Rabu, 12 November 2025

Sudut Lapangan

Arsenal dan Wenger Terkena 'Kutukan Gelanggang Highbury'

Suporter fanatik Arsenal mungkin tak bakal melupakan emosinya yang bercampur aduk tatkala tim kesayangannya berlaga melawan Wigan Athletic

Net
Fans Arsenal membentangkan spanduk perpisahan dengan Stadion Highbury. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Gunadha

TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Suporter fanatik Arsenal mungkin tak bakal melupakan emosinya yang bercampur aduk tatkala tim kesayangannya berlaga melawan Wigan Athletic, Minggu, 7 Mei 2006 silam.

"King (Thierry) Henry" dkk, ketika itu sukses menuai kemenangan besar, 4-2. Penonton bergemuruh, bersorak-sorai menyambut kemenangan.

Tapi, di balik kegembiraan itu, kesedihan juga membuncah. Sebab, mereka tahu, itu adalah laga terakhir Arsenal yang mereka hadiri di Stadion Highbury.

Seusai laga itu, keriuhan tak lagi terdengar dari "The Home of Football", nama lain dari Stadion Highbury. Tak lagi ada kerumunan bocah-bocah London utara di sekitar kompleks.

Semua senyap, hingga datangnya hari di mana Stadion Highbury diluluhlantakkan hingga rata dengan tanah.

Stadion Highbury ketika masih berdiri (kiri), yang dekat dengan Stadion Emirates (kanan).

Desakan Wenger

Diruntuhkannya bangunan Stadion Highbury, seakan menjadi semiotik kuburan bagi 13 gelar England Premier League; 12 Piala FA; 2 Piala Liga; 14 FA Charity Shield; 1 Piala Winners; dan, predikat The Invisible karena tak terkalahkan sepanjang musim 2003/2004.

Musim berikutnya, The Gunners angkat kaki dari gelanggang legendaris yang sudah mereka pakai sejak Sabtu, 6 September 1913, atau 93 tahun sebelumnya. 

Arsenal lantas menghuni kompleks stadion yang jauh lebih megah dan modern, Emirates Stadium, yang jaraknya tak sampai setengah mil dari Highbury.

Sementara bekas kompleks Highbury, sejak diruntuhkan 2006, mulai diubahfungsikan menjadi apartemen publik pada tahun 2009.

Petinggi Arsenal kala itu mengumbar janji untuk mengobati rasa "sakit hati" fans yang tak rela Highbury diruntuhkan: "Arsenal bakal memantabkan diri menjadi klub elite Eropa ketika pindah ke stadion modern, dan merengkuh banyak gelar!"

Perpindahan stadion Arsenal ini, memang dilatarbelakangi urusan bisnis. Secara matematis, stadion yang lebih besar daya tampung beserta "pernak-perniknya", mampu mendatangkan banyak keuntungan pada segi finansial.

Tapi, uniknya, bukan presiden ataupun divisi bisnis Arsenal yang kali pertama berniat membuat stadion baru, tapi justru sang pelatih, Arsene Wenger.

"Saya terus terang memaksa dewan direksi. Jadi, saya pikir stadion ini (Emirate) adalah hasil dorongan saya plus keberanian dewan direksi," tukas Wenger seperti dikutip The Football Network.

Keberanian yang cukup nekat dari seorang Wenger dan dewan direksi. Sebab, klub besar lainnya, semisal Manchester United atau Liverpool, tak pernah sanggup hati meruntuhkan Old Trafford pun Anfield Stadium.

"Setan Merah" dan The Reds, setidaknya sampai saat ini, lebih memilih merenovasi stadion kunonya masing-masing agar bernuansa lebih "modern".

Belakangan diketahui, Wenger juga ikut mendesain Stadion Emirates. Ia juga kerap memantau pembangunan stadion yang berlangsung selama dua tahun, 2004-2006.

Tak ayal, bagi fans Arsenal yang tak setuju pindah ke Emirates Stadium, Wenger dituding sebagai "arsitek" penghancuran Highbury.

Kutukan Dimulai

Setelah satu dekade berlalu, 2006-2016, janji Wenger tinggal janji yang tetap bercokol dalam bayangan fans. Mimpi suporter, tinggalah mimpi yang bersemayam di "dunia idea" kolektif mereka.

Sementara kenyataannya bak pil pahit yang harus ditenggak mentah-mentah oleh para suporter.

Betapa tidak, setelah satu dekade menghuni Emirates Stadium, Arsenal hanya membukukan 2 gelar juara, yakni jawara Piala FA.

Musim ini, 2015/2016, Arsenal yang pada awal kompetisi disebut sebagai salah satu kandidat kuat juara EPL, justru melempem. 

Kekinian, Arsenal sudah terpaut delapan poin dari pemuncak klasemen, Leicester City. Sementara di ajang Liga Champions, mereka sudah "digebuk" Barcelona 2-0 pada leg pertama di Emirates Stadium.

Rumor pun bermunculan, dari prediksi rasional hingga yang bernuasa takhayul: Arsenal terkena kutukan karena Arsene Wenger 'meruntuhkan' stadion angker Highbury.

Itu seperti yang diungkapkan Josh Shippie, seorang penulis di laman paininthearsenal.com, Kamis (1/10) 2015.

"Setiap klub elite memang membutuhkan stadion yang megah, termasuk Arsenal. Tapi meninggalkan Highbury? Ini menjadi kutukan bagi Arsenal," tulis Josh Shippie.

Terbaru, Chas Newkey-Burden, penulis kolom di FourFourTwo, dalam artikel berjudul "Cash in the bank but few trophies in the cabinet: Highbury did not die for this", lebih keras menulis kritiknya terkait prestasi Arsenal setelah pindah ke Emirates.

Selengkapnya, Burden menulis pada artikel yang diterbitkan Selasa (8/3/2016) seperti ini:

"Ada pepatah yang berbunyi 'buat apa anda mendapat seluruh tanah di dunia jika harus kehilangan jiwa? Nah, (ironisnya) suporter Arsenal kini merasa sudah kehilangan jiwa (karena meninggalkan Highbury), tapi mereka tetap tak mendapat apa pun."

Tak Sesuai Karakter

Terlepas dari takhayul itu, Stadion Emirates kemungkinan memang tak bisa menunjang karakter permainan Arsenal yang dikenal mengandalkan umpan-umpan pendek nan cepat untuk mengubrak-abrik pertahanan lawan.

Pola permainan mereka, disebut-sebut justru cocok dengan Highbury. Itu kalau merujuk pada kondisi gelanggang yang sudah "almarhum" tersebut.

Highbury, meski hanya berkapasitas 38.419 kursi (Emirates memiliki 60 ribu kursi), memiliki keunikan yang membuatnya "angker" bagi lawan.

Keunikannya adalah, stadion itu hanya berdimensi 100x67 meter, terbilang kecil untuk klub profesional seperti Arsenal

Tapi, dimensi sempit itu justru menguntungkan Arsenal, karena mereka terbiasa "menggoreng" bola melalui umpan-umpan pendek nan cepat.

Sementara lawan-lawan mereka, terutama klub-klub EPL yang terbiasa memanfaatkan "ruang kosong" nan lebar untuk umpan-umpan panjang maupun terobosan dari sisi sayap lapangan, tak berdaya.

Selain itu, dimensi yang kecil juga membuat jarak antara lapangan dengan kursi penonton lebih dekat.

Alhasil, "intimidasi" dari pemain ke-12 (suporter) kepada tim lawan lebih efektif. Pendek kata, lawan-lawan Arsenal bakal merasa gentar ketika bertempur di Highbury.

Entah sudah diperhitungkan atau justru tak disengaja sehingga seakan seperti kutukan, yang pasti kedua aspek teknis itu tak lagi didapatkan skuat Arsenal sejak pindah ke bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah: Emirates Stadium. Benar, Emirates sebelumnya adalah tempat pembuangan limbah.

Karenanya, terkait muasal Emirates itu—Meminjam pitawat Burden dalam artikelnya—jika Wenger tak segera mematahkan "kutukan Highbury" tersebut, Arsenal dikhawatirkan bakal runtuh dan tersedot dalam "kubangan sampah" Emirates.

"Dear oh dear, Highbury benar-benar adalah tanah yang kudus, tetapi Emirates Stadium dibangun di lokasi pembuangan limbah. Jika Arsenal tak berhati-hati, mereka segera terbenam ke dalamnya," begitulah takwil metaforis Burden.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Arsenal
11
8
2
1
20
5
15
26
2
Man. City
11
7
1
3
23
8
15
22
3
Chelsea
11
6
2
3
21
11
10
20
4
Sunderland
11
5
4
2
14
10
4
19
5
Tottenham
11
5
3
3
19
10
9
18
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved