Jumat, 12 September 2025

Peneliti Temukan Spesies Baru Katak Beracun di Hutan Amazon

Katak beracun, merupakan nama umum dari sekelompok katak dalam keluarga Dendrobatidae yang merupakan katak asli Amerika Tengah

Current Biology
Ilustrasi katak beracun 

TRIBUNNEWS.COM - Ahli herpetologi asal Peru, Shirley Jennifer Serrano Rojas, menemukan spesies baru katak beracun di tepian sungai dalam wilayah Cagar Biosfer Manú, di pedalaman Hutan Amazon, Peru.

Spesies dengan tubuh berwarna hitam dengan dua garis oranye ini diberi nama Ameerega shihuemoy.

Katak beracun, merupakan nama umum dari sekelompok katak dalam keluarga Dendrobatidae yang merupakan katak asli Amerika Tengah dan Selatan.

Warna cerah yang mencolok pada kelompok katak beracun berfungsi sebagai tanda peringatan bagi predator, bahwa katak ini berbahaya jika dimangsa.

Amfibi ini sering disebut katak panah oleh pribumi indian akibat penggunaan sekresi beracun mereka untuk meracuni ujung panah.

Namun di sisi lain, alasan para ahli herpetologi tertarik untuk mempelajari katak panah lebih dari sekedar racunnya. 

“Katak beracun punya cara unik dalam membesarkan anak-anaknya. Tak seperti kebanyakan katak jantan yang meninggalkan betinanya setelah bertelur, katak beracun jantan akan tetap berada di sekitar telur-telur dan menjaganya,” ungkap ahli biologi evolusioner, Kyle Summers dari East Carolina University.

Summers melanjutkan, sang calon ayah ini memastikan telur-telur tetap terhidrasi dan terbenam dalam air.

Mereka kemudian akan memindahkan berudu ke kolam-kolam air kecil, sementara sang ibu akan meletakkan lebih banyak telur, untuk dihidangkan sebagai makanan bagi anak-anaknya yang tengah bertumbuh.

Berpacu dengan waktu

Sudah bukan rahasia lagi bahwa bagian hutan hujan Amazon terus menghilang tiap tahun akibat aktivitas manusia.

Ini berarti para ilmuwan seperti Serrano Rojas harus berpacu dengan waktu untuk menemukan dan mendeskripsikan spesies-spesies baru sebelum mereka musnah.

Cagar Biosfer Manú merupakan salah satu upaya pemerintah Peru untuk melindungi keanekaragaman hayati di negaranya.

Cagar biosfer itu mencakup taman nasional dan beberapa area perbatasan yang berfungsi sebagai daerah penyangga. Di daerah penyangga inilah Serrano Rojas pertama kali mendengar suara Ameerega shihuemoy, hingga berujung pada penemuannya.

“Ini penemuan menarik, tetapi spesies tersebut terancam oleh kepunahan dan akan semakin parah jika kita tidak membuat rencana konservasi,” katanya.

(Lutfi Fauziah. Sumber: Carrie Arnold/National Geographic)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan