Rabu, 10 September 2025

Ospek, Bentakan Senior Unesa pada Mahasiswa Baru Lampaui Batas, Ini Penjelasan Psikolog

Tak main-main, dikabarkan sejumlah mahasiswa yang ada dalam video itu mengalami tekanan psikis akibat kegiatan tersebut.

Editor: Willem Jonata
repro bidik layar/ISTIMEWA
Video aktivitas ospek daring mahasiswa baru di Kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) viral. 

TRIBUNNEWS.COM - Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan ospek untuk mahasiswa baru tetap digelar meski hanya melalui jejaring internet.

Namun, belum lama ini muncul sebuah video yang menggambarkan suasana ospek di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) beredar luas di masyarakat.

Tak main-main, dikabarkan sejumlah mahasiswa yang ada dalam video itu mengalami tekanan psikis akibat kegiatan tersebut.

Dalam video tersebut terlihat seorang mahasiswa yang diduga adalah seorang senior di kampus Unesa membentak dan memarahi para mahasiswa baru yang dinilainya tidak tertib.

Baca: Heboh Ospek Online Unesa Dibentak Senior, Pengamat: Seperti Masa Kolonial, Jauh dari Roh Pendidikan

Terkait kejadian itu, pihak kampus mengaku sudah memberikan pendampingan langsung secara daring maupun tatap muka kepada para mahasiswa.

"Tekanan yang dialami begitu hebat, baik dari media sosial hingga ke langsung ke nomor pribadi," kata Kepala Humas Unesa, Vinda Maya Setianingrum, seperti diberitakan sebelumnya.

Baca: Terungkap Sosok Senior yang Bentak Maba Saat Ospek Onlne Unesa, Kondisinya Kini Mengkhawatirkan

Selanjutnya, tim Crisis Center dari program studi psikologi memberikan layanan terapi kognitif yang biasa diberikan untuk para penderita tekanan mental.

Lantas, sebenarnya apa sih efek yang terjadi bila seseorang dibentak dan dimarahi terhadap kondisi mental seseorang?

Psikolog Mario Manuhutu, MSi, dalam perbincangan dengan Kompas.com memberikan pandangannya.

Menurut Mario, bentakan yang dilakukan oknum senior tak jarang menjadi melampaui batas dan berujung pada penghinaan fisik.

Panitia Pengenalan Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa Baru (PKKMB) atau ospek Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disebut mengalami tekanan setelah mendapat cecaran warganet di media sosial.
Panitia Pengenalan Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa Baru (PKKMB) atau ospek Universitas Negeri Surabaya (Unesa) disebut mengalami tekanan setelah mendapat cecaran warganet di media sosial. (Kolase Tribunnews/Twitter)

Atau, bisa pula mewujud dalam hukuman yang tak sesuai, bahkan sampai terjadi hukuman fisik.

“Acaranya orientasi, tapi ngebentaknya ada yang di depan muka, ada body shaming, atau fisik, disuruh push up gitu kan,” ujar Mario, Selasa (15/9/2020).

Bentakan, kata-kata kasar, dan kekerasan verbal, kata Mario, bisa berakibat fatal pada mental seseorang.

Sebab, pada dasarnya manusia cenderung mengingat pengalaman-pengalaman buruk di dalam memori.

Lalu, ketika hal itu menumpuk akan memicu stres dan memengaruhi kesehatan mental seseorang.

"Masalahnya, setiap orang itu memiliki kapasitas beda-beda saat menerima tekanan, belum lagi kondisi emosional seseorang saat itu (bentakan dan kekerasan verbal) terjadi,” kata Mario.

Hal ini bisa memicu trauma dan tentu berakibat pada kehidupan sosialnya sebagai manusia.

Belum lagi adanya perasaan benci, dendam, kesal, dan marah saat seorang mahasiswa baru dibentak oleh senior.

Hal itu bisa membuatnya lalu melampiaskan perlakuan yang sama kepada adik kelasnya nanti, yang membuat budaya kekerasan ini terus terjadi.

Mario menambahkan, orientasi siswa dengan dibentak-bentak dengan dalih membangun mental mahasiswa baru sudah tak lagi relevan.

“Kalau sudah di konteks universitas kan sudah enggak sesuai konteks perkembangan, orang mau kuliah, harus dapat bimbingan yang baik, informasi yang baik, masak kita harus datang dengan pikiran cemas,” ujar Mario.

Perasaan cemas yang terus terbangun karena ospek salah kaprah yang dilakukan oknum kakak senior akan membuat proses pembelajaran juga akan terganggu.

“Ketika ke kampus bahwa ketika mau menjalani sesuatu dengan ketakutan, tentu akan susah."

"Masalahnya tugas kuliah itu sudah susah, belum lagi harus menghadapi sekelompok senior yang bertindak intimidatif,” kata Mario.

“Seakan (otak) dibuat selalu siaga dan itu akan menjadi stres, bila menumpuk dan tak bisa dilepaskan, tentu akan buruk untuk seseorang,” imbuh dia.

Mario memberikan saran untuk melakukan orientasi mahasiswa baru tanpa kekerasan, baik verbal maupun fisik.

Ospek dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang benar.

Misalkan, bimbingan kakak senior kepada adik kelas dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, yang dalam masa pandemi ini bisa dijalankan secara online.

"Bisa memberikan informasi tentang di mana adik kelas bisa mencari informasi tentang mata kuliah, atau kos terdekat nanti saat kuliah sudah kembali aktif."

"Hal-hal yang positif,” kata dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mahasiswa Baru Unesa Jalani Terapi gara-gara Ospek, Ini Kata Psikolog

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan