Kisah Sergio Aguero yang Berutang Nyawa pada Sang Ayah
Kisah hidup Sergio Aguero ibarat Cinderella.
Penulis:
Deny Budiman
TRIBUNNEWS.COM – Kisah hidup Sergio Aguero ibarat Cinderella. Lahir dari keluarga miskin di kawasan kumuh, ia kini bergelimang kemewahan, dan ketenaran.
Sergio Aguero kecil tumbuh di kawasan sangar bernama Villa Itati di Argentina bersama para pengedar narkoba, dan geng bersenjata yang marak di lingkungannya. Setengah dari kawasan berpenduduk 60 ribu itu adalah pemakai kokain oplosan yang dinamakan "Paco". Ramuannya adalah setengah kokain dicampur dengan ramuan apapun mulai dari tepung sampai bubuk racun tikus.
"Hidup yang sungguh kelam. Begitu banyak kekerasan. Itu seperti sebuah distrik neraka. Hampir setengah dari temanku sekarang tak ada di rumah, mereka hidup di penjara," ujar Aguero mengenang.
"Jika waktu itu saya tak segera keluar dari sana, saya tak tahu apa yang akan terjadi diri saya. Sepak bola telah menyelamatkan saya," katanya.
Di tengah situasi chaos itulah, ayah Aguero, Leonel, mencari rejeki menjadi supir taksi dengan penghasilan sekitar 20 pound perminggu. Bahu-membahu dengan sang ibu, Adriana, mereka bertahan menghidupi tujuh anaknya.
"Saya berutang nyawa pada ayahku. Saya ingat, mendapat hadiah bola pada hari Natal. Itu hadiah teristimewa. Tak banyak anak di distrik yang punya bola saat itu, Saya terus memeluk bola, bahkan sampai tertidur," ujarnya.
Sampai satu hari, ia membawa bola ke jalanan. Menendangnya keras-keras, dan kemudian bola itu pun menghilang entah kemana. "Begitulah kehidupan di distrik neraka. Begitu ada barang istimewa pasti jadi incaran. Dan siapa yang merampok bola itu tak pernah ketahui sampai sekarang," katanya.
Adalah sang ayah pula yang kemudian berjasa mengantarkannya pada dunia sepak bola sesungguhnya. Leonel gigih mempromosikan talenta besar anaknya pada wartawan olah raga di kotanya. Setelah jatuh-bangun ditolak dan dipandang sebelah mata berkali-kali, upayanya kemudian berhasil. Wartawan olah raga itu kemudian merekomendasikan Sergio kecil ke Independiente, salah satu klub terbesar di Argentina.
Begitu melihat talenta yang luar biasa, Independiente langsung mengontraknya saat Sergio baru berusia sembilan tahun. Bak peluru ia langsung unjuk kehebatan di tim yunior. Singkat cerita, pada Juli 2003, Sergio memecahkan rekor calon mertuanya, Maradona dengan menjadi pemain termuda Argentina yang berkiprah di Piala Argentina pada usia 15 tahun satu bulan.