5 Alasan Wajib Nonton Film Pengepungan di Bukit Duri Lewat Prime Video
Lima alasan mengapa film Pengepungan di Bukit Duri layak masuk daftar tontonanmu, karya terbaru Joko Anwar hingga jadi film aksi Indonesia terlaris.
Penulis:
Muhammad Alvian Fakka
Editor:
Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Setelah mencetak rekor sebagai film aksi Indonesia terlaris sepanjang masa dengan lebih dari 1,8 juta penonton di bioskop, film Pengepungan di Bukit Duri kini resmi tayang eksklusif di Prime Video mulai 15 Agustus 2025.
Karya ke-11 dari sutradara visioner Joko Anwar ini bukan sekadar tontonan penuh ketegangan, tetapi juga refleksi sosial yang menggugah, menjadikannya salah satu rilisan paling relevan dan berpengaruh tahun ini.
Pengepungan di Bukit Duri adalah film produksi Come and See Pictures untuk Amazon MGM Studios, film ini tidak hanya menghadirkan ketegangan khas drama-thriller, namun juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan dan penting untuk disimak.
Film ini mengisahkan Edwin (Morgan Oey), seorang pria yang dihantui trauma masa lalu dan bertekad memenuhi permintaan terakhir sang kakak: menemukan anak yang lahir dari tragedi kerusuhan 18 tahun silam.
Pencarian itu membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah yang menampung siswa bermasalah.
Namun, ketika Edwin akhirnya menemukan sang keponakan, kerusuhan baru meletus dan mereka terjebak di sekolah, menghadapi ancaman brutal dari para murid yang tak segan mengincar nyawa.
Berikut lima alasan mengapa film Pengepungan di Bukit Duri layak masuk daftar tontonanmu, melansir rilis resminya:
Alasan Wajib Nonton Film Pengepungan di Bukit Duri di Prime Video
1. Karya Joko Anwar yang Relevan dan Menggugah

Pengepungan di Bukit Duri menandai kembalinya Joko Anwar ke genre thriller-aksi non-horor, setelah enam tahun sejak film terakhirnya di genre ini, Gundala (2019).
Film yang merupakan karya ke-11 Joko Anwar ini, menggabungkan kekuatan narasi, penyutradaraan, dan penyuntingan gambar dalam satu visi yang utuh.
Berlatar Indonesia tahun 2027, film ini menjadi refleksi sosial atas situasi kekerasan dan ketimpangan sistem pendidikan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.
Baca juga: 8 Rekomendasi Tayangan Prime Video Agustus 2025: Ada Film Pengepungan di Bukit Duri
2. Kolaborasi Pertama Rumah Produksi Lokal dengan Amazon MGM Studios

Pengepungan di Bukit Duri menjadi tonggak bersejarah bagi perfilman Indonesia sebagai film layar lebar pertama yang diproduksi oleh rumah produksi Asia Tenggara, Come and See Pictures, untuk Amazon MGM Studios.
Kolaborasi ini memadukan kekuatan narasi lokal dengan visi artistik serta standar produksi bertaraf internasional, menghasilkan sebuah karya yang tidak hanya relevan dan kuat secara tematik, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global.
3. Menjadi Film Action Indonesia Terlaris

Capaian Pengepungan di Bukit Duri melampaui rekor yang dipegang oleh film The Raid (2012), yang selama 13 tahun menjadi film action Indonesia terlaris dengan raihan 1,892,369 penonton.
Film ini juga menjadi proyek kolaborasi perdana antara Joko Anwar dan aktor berbakat Morgan Oey.
Selain Morgan, film ini turut dibintangi oleh jajaran aktor muda berbakat Indonesia seperti Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel.
4. Cerita yang Relevan dengan Kondisi Sosial

Pengepungan di Bukit Duri menggabungkan narasi yang menegangkan dengan kajian kritis terhadap isu-isu sosial, terutama kekerasan remaja dan disintegrasi keluarga yang dipicu oleh diskriminasi serta kebencian.
Di setiap adegan-adegan yang intens, film ini menggambarkan isu-isu universal yang masih relevan hingga saat ini.
Mendorong penonton untuk memikirkan kembali persepsi mereka tentang keadilan dan empati, serta menyoroti pentingnya menciptakan kesetaraan yang lebih baik untuk semua.
Film tidak hanya diisi dengan thriller penuh aksi, namun juga memberikan pengalaman berbeda dan menggugah pikiran.
5. Refleksi Sejarah yang Memantik Diskusi

Pengepungan di Bukit Duri menjadi salah satu karya paling penting dalam perjalanan 20 tahun karier Joko Anwar.
Film ini berhasil memicu berbagai percakapan dan diskusi di ranah digital, sekaligus mengajak penontonnya untuk merenungkan kondisi sosial yang tengah berlangsung.
Bahkan sejak sebelum penayangan resminya, film ini telah menjadi bahan perbincangan dan mendorong munculnya berbagai forum diskusi di kalangan masyarakat, berkat isu-isu penting yang diangkat dalam ceritanya.
Tentang Come and See Pictures
Come and See Pictures adalah production house yang didirikan Joko Anwar dan Tia Hasibuan pada tahun 2020 yang berkomitmen untuk memproduksi film-film berkualitas dengan cara bercerita yang unik dengan craftsmanship yang tinggi dan menawarkan kebaruan dalam setiap film dan series yang mereka produksi.
Film pertama yang mereka produksi adalah Pengabdi Setan 2: Communion untuk Rapi Films.
Selain Siksa Kubur, Come and See Pictures juga telah merampungkan series original Netflix berjudul Nightmares and Daydreams yang rilis tahun ini, serta memproduksi film panjang untuk Amazon MGM Studios bertajuk Pengepungan di Bukit Duri.
(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.