Selasa, 19 Agustus 2025

Virus Corona

Wanita dengan HIV Terpapar Covid-19 selama 216 Hari, Virus di Tubuhnya Bermutasi Setidaknya 30 Kali

Seorang wanita dengan HIV terinfeksi virus corona selama 216 hari, di mana virus tersebut bermutasi setidaknya 30 kali dalam tubuhnya

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
Guillem Sartorio / AFP
Dua perawat terlihat di sebelah mesin yang memeriksa kadar oksigen seorang pasien yang terinfeksi COVID-19 di bangsal nomor 20 Rumah Sakit Tembisa di Tembisa, Afrika Selatan pada 2 Maret 2021. Seorang wanita dengan HIV terinfeksi virus corona selama 216 hari, di mana virus tersebut bermutasi setidaknya 30 kali dalam tubuhnya 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita dengan HIV terinfeksi virus corona selama 216 hari, di mana virus tersebut bermutasi setidaknya 30 kali dalam tubuhnya, menurut sebuah studi terbaru.

Laporan studi tersebut, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, diterbitkan dalam bentuk pracetak di medRxiv pada hari Kamis (3/6/2021) .

Wanita yang tidak disebutkan namanya itu diidentifikasi sebagai wanita berusia 36 tahun yang tinggal di Afrika Selatan.

Virus-virus corona dalam tubuhnya mengumpulkan 13 mutasi pada protein lonjakan, yang diketahui membantu virus lolos dari respons imun, dan 19 mutasi lain yang dapat mengubah perilaku virus.

Tidak jelas apakah mutasi yang dibawanya diturunkan ke orang lain, Los Angeles Times melaporkan.

Baca juga: Mutasi Baru Covid-19 Terdeteksi di Vietnam, Diyakini Kombinasi dari Varian India-Inggris

Baca juga: Pasien Covid-19 di India Pulang ke Rumah setelah Dinyatakan Meninggal, Keluarga Kaget

Dua perawat terlihat di sebelah mesin yang memeriksa kadar oksigen seorang pasien yang terinfeksi COVID-19 di bangsal nomor 20 Rumah Sakit Tembisa di Tembisa, Afrika Selatan pada 2 Maret 2021.
Dua perawat terlihat di sebelah mesin yang memeriksa kadar oksigen seorang pasien yang terinfeksi COVID-19 di bangsal nomor 20 Rumah Sakit Tembisa di Tembisa, Afrika Selatan pada 2 Maret 2021. (Guillem Sartorio / AFP)

Beberapa mutasi terlihat dalam varian yang menjadi perhatian, seperti:

- Mutasi E484K, yang merupakan bagian dari varian Alpha (B.1.1.7, yang pertama kali ditemukan di Inggris).

- Mutasi N510Y, yang merupakan bagian dari varian Beta (B.1.351, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan).

"Jika lebih banyak kasus seperti itu ditemukan, ada kemungkinan bahwa infeksi HIV dapat menjadi sumber varian baru hanya karena pasien dapat membawa virus lebih lama," ungkap penulis studi Tulio de Oliveira, seorang ahli genetika di University of KwaZulu-Natal di Durban kepada LA Times.

"Tapi itu mungkin pengecualian, karena infeksi yang berkepanjangan membutuhkan immunocompromise yang parah," ujar Dr. Juan Ambrosini, seorang profesor penyakit menular di University of Barcelona, kepada Insider.

Memang, wanita dalam studi kasus itu mengalami imunosupresi.

"Temuan ini penting untuk pengendalian COVID-19 karena pasien ini dapat menjadi sumber penularan dan evolusi virus yang berkelanjutan," kata Ambrosini.

Pasien imunosupresi dapat membawa virus corona lebih lama daripada yang lain

Kasus ini bisa dengan mudah luput dari perhatian, kata de Oliveira kepada LA Times.

Pasalnya, setelah wanita itu dirawat di rumah sakit karena gejala awalnya, dia hanya menunjukkan gejala ringan COVID-19.

Padahal, ia masih memiliki virus corona, kata de Oliveira.

Baca juga: WHO: Vaksinasi Anak-anak Bukan Prioritas Tinggi di Tengah Kekurangan Pasokan

Baca juga: WHO Ganti Nama Varian Covid-19 dengan Huruf Yunani untuk Hindari Stigmatisasi terhadap Suatu Negara

Para ilmuwan dapat menemukan kasus ini karena wanita tersebut terdaftar dalam penelitian terhadap 300 orang dengan HIV untuk melihat respons kekebalan mereka terhadap COVID-19.

Para peneliti juga menemukan bahwa empat orang lain dengan HIV telah membawa virus corona selama lebih dari sebulan.

Beberapa pasien yang mengalami imunosupresi karena alasan lain terlihat membawa virus corona untuk waktu yang lama, kata Ambrosini kepada Insider.

Misalnya, katanya, ada laporan kasus orang dengan transplantasi ginjal yang dinyatakan positif Covid-19 selama hampir satu tahun.

Temuan ini bisa menjadi sangat penting bagi Afrika, yang memiliki sekitar 26 juta orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2020.

WHO pada hari Jumat memperingatkan bahwa peningkatan tajam dalam kasus COVID-19 dapat berubah menjadi gelombang ketiga COVID-19 di seluruh benua.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar virus corona

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan