Dugaan Siswa SD Tewas Dirundung di Wonosobo Disorot Disdikpora, Pihak Sekolah Membantah
Polres Wonosobo ekshumasi makam siswa SD TA (9) untuk autopsi, usut dugaan perundungan usai upacara Hari Kesaktian Pancasila. Pihak sekolah membantah
TRIBUNNEWS.COM - Polres Wonosobo melakukan ekshumasi atau pembongkaran makam siswa kelas 3 SD berinisial TA (9) yang meninggal pada Selasa (7/10/2025).
Ekshumasi dilakukan pada Kamis (9/10/2025) setelah keluarga korban menyetujui proses autopsi.
Autopsi bertujuan mengungkap penyebab kematian serta kondisi korban sebelum meninggal.
Keluarga korban yang tinggal di Dusun Jambusari, Kertek, Wonosobo melaporkan dugaan perundungan karena korban mengeluh sakit perut sepulang sekolah pada Rabu (1/10/2025).
Dugaan perundungan dilakukan teman korban setelah upacara Hari Kesaktian Pancasila.
TA sempat dirawat intensif di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo, namun nyawannya tak tertolong.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Wonosobo meminta klarifikasi dari pihak sekolah terkait dugaan perundungan.
Koordinator Wilayah (Korwil), Disdikpora Wonosobo, Musofa, menerangkan kepala sekolah hingga guru-guru membantah adanya perundungan setelah upacara Hari Kesaktian Pancasila.
Dalam kesaksiannya, para guru menerangkan sekolah sedang direvitalisasi sejak Agustus 2025 hingga Oktober 2025.
TA disebut tak hadir dalam upacara Hari Kesaktian Pancasila karena sakit dibuktikan dengan lembar presensi serta chat dari orang tua.
"Di rekaman CCTV juga tidak terlihat yang bersangkutan karena memang tidak masuk sekolah," ungkapnya, dikutip dari TribunJateng.com.
Baca juga: Pesan Terakhir Siswa SD di Wonosobo sebelum Meninggal usai Dipukul Teman Sekelas
Tim tambahan dibentuk untuk meminta keterangan orang tua korban, lurah serta pihak-pihak terkait.
"Kami ingin memastikan kebenaran informasi yang beredar. Harapan kami, tidak terbukti ada praktik bullying di sekolah tersebut," sambungnya.
Ia menambahkan TA sering izin sekolah karena kondisi kesehatan.
Pihak sekolah juga tak pernah mendapat laporan adanya perkelahian siswa.
"Kalau anak sakit, itu kondisi yang harus dimaklumi. Tidak bisa dipaksakan untuk tetap masuk sekolah," tandasnya.
Musofa turut menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya TA.
"Mudah-mudahan, kepergian ananda TA menjadi wasilah bagi kebaikan orangtuanya," katanya.
Baca juga: Siswa SD di Wonosobo Diduga Jadi Korban Bullying, Meninggal Saat Dirawat di Rumah Sakit
Kata Ayah Korban
Ayah korban, Dedi Handi Kusuma (34), menerangkan anaknya pulang dari sekolah dalam kondisi lemah dan mengeluh sesak napas.
"Anak saya bilang, dipukul di bagian perut. Anak saya ngeluh sakit, sesak napas," ungkapnya.
Korban sempat dibawa ke dokter, tapi kondisinya tak kunjung membaik.
Setelah dibawa ke rumah sakit, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya cairan di paru-paru korban.
Dedi mengaku mendengar cerita dari anaknya yang dipukul teman sekelas.
"Anak saya bilang, yang mukul satu orang, tapi ada yang bilang ada yang memegang bahkan ada yang bilang anak saya sampai pingsan," lanjutnya.
TA mengalami trauma dan ingin pindah sekolah akibat perundungan yang dialaminya.
Pihak sekolah belum memberi keterangan terkait peristiwa yang dialami anaknya.
"Saya tanyain ke pihak sekolah, enggak ada yang tahu. CCTV juga saya belum lihat," tukasnya.
Sebagian artikel telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Disdikpora Wonosobo Bentuk Tim, Dalami Dugaan Kekerasan hingga Tewaskan Siswa SD di Kertek
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJateng.com/Imah Masyitoh/Yayan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.