Kamis, 28 Agustus 2025

Olimpiade 2021

Eko Yuli Irawan Sumbang Perak, Dulu Berlatih Angkat Besi di Sela Kesibukannya Menggembala Kambing

Eko juga sudah mengharumkan nama bangsa lewat sumbangan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, serta perak Olimpiade Rio Janeiro 2016

Penulis: Abdul Majid
Editor: Dewi Agustina
Vincenzo PINTO / AFP
Peraih medali perak Indonesia Eko Yuli Irawan berdiri di podium untuk upacara kemenangan kompetisi angkat besi 61kg putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum di Tokyo pada 25 Juli 2021. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontingen Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020 kembali menambah pundi-pundi medali.

Sebelumnya medali perunggu berhasil diraih Windy Cantika Aisah sekaligus menjadi atlet Indonesia pertama yang berhasil meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020.

Windy Cantika Aisah merupakan atlet angkat besi putri Indonesia yang kini masih berusia 19 tahun.

Turun di kelas 49 kg putri, Windy Cantika Aisah sukses meraih medali perunggu, Sabtu (24/7/2021) siang WIB.

Windy Cantika Aisah berhak mendapatkan medali perunggu setelah menempati peringkat ketiga dengan total angkatan 194 kg.

Total angkatan snatch terbaik Windy Cantika Aisah adalah 84 kg yang didapat pada kesempatan kedua.

Adapun total angkatan clean & jerk terbaik Windy Cantika adalah 110 kg yang didapat pada kesempatan ketiga.

Berselang sehari giliran lifter putra Indonesia Eko Yuli Irawan berhasil mendulang perak.

Eko meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 setelah mencatatkan total angkatan seberat 302 kg (snatch, clean & jerk).

Atlet Indonesia Eko Yuli Irawan bertanding dalam kompetisi angkat besi 61kg putra pada Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum di Tokyo pada 25 Juli 2021.
Atlet Indonesia Eko Yuli Irawan bertanding dalam kompetisi angkat besi 61kg putra pada Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum di Tokyo pada 25 Juli 2021. (VINCENZO PINTO / AFP)

Dari tiga kali angkatan snatch, lifter berusia 32 tahun itu membukukan angkatan terbaiknya seberat 137 kg.

Dua dari tiga angkatan snatch Eko Yuli Irawan sendiri harus berujung dengan kegagalan.

Pada angkatan clean & jerk, Eko Yuli Irawanan mencatatkan angkatan terbaiknya seberat 165 kg.

Eko Yuli Irawan hanya kalah dari wakil China yakni Fabin Li yang mencatatkan total angkatan snatch, clean & jerk seberat 313 kg.

Tidak menyangka Eko yang dulunya adalah seorang penggembala kambing bisa mendulang medali di Olimpiade.

Ia juga tercatat rajin meraih medali dalam berbagai ajang.

Sebelumnya, Eko juga sudah mengharumkan nama bangsa lewat sumbangan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, serta perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Baca juga: Eko Yuli Irawan Harumkan Indonesia di Olimpiade 2021, Erick Thohir Akui Salut dengan Prestasinya

Namun, atlet kelahiran 24 Juli 1989 itu mengaku sempat menemui hambatan kala mengawali kariernya.

Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Eko baru bisa berlatih setelah selesai menggembala empat ekor kambing milik orang lain.

Ayahnya bekerja sebagai tukang becak, sementara ibunya adalah pedagang sayur di Lampung.

Sebagai anak laki-laki, ia biasa bekerja menggembala kambing. Pekerjaan ini membuat Eko Yuli belajar tanggung jawab.

"Jika saya kehilangan seekor kambing, saya harus membayarnya. Kami miskin. Kami miskin. Kami harus berhati-hati dalam melakukan pekerjaan kami," ujar Eko Yuli Irawan, dikutip dari situs resmi Olimpiade.

Eko Yuli mulai tertarik dengan angkat besi ketika ia melihat sekelompok orang berlatih di sebuah klub di daerahnya.

Di sela-sela aktivitasnya menjadi gembala kambing, Eko Yuli pun tertarik untuk menjajal mengangkat barbel.

Atlet Indonesia Eko Yuli Irawan bertanding dalam kompetisi angkat besi 61kg putra pada Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum di Tokyo pada 25 Juli 2021.
Atlet Indonesia Eko Yuli Irawan bertanding dalam kompetisi angkat besi 61kg putra pada Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum di Tokyo pada 25 Juli 2021. (VINCENZO PINTO / AFP)

Pelatih di klub tersebut akhirnya mengajak Eko berlatih.

Namun, Eko Yuli harus melalui perjuangan yang tak mudah untuk menjadi atlet angkat besi. Sebab, ia sempat dilarang ikut latihan.

Alasannya, tugas utama Eko saat itu adalah menjaga kambing-kambing itu untuk membantu menambah penghasilan keluarga.

Hal ini diakui oleh sang ayah, Saman.

"Yang larang ibunya. Karena kita susah. Dulu rumah geribik. Itu juga bukan kambing kita. Punya orang, bagi hasil," tutur Saman.

"Tapi, karena kemauannya keras, ya kita iyakan. Ternyata hasilnya luar biasa. Dia mengharumkan nama keluarga dan nama bangsa," kata Saman menambahkan.

Pengorbanan dan perjuangan Eko Yuli Irawan memang tak sia-sia. Kini, ia menjadi salah satu atlet angkat besi terbaik yang dimiliki Indonesia.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali mengatakan Menkominfo Jhonny G Plate siap memberikan bonus kepada para atlet yang meraih medali pada olimpiade Tokyo 2020.

"Nanti pada saatnya akan diumumkan. Menkominfo Johnny G Plate menyampaikan bahwa itu dari dana pribadi beliau dan akan mengajak teman-temannya juga untuk ikut memberi apresiasi kepada para pahlawan olahraga nasional yang sudah mengibarkan Merah Putih di kancah tertinggi perhelatan olahraga dunia," ujarnya.(Tribun Network/jid/kps/wly)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan