Laporan Khusus: Diego, Kematianmu Membongkar Aib PSSI

Laporan Tribun Jakarta Digital Newspaper

TRIBUNNEWS.COM - Kematian seorang pemain asing dari klub Persis Solo, Diego Mandieta (32) menambah aib dalam persepakbolaan nasional. Mandieta meninggal tanpa sempat menikmati gaji terakhirnya.

Pemain asal Paraguay itu mengalami kesulitan menanggung biaya pengobatan atas sakit yang dideritanya. Tragedi kematian Mandieta kian memperlihatkan karut marut persepakbolaan nasional di tengah konflik elit PSSI-KPSI yang tak kunjung tuntas.

Diego Mendieta meninggal dunia, di RSD Moewardi Solo, Senin (3/12/2012) akibat komplikasi penyakit tifus, virus dan jamur. Mandieta dirawat di RSUD Dr Moewardi sejak 27 November 2012.

Menurut informasi yang dihimpun Tribun, hingga Mandieta meninggal, Persis Solo masih memiliki tunggakan Rp 47 juta yang merupakan sisa nilai kontrak sang pemain. Selain itu, pihak manajemen juga belum melunasi gaji pemain tersebut selama empat bulan, sebesar Rp 84 Juta.

Kecaman atas ketidakberesan pengelolaan klub sepakbola nasional datang dari berbagai pihak, termasuk dari organisasi asing. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pemain Profesional Internasional (FIFPro) Divisi Asia, Frederique Winia mengecam peristiwa meninggalnya Diego Mendieta.

"Jika kabar mengenai Diego Mendieta benar terkait permasalahan penunggakan gajinya di klub, tentu saja ini memalukan terutama bagi persepakbolaan profesional di Indonesia," kata Frederique Winia, seperti dilansir situs FIFPro.

Menurut Frederique Winia, setelah FIFPro menerima dokumen terkait kematian Diego mereka akan membawa permasalahan menyedihkan ini agar menjadi perhatian bagi FIFA.

"Klub dan federasi sepakbola Indonesia harusnya menyadari mereka telah gagal. Mereka harus memberikan penjelasan terutama kepada keluarga Diego Mendieta. Federasi di Indonesia harus bertanggung jawab atas meninggalnya Mendieta," tuturnya.

Wafatnya mantan pemain Persis Solo versi Badan Liga Indonesia (BLI), Diego Mendieta mengundang keprihatinan tersendiri bagi Mantan Ketua Umum Persis Solo, FX Hadi Rudyatmo.

Kasus terkatung-katungnya nasib Mendieta sebagai pemain, sakit yang diderita sang pemain hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit seharusnya bisa menjadi peringatan bagi PSSI. "Ini peringatan untuk PSSI," tegas pria yang akrab disapa Rudy itu kepada wartawan di Solo, Selasa (04/12/2012).

Rudy yang juga pernah masuk dalam keanggotaan Komite Normalisasi PSSI ini berharap PSSI selaku induk olahraga sepakbola di Indonesia bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Akibat adanya konflik dan semrawutnya pengelolaan olahraga terpopuler di Indonesia ini akhirnya pemainlah yang menjadi korban. "Masalah ini harus ditangani oleh PSSI dengan baik," tegasnya.

Setelah sempat menginap di RSUD Rd Moewardi, jenazah mantan striker Persis Solo PT Liga Indonesia Diego Mendieta akhirnya dipulangkan ke negara asalnya Paraguay. Pemulangan itu juga diikuti oleh pihak klub yang langsung membayarkan sisa gaji Diego yang selama ini belum dibayarkan.

Rabu (5/12/2012) jenazah Diego diangkut oleh sejumlah Pasoepati, sebutan suporter Persis Solo, dari kamar jenazah naik ke dalam ambulans. Pemindahan itu sempat menjadi tontonan para tenaga medis dan keluarga pasien. “Sore ini jenazah Diego akan diberangkatkan ke Paraguay. Pemberangkatan ini adalah hasil sumbangan dari berbagai pihak, termasuk PSSI,” kata agen Diego dari PT Javindo, Theodora Wulansari.

Namun sebelum diberangkatkan, jenazah Diego disemayamkan di Thiong Ting untuk menjalani pemberkatan oleh pendeta. Di Thiong Ting, jenazah striker berusia 32 tahun itu diletakkan di ruang E. Di situ, peti jenazah dibuka.

Jenazah Diego terlihat mengenakan setelah jas hitam lengkap dengan dasi. Sejumlah teman dekat dan Pasoepati berdatangan memberikan ucapan terakhir. Beberapa dari mereka ada yang menangis tersedu-sedu. Tribun Jogja/Tribunnews

Laporan Lainnya:

Diego Memendam Rindu Hingga Ajal

Nasib Tragis Pemain Persis Solo

Sudah Meninggal Barulah Gaji Diego Dilunasi