Jumat, 22 Agustus 2025

Didi Kempot Meninggal Dunia

30 Tahun Berjuang untuk Musik Campursari, Didi Kempot Temukan Panggung di Era Digital

Meski Didi membawakan musik daerah dan menggunakan bahasa jawa, Didi Kempot mampu meraih kepopuleran yang bisa disejajarkan dengan musik Internasional

Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Penyanyi Didi Kempot saat tampil dalam Festival Berdendang Bergoyang di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (1/2/2020). Didi Kempot sukses membuat penonton yang kebanyakan anak muda bergoyang dan bernyanyi bersama. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM - Meninggalnya penyanyi Campursari Didi Kempot meninggalkan duka mendalam bagi dunia musik Indonesia.

Didi Kempot yang berasal dari Solo itu telah berkarya selama 30 tahun di belantika musik dengan mambawakan musik genre Campursari.

Meski ia membawakan musik daerah dan menggunakan bahasa jawa, Didi Kempot mampu meraih kepopuleran yang bisa disejajarkan dengan musik Internasional.

Namanya kian melambung dan dikenal masyarakat luas di Indonesia sejak pertengahan tahun 2019 ketika meraih julukan Bapak Patah Hati Nasional atau 'The God Father of Broken Heart'.

Pengamat musik Bens Leo mengatakan musik yang dibawakan oleh Didi Kempot mampu bersaing dengan Kpop dari Korea Selatan.

Musik yang dibawakan Didi Kempot mempu menyentuh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari bawah hingga atas.

“Didi Kempot adalah seorang entertainer Indonesia yang mampu bersaing head to head dengan Kpop dari Korea, karena fans-nya yang heterogen sekali,” kata Bens dalam siaran langsung di Kompas TV, Selasa (5/5/2020).

Baca: Kisah di Balik Meninggalnya Didi Kempot dan 5 Rencananya yang Belum Terwujud, Konser hingga Film

Baca: Detik-detik Meninggalnya Didi Kempot Diungkap Asisten, Kesakitan Sampai Teriak Allahu Akbar!

Bens menilai Didi Kempot sudah berada di level atas dalam hal segmentasi pasar untuk karya-karyanya.

"Anak-anak muda, segmen pasar dia itu tidak segmen pasar yang ecek-ecek tapi dia juga berada di level atas, dia bisa berada di atas dan juga berada di bawah sekali, Mas Didi ada di level itu," ujar Bens.

Menurutnya, Didi Kempot merupakan bukti bahwa dengan musik daerah bisa bersaing dengan musik yang go Internasional.

Walaupun dengan bahasa jawa, namun liriknya bisa dirterima dan tidak rumit.

"Dan itu mirip sekali sama Kpopers, seperti sekarang ini BTS misalnya. Mas Didi mampu menjawab bahwa musik daerah Indonesia dengan Bahasa Jawa mampu bersaing dengan musik-musik yang go international,” jelasnya.

Lebih lanjut, Didi Kempot telah memperjuangkan musik ini sekitar 30 tahun dan kini berhasil mendapat tempat di masyarakat, termasuk kaum muda.

Dalam dua tahun terakhir musik Campursari mulai diapresiasi oleh pengemarnya. Hal itulah yang membuat Didi Kempot mulai banyak tampil di acara-acara musik.

"Apa kuncinya, sebetulnya dua tahun terakhir dirinya berjuang untuk musik campur sari setelah 30 tahun lebih musiknya tidak ada apresiasi. Musik yang dibawakan Didi walaupun ada unsur bahasa Jawa dengan lirik yang tidak menjelimet," imbuhnya. 

Baca: Pengamat Musik Sebut Kepergian Didi Kempot Godfather of Broken Heart Momen Ambyar Sesungguhnya

Baca: Tiga Peristiwa yang Membuat Nama Didi Kempot Akrab dengan Kalangan Anak Muda

Sementara itu, wartawan senior Kompas, Frans Sartono dalam sebuah wawancara bersama Didi Kempot pada 1 Agustus 2019 menyebut, Didi Kempot telah menemukan panggung barunya di era digital media sosial.

Di era media sosial inilah Didi Kempot mendapat julukan sebagai God Father of the Broken Heart dari kalangan milenial.

Julukan God Father dalam dunia musik, sebelumnya pernah disandang oleh James Brown, musisi asal Amerika Serikat yang dianggap berpengaruh pada musik populer abad 20.

Kini julukan God Father digantikan oleh Didi Kempot dengan tambahan of Broken Heart, sehingga The God Father of Broken Heart.

"Sebenarnya Didi Kempot ini menemukan panggung barunya, panggung baru di era medsos dengan audiensnya kaum milenial."

"Kemudian oleh anak milineal ini di-rebranding dengan julukan macem-macem," ungkap Frans.

Baca: Sosok Didi Kempot di Mata Sahabatnya: Kepribadian Khas Orang Jalanan, Empati dan Solidaritas Kuat

Baca: Jokowi Juga Kehilangan Didi Kempot, Inilah Sederet Momen Presiden Ikut Jadi Sad Boy

Sahabat Didi Kempot, Blontank Poer di akun Facebooknya mengungkapkan setidaknya ada tiga peristiwa yang membuat Didi Kempot kian populer di kalangan kaum muda.

Tiga peristiwa tersebut diantaranya, yakni ketika acara Gebyar Bakdan Ing Balekambang, Solo, pada 2019 lalu.

Saat itu, Didi Kempot tampil sebagai penutup dalam rangkaian acara yang dimaksudkan untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri 1440 H.

Setelah peristiwa itu, nama Didi Kempot sempat menjadi trending topic di Twitter selama dua hari.

Peristiwa kedua, yakni peristiwa Musyawarah Nasioanl Lara Ati, yang diselenggarakan komunitas Umat Lara Ati Lord Didi di Rumah Blogger Indonesia, Solo, pada Sabtu (15/6/2019).

Dikutip dari TribunSolo.com, acara ini sekaligus untuk mengukuhkan komunitas Solo Sad Bois Club yang merupakan komunitas pecinta Didi Kempot.

Acara dimulai dengan para anggota berdiskusi mengenai lagu-lagu Didi Kempot.

Bahkan beberapa peserta diskusi juga sempat menanyakan beberapa makna lagu seperti Banyu Langit, Aku Ora Dolan, Stasiun Balapan, Neng Pacitan, hingga Sewu Kutho.

Baca: Almarhum Didi Kempot di Mata Istri, Yan Vellia dan Saputri, Suami yang Perhatian dan Penyayang

Baca: Didi Kempot Rupanya Tak Pernah Pakai WhatsApp, Ini SMS Terakhir untuk Sang Istri Yan Vellia

Selain dua acara diatas, acara yang juga sukses dan kian mendepatkan Didi Kempot di kalangan kaum muda, yakni peristiwa Ngobam Gofar Hilman di Kartasura, Sukoharjo, pada Minggu (14/7/2019).

Setelah acara bersama Gofar Hilman tersebut, nama Didi Kempot kian akrab di telinga masyarakat, utamanya kaum muda.

Gofar Hilman di akun Instagramnya mengaku tak bisa melupakan momen tersebut.

Menurutnya, momen tersebut merupakan satu momen terbaiknya saat menggelar acara.

"Momen itu, gak pernah gue lupain, bersenang bersama di Solo, dan pagi ini membaca berita-berita seakan gak percaya, sampe gue nelfon mas @blontankpoer, selamat jalan pakde Didi Kempot. Rest in peace, legend!" tulisnya di Instagram.

Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Didi Kempot sempat akan menggelar konser "Ambyar Tak Jogeti" di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

Konser tersebut merupakan perayaan 30 tahun karier seorang Didi Kempot di industri musik Tanah Air.

Awalnya, konser ini dijadwalkan pada 10 Juli 2020. Namun akibat adanya pandemi corona, konser dimundurkan ke 14 November 2020.

Didi Kompot yang bernama lengkap Dionisius Prasetyo meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu pada pukul 07.45 WIB, Selasa (5/5/2020).

Didi Kempot yang pada lahir pada 21 Desember 1966 itu meninggal di usia 53 tahun.

(Tribunnews.com/Tio/Muhammad Naufal)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan