Berita Viral
3 Fakta Bayi Diduga Dianiaya di Garut: Kakek Yakin Cucunya Diduga Dipukul, KPAI Tak Temukan Trauma
Inilah kumpulan fakta terkait viralnya kondisi balita di Garut yang diduga dianiaya. Ibu korban sebut anaknya menderita penyakit genetik dari lahir
Ringkasan Berita:
- Viral di media sosial, seorang balita berinisial SA (2) di Garut diduga diananiaya
- Kakek korban yakin cucunya mendapat penganiayaan dan meminta pelaku dihukum berat.
- Namun ibu SA menyebut bahwa luka lebam yang muncul karena adanya penyakit genetik
- KPAID Jabar juga memastikan SA tak memiliki trauma terhadap terduga korban
TRIBUNNEWS.COM - Viral di media sosial, seorang bali mengalami lebam di bagian wajahnya yang diduga dianiaya.
Peristiwa tersebut menimpa balita berusia dua tahun berinisial SA di Garut, Jawa Barat.
Kakek korban yakin cucunya mengalami luka lebam karena dianiaya.
Sementara ibu SA membantah ada aksi penganiayaan terhadap anaknya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Jawa Barat pun tak menemukan adanya indikasi penganiayaan karena kondisi psikologis SA baik-baik saja.
Berikut ini sejumlah fakta yang dirangkum Tribunews.com, atas kasus dugaan penganiayaan balita di Garut:
1. Kakek Korban Minta Pelaku Dihukum Setimpal
Video yang memperlihatkan kondisi SA pun dengan cepat menyebar di media sosial.
Pemerintah setempat dan anggota polisi pun langsung bertindak dengan membawa SA ke rumah sakit untuk diperiksa.
Dari hasil pemeriksaan, terdapat retak tulang di bagian tangan, kaki, dan lebam di matanya.
Kakek korban pun yakin bahwa cucunya diduga dianiaya.
"Iya ini ada dugaan (penganiayaan) tapi kami belum tahu siapa pelakunya," ujar kakek korban Piat Haris kepada Tribunjabar.id, Selasa (12/11/2025).
Ia menuturkan, tak mungkin wajah cucunya lebam kalau tidak dianiaya.
Baca juga: Di Balik Viral Balita Garut Diduga Dianiaya, Ibu Beri Bantahan, KPAID Tak Temukan Tanda Kekerasan
"Tapi kan tak mungkin anak wajahnya bengkak, tangan retak kaki retak kalo bukan penganiayaan," ungkapnya.
Selain berharap cucunya cepat sembuh, Piat Haris juga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya.
"Jangan sampai terulang lagi. Harus dihukum seberat-beratnya, setimpal dengan perbuatannya," ucapnya.
2. Ibu Korban Bantah Ada Penganiayaan
Sementara itu, Indah Marliantini (23) selaku ibu korban bahwa tak ada yang menganiaya anaknya.
Ia menuturkan, SA mengidap penyakit genetik langka bernama Osteogenesis Imperfecta atau IO.
Sebelum viral, Indah juga sempat membawa SA ke rumah sakit untuk diperiksa.
Keterangan dari dokter, tulang SA rapuh dan mudah patah akibat kelainan bawaan.
"Diagnosis kata dokter anak saya mengidap penyakit OI (Osteogenesis Imperfecta)," ujar Indah saat ditemui Tribunjabar.id.
Sebelum viral, anaknya kerap mengalami nyeri mendadak tanpa sebab yang jelas.
Bahkan, kadang muncul lebam di pipi, tangan bengkak, hingga luka ringan di wajah.
Kondisi tersebut kerap muncul setelah anaknya bangun tidur atau saat demam pada malam hari.
Namun, apa yang dialami SA bisa sembuh sendiri tanpa adanya bantuan medis.
"Itu kalo lagi kepicu (kambuh) anak ini memang suka megangin lukanya, lagi sariawan juga dikorek-korek sama tangannya, karena aktif anaknya," ungkapnya.
Indah menuturkan, SA sempat dibawa ke pengobatan alternatif dan dinyatakan tak ada tulang yang retak.
Namun, setelah dilakukan pengobatan medis di rumah sakit, baru diketahui ada patah tulang ringan yang dialami SA.
Baca juga: Kondisi Balita Korban Kekerasan di Garut, Dokter Sebut Keajaiban karena Korban Masih Hidup
Meski begitu, tiga minggu setalah pemeriksaan, SA sudah aktif kembali.
Indah juga memastikan bahwa kebutuhan asupan gizi anaknya tetap terjaga dan tak ada perlakuan kasar dari pihak keluarga.
"Kalo itu (alergi) makanan engga ya, karena saya pantau terus makanannya saya yang kasih langsung," ucapnya.
3. KPAID Tak Temukan Adanya Penganiayaan
Ketua Forum KPAID Jabar, Ato Rinanto juga mengatakan bahwa secara kasat mata, tak ada tanda-tanda kekerasan atau trauma pada SA.
Dari hasil asesmen sementara justru mengarah bahwa kondisi SA adalah kelainan genetik.
KPAID Jabar juga mengunjungi rumah orang tua SA untuk memastikan kondisi balita tersebut.
Saat bertemu SA, pihak KPAID tak menemukan indikator adanya aksi kekerasan.
Menurut Ato Rinanto, salah satu adanya indikasi tak adanya kekerasan adalah psikologis anak nampak tenan dan mampu berinteraksi dengan baik tanpa menunjukkan adanya trauma seperti korban kekerasan.
"Kami menemukan bahwa dari hasil asesmen yang kami lakukan hari ini, kami secara kasat mata tidak menemukan terjadinya kekerasan pada anak," ujar Ato Rinanto, dikutip dari TribunJabar.id.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Viral di WA: Balita 2 Tahun di Garut Ditemukan dengan Retak Tulang & Wajah Bengkak, Diduga Dianiaya
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Sidqi Al Ghifari/Jaenal Abidin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.