PSSI Versus LPI
Ketua PSSI Solo tak Takut Dipecat Pusat
Ketua PSSI Cabang Solo FX Rudi Hadyatmo, mengaku tak takut dipecat PSSI pusat terkait dukungannya terhadap penyelenggaraan pembukaan LPI di Solo
Editor:
Harismanto
TRIBUNJOGJA.COM, SOLO - Ketua PSSI Cabang Solo FX Rudi Hadyatmo, mengaku tak takut dipecat PSSI pusat terkait dukungannya terhadap penyelenggaraan pembukaan LPI di Solo. Pasca memberi lampu hijau pembukaan Liga Primer Indonesia (LPI) digelar di Solo, Rudi mengaku Jumat (7/1/2011) lalu, menerima faximile dari PSSI.
Namun menurut Rudi, faximile itu tak berisi teguran dari badan tertinggi sepak bola di Tanah Air itu. Surat itu hanya berisi penjelasan dan pemberitahuan dari PSSI bahwa LPI adalah kompetisi yang tidak sah. Ia pun siap pasang badan jika surat teguran atau pemcetan sewaktu-waktu dilayangkan padanya.
“Biarkan saja saya dipecat dari PSSI. Itu bagian dari risiko atas tindakan yang saya lakukan. Saya tidak takut,” tegas pria yang menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo. Rudi mengaku selama ini PSSI memang tak pernah memberikan perhatian guna menunjang kemajuan sepak bola di daerahnya. Bahkan bisa dikatakan PSSI tak ada kontribusi sama sekali.
Ia beranggapan apa yang dilakukannya tidak melanggar UU 1945. Sebab setiap warga negara berhak melakukan kegiatan apapun selama itu positif bagi dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Secara terang-terangan pria yang juga menjabat Ketua Umum Persis Solo ini menyambut positif hadirnya kompetisi LPI.
Ia juga berharap hadirnya LPI melalui Solo FC mampu menjadi pemantik bagi tim lokal Solo, yaitu Persis, untuk berbenah. “Seharusnya ini menjadi contoh bagi Persis untuk berbenah menjadi klub mandiri dan professional. Jangan hanya menggandalkan APBD,” ujarnya.
Hal itulah yang menjadi alasan terkuat Rudi mendukung LPI, agar sepak bola Indonesia tak tergantung APBD. Solo memiliki dua klub sepak bola yakni Persis Solo (divisi utama) dan Solo FC (LPI). Bedanya, Persis Solo masih hidup mengandalkan APBD, sementara Solo FC mengandalkan dana dari sponsor.
“Sepak bola di Indonesia jangan tergantung APBD, itu sangat memberatkan daerah. Mereka harus bisa mandiri lewat pengelolaan profesioanl menuju industri sepak bola,” tutup Rudi. (*)