Bassis Navicula Kecelakaan
Harunya Suasana Prosesi Ngaben Bassist Navicula, Keluarga Tak Kuasa Menahan Tangis
Made Indra bassist Navicula menghadap keharibaan Yang Kuasa dengan prosesi ngaben. Suasana haru dan kesedihan pun terasa.
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Asap membumbung di Setra Banjar Adat Penamparan, Padangsambian, Denpasar, menuju angkasa seolah mengabarkan pada jagat raya bahwa Bali sedang berduka, Selasa (3/4/2018).
Made Indra bassist Navicula menghadap keharibaan Yang Kuasa dengan prosesi ngaben.
Kesedihan merambat ke setiap nadi yang ditinggalkan saat api perlahan-lahan melalap tubuhnya.
Sekitar pukul 08.10 Wita, suara angklung menggema di depan rumah di Jalan Gunung Andakasa, Nomor 100, Denpasar Barat.
Satu per satu kerabat datang. Di seberang jalan, terdapat bade yang didominasi warna oranye.
Di depannya tergelar banten dan seorang pemangku terlihat ngastawayang banten tersebut.
Pada bagian belakang bade, terpampang lukisan atau lebih tepatnya drawing pensil hitam putih seorang pemuda setengah badan dengan membawa gitar bas.
Ya, itulah sosok Made Indra, yang biasa dipanggil Jebing atau Ongkong yang meninggal, Senin (26/3) pukul 18.25 Wita akibat kecelakaan di Jalan Raya Sakah, Sukawati, Gianyar menyusul sang kekasih Afiriana Dewi, Sabtu (24/3) dini hari.
Baca: Indahnya Kisah Cinta Bassist Navicula dan Afi Berakhir Duka, Setelah Dilamar Maut Pun Menjemput
Pada bagian bawah drawing tertulis Art of whatever 01/04/2018.
Di pekarangan rumah, terlihat pemangku dan beberapa kerabat mempersiapkan banten dan juga Ngajum.
Di atas sebuah meja tergelar sebuah kajang yang diisi uang kepeng di atasnya. Di depan sanggah natah juga tergelar sebuah banten. Sementara di selatannya atau di Bale Delod, disemayamkan jenazah Made.
Ida Rsi dari Gria Batur Sari, Desa Batan Buah muput acara tersebut. Dilanjutkan sembahyang bersama keluarga besar yang juga sekaligus sebagai upacara persembahyangan terakhir untuk mendiang Made Indra.
Rangkaian upacara selanjutnya yaitu ngilehing kajang sebanyak tiga kali mengelilingi banten yang ada di depan sanggah natah. Di luar, alunan angklung berganti dengan baleganjur.
Alunan kidung dan puja mantra dari Ida Rsi yang muput acara juga menimpali.
Baca: Nafa Urbach Sering Curhat Cinta, Kevin Kambrey Berikan Saran Begini
Syair dari kidung tersebut terdengar sangat menyayat hati sehingga membuat beberapa kerabat menitikkan air mata.
"Dumogi Made polih genah sane becik (semoga Made mendapat tempat yang baik)," begitulah salah satu isi dari kidung tersebut.
Sekitar pukul 11.54 Wita, jenazah Made Indra dinaikkan ke bade. Tetabuhan baleganjur mengiringi prosesi tersebut.
Ratusan kerabat, anggota Banjar Penamparan, Padangsambian, rekan serta kolega almarhum mengikuti prosesi.
Setelah jenazah diletakkan di bade, selanjutnya diarak menuju setra yang jaraknya sekitar 100 meter ke arah utara dari rumahnya.
Di depan bade dibentangkan kain putih. Selain itu, di barisan paling depan beberapa kerabat terlihat membawa rantasan, bunga, banten, maupun foto almarhum.
Di depan setra bade diputar tiga kali. Sampai di setra jenazah diputar sebanyak tiga kali mengelilingi tempat pembakaran yang terbuat dari batang pisang.
Tepat pukul 12.30 Wita, jenazah Made Indra dibakar di setra Banjar Penamparan. Sebelum dibakar, dilakukan prosesi di atas tempat pembakaran. Sebelum api dihidupkan terlebih dahulu diperciki dengan tirta penembak.
Alunan kidung mengiringi prosesi. Setelah itu menggunakan kompor mayat, api dihidupkan dan pembakaran dimulai di bagian kepala.
Tetabuhan baleganjur terus mengalun sepanjang prosesi. Ratusan kerabat, anggota banjar, dan teman almarhum datang menyaksikan prosesi ini.
Beberapa kerabat tak kuasa menahan haru ketika api sedikit demi sedikit membakar tubuh Made. Tak terkecuali sang kakak yang membawa foto almarhum juga menampakkan kesedihan mendalam.
Menurut keterangan paman Made, Made Raka, usai pembakaran abunya akan dilarung ke Pantai Matahari Terbit, Sanur.
"Nanti dilarung ke Sanur. Pantai Matahari Terbit. Lagi tiga hari dilanjutkan dengan ngulapin di pantai itu," kata Raka.
Menurut Made Raka, Minggu (1/4) pukul 15.00 Wita telah dilakukan prosesi pemandian jenazah yang dilanjutkan dengan ngeringkes.
"Nanti kita juga ada acara nyekah tapi belum ditentukan kapan. Habis ini kami mau rembug lagi," katanya.

Bukan Pendendam
Made Raka mengatakan, Made Indra merupakan anak kakak pertamanya yaitu Putu Gede Sukarta dengan Sri Suriyati. Dia punya cerita terkait masa kecilnya Made, di mana dirinya merawat Made.
"Sewaktu kelas 1 Sekolah Dasar sempat sakit tipes, bapaknya pasrah, infusnya sudah tidak berjalan, ibunya nangis. Saya nyari dokter di Legian. Akhirnya mungkin karena kehendak Tuhan bisa sembuh kembali," katanya.
Made juga bukan orang pendendam. Walaupun ada sedikit ketegangan nantinya akan jadi seperti biasa kembali. Selain itu, Made juga suka musik sejak kecil.
Saat itu Raka punya gitar Yamaha, itulah yang dipakai oleh Made untuk belajar.
"Itu saya dukung, tapi kalau minum-minum sama obat terlarang saya larang," imbuhnya. (*)
(Tribun Bali/Putu Supartika)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kesedihan Warnai Prosesi Ngaben Bassist Navicula, Abu Made Indra Dilarung di Pantai Matahari Terbit, http://bali.tribunnews.com/2018/04/04/kesedihan-warnai-prosesi-ngaben-bassist-navicula-abu-made-indra-dilarung-di-pantai-matahari-terbit?page=all.