Jumat, 29 Agustus 2025

Musik sampah dari Dodong Kodir

Apa jadinya jika rongsokan didaur ulang menjadi sebuah alat musik ?

Editor: Prawira
zoom-inlihat foto Musik sampah dari Dodong Kodir
IST
Dodong Kodir
Laporan wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apa jadinya jika rongsokan didaur ulang menjadi sebuah alat musik ? Tentunya sejumlah pertanyaan akan muncul, apakah suara yang dihasilkan akan dapat dinikmati, atau apakah maksud dari sang seniman itu.

Dodong Kodir (59) menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Seniman yang tidak hanya membuat alat musik dari barang-barang bekas, tetapi juga sanggup memainkannya dengan "ajaib"

Pria asli Bandung, Jawa Barat itu telah berhasil menyihir sejumlah penonton, ketika ia mengeluarkan kemampuannya di kantin, Pusat Studi Jepang, Depok, Jawa Barat, (25/04/2010).

Di kantin tersebut, Kang Dodong menyuguhkan Instrumental mengenai tragedi situ gintung. Sebelum musik dimulai, sejumlah alat musiknya yang ajaibpun telah terlebih dahulu merebut perhatian penonton.

Adalah sebuah alat musik Kecapi, yang ia buat dari tabung mesin cuci. Dengan delapan belas senar gitar yang ia beli di Eropa.

Ditemani Yudi dan Deden, penonton dibuai dengan nuansa musik tragedi yang menggaung di kantin tersebut.

Tidak cukup dengan kecapi itu, Kang Dodong ditengah lagu mengeluarkan alat tiup, untuk menghasilkan suara gemuruh angin dari speaker. Tepuk tangan dari penontonpun menyeruak, mengapresiasi "liburan batin" dari kang Dodong.

Selain kecapi daur ulang itu, Laki-laki yang sejak delapan puluhan sudah berkecimpung di dunia musik itu, juga membawa serta Suling tak berlubang dari pipa air yang diberimaa whistledom, drum dari tempat pakan Ayam yang diberi nama Chicken Drum maupun bass dari gagang kayu.

Musik yang ia tampilkan, adalah musik instrumental tanpa lirik sama sekali. Namun pada setiap nomor yang ia sajikan, pesan yang ia maksud dapat terdengar jelas oleh penonton dari suasana yang dihasilkan musik.

Dari kombinasi beberapa alat musik seperti suling tak berlubang dari pipa air, drum dari tempat pakan Ayam serta bas dari gagang kayu. Kang Dodong bersama Yudi dan Deden, dapat memainkan musik Blues dengan sentuhan etnik. Selain nomor Blues, lagi Latin serta Country juga ia bawakan dengan "nyawa" yang sama.

"Kalo fales sah-sah saja, namanya juga sampah" tutur Kang Dodong dengan lugas usai membawakan sebuah tembang, yang lagi-lagi mengundak gelak tawa penonton.

Dalam aksi uniknya itu, kepada Tribunnews Kang Dodong menuturkan, bahwa ia berharap pesannya tentang cinta lingkungan dapat tersampaikan.

Selain menggelar sebuah pertunjukan musik, Pria yang telah memiliki cucu itu juga kerap kali mengadapak program-program lingkungan ke taman kanak-kanak, maupun sekolah dasar.

"Liat aja sekarang, jarang ada acara yang mendidik buat anak-anak" tuturnya kepada Tribunnews dengan logat Jawa Baratnya yang khas.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan