Nasib Tragis Pemain Asing Persis Solo
Sebelum Wafat Diego Tanya Gajinya, Tapi Hanya Diberi Janji
Selama tinggal di Solo semusim membela klub Persis Solo PT Liga Indonesia, Diego Mendieta tak tinggal di mess pemain
TRIBUNNEWS.COM – Selama tinggal di Solo semusim membela klub Persis Solo PT Liga Indonesia, Diego Mendieta tak tinggal di mess pemain. Ia lebih memilih tinggal di sebuah kamar kos di daerah Kota Barat. Gaji yang belum dibayar membuat Diego sering terlambat hingga menunggak membayar uang sewa kos.
Hidup seorang diri tanpa keluarga di Kota Bengawan, Diego tinggal di sebuah kamar kos bernama Griya Selasih. Kos yang sebagian penghuninya adalah karyawan itu terletak di sebelah selatan lapangan Kota Barat. Letak kos tersebut tak jauh dari mess pemain Persis di Sriwedari, yang berjarak sekitar 2 kilometer. Diego tinggal di kamar nomor 8 yang ukurannya hanya sekitar 3x3 meter.
Di dalam kamar, terlihat seorang pria yang sedang mengemasi barang-barang diego ke dalam tas. Baju, celana, kaos, dan sejumlah sepatu dimasukkan ke dalam tas berukuran besar. “Semua barang-barang Diego mau dikemas dalam tas. Katanya mau ikut dibawa pulang ke Paraguay bersama jenazah Diego,” kata pria penjaga kos bernama Seno tersebut, Rabu (5/12/2012).
Kamar kos tersebut dilengkapi pendingin udara dan kamar mandi dalam. Di dalam kamar, terdapat patung Bunda Maria, foto istri dan ketiga anak Diego di Paraguay, CD lagu-lagu grup band Wali, dan buku kliping berisi tulisan dan foto Diego. “Sejak musim kompetisi berakhir, Diego lebih banyak mengurung diri di dalam kamar. Paling dia keluar untuk olah raga atau makan. Makan pun juga jarang,” kata Seno.
Seno mengaku kadang Diego bercerita soal gajinya yang tak kunjung dibayar. Untuk menyambung hidup di Solo, Diego sering menerima tawaran bermain di kompetisi tarkam. Uang hasil tarkam digunakan untuk makan dan membayar uang sewa kos Rp 1.150.000 ribu per bulan. “Dia sering telat bayar kos, saya sampai tak tega kalau menagih. Saat ini Diego masih punya tunggakan Rp 1,7 juta,” katanya.
Diego sebenarnya menunggak membayar uang sewa kamar kos selama dua bulan. Adanya turnamen Batik Cup beberapa waktu lalu membuat Diego sedikit tertolong sehingga bisa mencicil uang sewa kamar kos. “Belum tahu nanti bagaiamana kelanjutannya apakah ditagih atau diikhlaskan. Semua tergantung dari ibu kos,” ujar Seno lagi.
Selama keluar masuk rumah sakit Diego selalu ditemani teman dekatnya, Arum. Wanita berambut lurus panjang inilah yang setia merawat Diego hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD Dr Moewardi. Arum mengaku selama menjalani perawatan Diego tak mau mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit.
“Dia tak mau makan. Paling hanya makan sedikit pizza atau fried chicken yang dibeli dari luar rumah sakit,” kata wanita berkulit kuning langsat ini. Beberapa jam sebelum meninggal, Arum mengatakan Deigo sempat meminta untuk dicarikan sop ayam. Tak seperti biasa, ia sempat merasa tak tega untuk meninggalkan Diego yang kondisinya semakin memburuk di kamar.
Namun karena tak mau mengecewakan, Arum pun berkeliling Solo malam hari mencari warung sop yang masih buka. Baru beberapa sendok makan sop, Diego langsung muntah-muntah. Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya masuk ke ruang ICU dan menghembuskan nafas terakhir. “Sebelum meninggal, Diego masih menyakan gajinya. Dia menelpon Pak Totok (Totok Supriyanto, Manager Persis), namun hanya diberi janji,” katanya. (dik)