Jumat, 15 Agustus 2025

Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional - Deretan Pahlawan Tanah Air yang Ternyata Seorang Pengajar

Berikut daftar pahlawan yang ternyata juga seorang guru dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber!

Penulis: Fathul Amanah
Editor: Tiara Shelavie
Grid.ID
Ki Hajar Dewantara 

TRIBUNNEWS.COM - Minggu (25/11/2018), masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Guru Nasional.

Momen tersebut merupakan sebuah penghargaan atas jasa para guru yang telah ikut mencerdaskan anak bangsa.

Penetapan Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994.

Guru juga memiliki peran besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Dari merekalah, rakyat membuka mata untuk bebas dari penjajahan.

Nah ternyata ada beberapa guru yang kemudian dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Siapa saja mereka?

Berikut daftar pahlawan yang ternyata juga seorang guru dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber!

Baca: Berawal dari Perjuangan Para Pengajar di Zaman Belanda, Begini Sejarah Peringatan Hari Guru Nasional

1. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (Grid.ID)

Tokoh satu ini pasti tak lagi asing ya guys?

Bapak pendidikan Nasional ini memang dikenal sebagai seorang guru.

Selain mendirikan organisasi politik Indische Partij, pria bernama asli Suwardi Suryaningrat ini juga mendirikan sekolah Taman Siswa dan menulis buku.

Ia juga dikenal melalui semboyannya dalam sistem pendidikan yang berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan").

2. Kartini

Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini (Tribun Bali)

Selanjutnya adalah Raden Ajeng Kartini.

Ia merupakan sosok yang memperjuangkan para perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti halnya lelaki.

Selain sebagai guru, Kartini juga mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

3. Dewi Sartika

Dewi Sartika
Dewi Sartika (Tribun Jabar)

Selain Kartini, ada nama Dewi Sartika yang juga merupakan pejuang emansipasi wanita.

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan kecintaannya akan mengajar.

Sambil bermain, ia sering mengajari teman-temannya baca-tulis dan bahasa Belanda.

Ia lalu mendirikan Sakola Istri (sekolah perempuan) yang kemudian menginspirasi berdirinya sekolah-sekolah sejenis di tanah Pasundan.

Baca: Besok Hari Guru Nasional, Tonton Film Thailand Inspiratif The Teachers Diary, Berikut Sinopsisnya

4. HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto
HOS Tjokroaminoto (Intisari)

Ia adalah seorang ulama pendiri organisasi Sarekat Islam (SI) sekaligus guru besar para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno dan Tan Malaka.

Organisasi SI pimpinan Tjokroaminoto secara politik merupakan organisasi pelopor pergerakan nasional.

5. K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan (serambiummah)

Ahmad Dahlan merupakan seorang guru agama, pahlawan nasional, dan pendiri salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah.

Ia juga dikenal atas jasa-jasanya mengajarkan keIslaman yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan keikhlasan beramal bagi masyarakat luas.

Di bidang pendidikan, ia sukses menghasilkan banyak guru besar seperti Ki Hadjar Dewantara dan Jenderal Besar Soedirman.

6. K.H. Hasyim Asy'ari

Hasyim Asy'ari
Hasyim Asy'ari (Tribun Timur)

Sama seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ari adalah seorang guru agama, pahlawan nasional.

Ia juga seorang pendiri salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

Hal ini karena kemampuannya yang tidak hanya paham ilmu agama namun juga hukum Belanda.

7. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman (Tribun Timur)

Terakhir yang tak banyak diketahui orang adalah Jenderal Soedirman.

Ia adalah seorang guru dan kepala sekolah di sebuah sekolah dasar yang dikelola oleh organisasi Islam Muhammadiyah.

Ketika Jepang datang, Soedirman bergabung dengan organisasi militer PETA bentukan Jepang.

Lalu saat Belanda kembali datang, Soedirman diangkat menjadi jenderal yang memimpin pasukan gerilya.

(Tribunnews.com/Fathul Amanah)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan