Senin, 29 September 2025

Fenomena Astronomi di Bulan April 2025: Hujan Meteor Lyrid dan Pink Moon

Sedikitnya ada dua fenomena langit yang terjadi di bulan April, yakni hujan meteor Lyrid dan Pink Moon, apa itu?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Freepik/kjpargeter
PINK MOON - Ilustrasi bulan purnama merah muda yang diambil dari Freepik pada 25 Maret 2025. Pink Moon terjadi pada bulan April. 

TRIBUNNEWS.COM - April 2025 menjadi waktu yang menarik bagi para pencinta langit dan astronomi.

Akan ada dua fenomena langit yang mencuri perhatian pada bulan ini, yakni hujan meteor Lyrid dan kemunculan Pink Moon, apa itu?

1. Hujan Meteor Lyrid

Mengutip Space.com, hujan meteor Lyrid terjadi setiap tahun antara 16-25 April, dengan puncaknya pada dini hari tanggal 22 April 2025.

Waktu terbaik untuk mengamati Lyrid adalah pada dini hari saat titik radian hujan meteor berada pada titik tertinggi di langit.

Namun, seiring berjalannya pagi, langit akan semakin terang karena matahari terbit, yang dapat mengurangi visibilitas meteor.

Hujan meteor ini dikenal karena jejak debu bercahaya yang dapat diamati selama beberapa detik, menurut NASA.

Lyrid dikaitkan dengan Komet Thatcher, sebuah komet berperiode panjang yang mengorbit matahari setiap 415,5 tahun.

lihat fotoHUJAN METEOR LYRID - Ilustrasi hujan meteor Lyrid yang diambil dari situs EarthSky.org pada 25 Maret 2025.
Hujan meteor Lyrid biasa terjadi pada bulan April.
HUJAN METEOR LYRID - Ilustrasi hujan meteor Lyrid yang diambil dari situs EarthSky.org pada 25 Maret 2025. Hujan meteor Lyrid biasa terjadi pada bulan April.

Komet Thatcher terakhir kali mencapai titik terdekatnya dengan matahari pada tahun 1861.

Hujan meteor Lyrid rata-rata menghasilkan 15 hingga 20 meteor per jam.

Pada beberapa tahun, intensitasnya dapat meningkat hingga 100 meteor per jam dalam fenomena yang disebut "ledakan", meskipun waktu pastinya sulit diprediksi.

Titik radian, atau titik asal meteor, berada di konstelasi Lyra, di timur laut bintang Vega—salah satu bintang paling terang di langit malam.

Baca juga: 5 Daftar Fenomena Langit Maret 2024: Bulan Baru, Ekuinoks Maret dan Gerhana Bulan Penumbra

Namun, disarankan untuk tidak melihat langsung ke titik radian agar tidak melewatkan meteor dengan ekor yang lebih panjang.

Hujan meteor Lyrid memiliki tingkat kecerahan sedang, tetapi tidak seterang hujan meteor Perseid yang terjadi pada bulan Agustus.

Penyebab Hujan Meteor Lyrid

Meteor Lyrid merupakan pecahan kecil dari Komet Thatcher yang ditemukan oleh astronom amatir A.E. Thatcher.

Fenomena ini terjadi saat Bumi melintasi jalur komet dan bertabrakan dengan jejak serpihan komet.

Ketika memasuki atmosfer Bumi, meteor terbakar dan menciptakan garis-garis terang di langit yang dikenal sebagai "bintang jatuh."

Meteor Lyrid bergerak dengan kecepatan tinggi, meskipun tidak secepat meteor Leonid yang mencapai puncaknya pada bulan November, menurut pakar meteor NASA, Bill Cooke.

Apakah Hujan Meteor Lyrid Bisa Dinikmati di Indonesia?

Ya, hujan meteor Lyrid dapat dinikmati di Indonesia!

Dalam sebuah talkshow di kanal YouTube BRIN Indonesia pada 2 Desember 2024, Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Gerhana Puananadra Putri, telah memprediksi berbagai fenomena langit yang dapat disaksikan di tahun 2025, termasuk hujan meteor Lyrid.

Cara Menikmati Hujan Meteor Lyrid

Mengutip Timeanddate.com, Anda tidak memerlukan peralatan khusus atau keterampilan tertentu untuk melihat hujan meteor, yang Anda butuhkan hanyalah langit yang cerah dan kesabaran.

Berikut beberapa tips untuk menikmati pengalaman melihat hujan meteor:

  • Cari lokasi yang jauh dari polusi cahaya: Pilih tempat yang minim gangguan cahaya agar visibilitas lebih baik.
  • Biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan: Dibutuhkan sekitar 15-20 menit agar mata dapat menyesuaikan diri dengan kondisi gelap.
  • Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca: Pastikan Anda merasa nyaman, terutama jika berencana menghabiskan waktu lama di luar ruangan.
  • Gunakan selimut atau kursi yang nyaman: Berbaringlah dan arahkan pandangan ke langit untuk pengalaman terbaik.
  • Semakin tinggi titik pancaran di atas cakrawala, semakin banyak meteor yang bisa terlihat. Meskipun tampak berasal dari titik pancaran, meteor dapat muncul di bagian mana pun di langit.

Baca juga: Fakta Menarik Bima Nasution Konten Kreator Astronomi yang Kerap Lihat Fenomena Langit Pakai Teleskop

2. Pink Moon

Pink Moon atau Bulan Purnama Merah Muda adalah Bulan Purnama yang terjadi di bulan April.

Fenomena Bulan Purnama terjadi saat Bumi tepat berada di antara Matahari dan Bulan.

Kesejajaran ini memastikan seluruh sisi Bulan yang menghadap kita berkilau di bawah sinar matahari.

Karena orbit Bulan mengelilingi Bumi, sudut sinar matahari yang mengenai permukaan Bulan dan dipantulkan kembali ke planet kita terus berubah, menciptakan fase-fase Bulan yang berbeda.

Mengutip Astronomy, ada berbagai macam nama khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis atau waktu terjadinya Bulan Purnama.

The Old Farmer's Almanac pertama kali memberikan nama-nama untuk setiap Bulan Purnama pada tahun 1930.

Penamaan ini berasal dari pengamatan budaya, pertanian, dan alam, yang bertujuan agar manusia dapat memprediksi perubahan musim dan melacak perjalanan waktu.

Setiap Bulan Purnama memiliki nama yang berasal dari tradisi penduduk asli Amerika, penduduk kolonial Amerika, atau budaya Amerika Utara lainnya. Nama-nama ini mencerminkan perubahan musim dan peristiwa alam yang terjadi setiap bulan.

Berikut adalah nama-nama Bulan Purnama dan inspirasinya:

  • Wolf Moon (Januari): Terinspirasi oleh suara serigala yang melolong kelaparan.
  • Snow Moon (Februari): Dinamai berdasarkan curah salju yang tinggi di bulan ini.
  • Worm Moon (Maret): Mengacu pada munculnya cacing tanah yang menandakan tanah mulai mencair.
  • Pink Moon (April): Terinspirasi oleh bunga liar berwarna merah muda yang mulai bermekaran.
  • Flower Moon (Mei): Menandai musim bunga yang bermekaran.
  • Strawberry Moon (Juni): Mengacu pada musim panen stroberi utama.
  • Buck Moon (Juli): Merujuk pada pertumbuhan tanduk baru pada rusa jantan.
  • Sturgeon Moon (Agustus): Dinamai dari ikan sturgeon yang melimpah di bulan ini.
  • Corn Moon (September): Menandai musim panen jagung.
  • Hunter’s Moon (Oktober): Mengacu pada musim berburu sebelum musim dingin.
  • Beaver Moon (November): Menggambarkan waktu ketika berang-berang sibuk membangun bendungan untuk musim dingin.
  • Cold Moon (Desember): Menunjukkan datangnya musim dingin.

Jadi, Bulan purnama bulan April disebut "Bulan Merah Muda" bukan karena bulan itu sendiri berubah menjadi merah muda, tetapi karena bertepatan dengan mekarnya bunga liar berwarna merah muda, terutama phlox merambat atau lumut merah muda, di awal musim semi.

Tahun ini, puncak Pink Moon akan terjadi pada Sabtu malam, 12 April 2025.

Tips untuk Mengamati Bulan

Mengutip BBC Sky, berikut beberapa tips untuk mengamati bulan:

  • Gunakan teropong atau teleskop: Alat ini dapat mengungkap lebih banyak detail permukaan bulan, seperti kawah, gunung, dan lembah.
  • Cari garis terminator: Garis terminator adalah batas antara bagian bulan yang terkena sinar matahari dan bagian yang berada dalam bayangan.
  • Mengamatinya dapat mengungkap kontur permukaan bulan dengan lebih jelas.
  • Amati fase-fase bulan: Bulan mengalami berbagai fase saat mengorbit Bumi, sehingga Anda dapat mengamati perubahan ini dari waktu ke waktu.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan