terus saya dengar dari teman-temannya, (meninggal) waktu sholat. InsyaAllah sahid," ujarnya kepada SURYA.CO.ID. 

Ia menceritakan momen terakhir pertemuan dengan sang anak. 

Daul Milal sempat menghabiskan momen liburan Maulid Nabi Muhammad SAW di rumah. 

Selama di rumah, Milal tak menunjukkan gelagat aneh dan beraktivitas seperti laiknya pemuda seusianya.

Ia bermain bersama teman-teman di sekitar rumah.  

"Saat maulid bulan lalu ketemu terakhir, dia pulang ke rumah ketemu kami dan temannya. Milal, anaknya. Dia senang main 'terbangan' Hadroh. Akhirnya ikut hadrah itu," katanya. 

Hobi bermain hadroh kemudian dilanjutkan Milal ketika menempuh pendidikan di Ponpes Al Khoziny.

Rofiq menyebutkan, anaknya itu juga tergabung dalam kelompok pegiat kesenian musik Hadroh di dalam atau di luar lingkungan ponpes. 

Bahkan, Minggu (28/9/2025) atau sehari sebelum kejadian runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny, Milal bersama kelompok kesenian Hadroh sempat menghadiri undangan penampilan di luar area ponpes. 

"Kemarinnya, katanya masih tampil, besoknya pas sholat ashar itu kejadian. Jadi hari Minggu sempat tampil. Hari Minggunya sempat tampil, kata teman-teman yang masih hidup. Di acara Mauludan, tapi ikut hadrahnya pondok," ungkapnya. 

Sementara sebagai anak, Milal dikenal sebagai sosok penurut, pendiam dan cekatan. Dia bahkan tak pernah membantah perintah orang tua.

"Milal gak banyak ngomong. Memang apapun yang diperintahkan orang tua itu menurut. Gak neko beko. Gak ngomong," terangnya. 

Rofiq kemudian menceritakan momen putranya memilih sekolah di pesantren.

"Saya sudah pernah tanya; mau sekolah negeri atau swasta. Dia Jawab; wes aku mondok saja. Iya kalau di rumah dia nurut, tapi kalau di pondok aktif kegiatan, dia," pungkasnya. 

Penulis: Arum Puspita

Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Sosok 2 Santri Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Ditemukan Tewas dalam Kondisi Sujud

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved