Kisah Silvain Moukwele
Selain Moukwele dan Mendieta, Masih Ada Pemain Lain yang Telantar
Soal tidak semua pemain asing hidup beruntung, memang bukan dialami oleh Moukwelle dan Diego Mendieta saja.
Editor:
Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soal tidak semua pemain asing hidup beruntung, memang bukan dialami oleh Moukwelle dan Diego Mendieta saja.
Masih banyak pemain lain mengalami nasib serupa. Sebutlah Syilla Mbamba (Mali), Camara Abdoulaye Sekou (Guenea) dan Salomon Begondo (Kamerun). Tiga pemain ini berasal dari gabungan dua tim,
Persipro Probolinggo dan Bondowoso United yang tampil di Divisi Utama PSSI.
Mereka terpaksa mengamen dan mengemis akibat gaji yang belum terbayar pada Juli lalu.
Tiga pemain asing ini akhirnya pulang sendiri ke negara asal pada Desember lalu. Kepulangan trio pemain sepakbola asal benua Afrika ini tanpa membawa uang kontrak mereka yang berkisar Rp 150 juta hingga Rp 250 juta per pemain, yang mereka tuntut ke manajemen Persipro.
Pemain asing andalan Persebaya saat ini, Fernando Soler, juga punya cerita yang tak mengenakkan. Ia sempat kebingungan menebus biaya persalinan cesar istrinya di RS Mitra Keluarga Surabaya, gara-gara tak punya cukup uang.
Itu terjadi karena gaji Soler sempat macet di Persis Solo. Pemain asal Argentina ini tak mengantongi banyak uang ketika pindah ke Surabaya.
Maksud hati ingin memperbaiki nasib dengan pindah ke Persebaya, tapi saat ia pindah, kondisi di Persebaya setali tiga uang. Saat itu, pasokan dana subsidi dari regulator kompetisi ke Persebaya, juga sedang macet.
“Saya bingung bayar operasi cesar istri saya pakai uang apa. Tidak ada uang sama sekali ketika itu. Saya beruntung, manajer (Saleh Hanifah) Persebaya, mau memberi saya uang,” ujar Soler.
Itu belum termasuk nasib nahas para pemain lain. Para pemain asing Persebaya DU, Charles Orock, Camara Fassawa dan Sackie Doe, sempat hidup terlunta-lunta, di musim kompetisi 2011. Mereka bertiga harus tidur di mess pemain yang sempit, tanpa pasokan gaji.
Di kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang ramai penonton pun kondisinya sama saja. James Koko Lomell asal Liberia pernah mengalami keterlambatan gaji di Deltras Sidoarjo. Gaji Gustavo Lopes juga sempat macet di Persela Lamongan.
Yang terbaru, berita meninggalnya pelatih asal Rep Ceko, Miroslav Janu, karena serangan jantung, juga diiringi kabar tak sedap. Gaji Janu selama tujuh bulan di Persela Lamongan, kabarnya juga belum dilunasi hingga ia mengembuskan nafas terakhir. Meski, Andi Darussalam Tabussala selaku orang yang membawa Janu ke Indonesia, membantah hal tersebut.
Banyaknya kasus gaji macet inipun seperti menjadi angin lalu saja. Peristiwa berulangkali terjadi, tapi segera dilupakan dan kasus berikutnya, bisa jadi tinggal menunggu waktu saja.(aji bramastra/surya)