Mengenang Permusuhan Lin Dan vs Lee Chong Wei, Dua Sosok Hebat yang Telah Gantung Raket
Lima belas tahun yang lalu di Arena Kuala Lumpur yang penuh sesak menjadi saksi sejarah pertemuan perdana dua bintang yang tengah menanjak performanya
Penulis:
Dwi Setiawan
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Lima belas tahun yang lalu di Arena Kuala Lumpur yang penuh sesak menjadi saksi sejarah pertemuan perdana dua bintang yang tengah menanjak performanya, Lee Chong Wei dan Lin Dan.
Tak disangka pertemuan tersebut ternyata membuat perseteruan keduanya dilabeli sebagai salah satu persaingan terhebat dalam sejarah dunia tepok bulu.
Tercatat selama kurang lebih 15 tahun lamanya, keduanya telah saling bertemu sebanyak 40 kali.
Dimana, Lin Dan mampu unggul secara head to head dengan angka 28-12 terhadap Lee Chong Wei.
Pertemuan dalam ajang Malaysia Open 2005 itu tentu akan dikenang oleh Lee Chong Wei maupun Lin Dan.
Baca: Mengenal Lee Chong Wei, Sosok Raja Super Series Tanpa Gelar Juara Dunia dan Olimpiade
Baca: Hadapi Thomas Cup 2020, Penerus Lee Chong Wei Didapuk sebagai Pemimpin Tim
Utamanya, bagi Lee Chong Wei yang berhasil menorehkan kemenangan atas Lin Dan dalam pertemuan perdana tersebut.
Semenjak itu, laga sengit keduanya selalu menjadi momen yang dinantikan oleh para pecinta bulu tangkis dunia.
Lin Dan bahkan disebut sebagai biang kerok kegagalan Lee Chong Wei meraih medali emas Olimpiade maupun juara dunia dalam karier bulu tangkisnya.
Lee Chong Wei kini dapat disebut sebagai legenda bulu tangkis tanpa gelar Olimpiade dan Juara Dunia karena sosok Lin Dan.
Seorang jurnalis veteran Malaysia, KM Boopathy mengaku cukup takjub dengan perseteruan antara Lee Chong Wei dengan Lin Dan semasa masih aktif bermain.
"Persaingan mereka terjadi pada periode ketika bulu tangkis membutuhkan inspirasi," ujar KM Boophaty kepada AFP, dilansir New Straits Times.
"Mereka berhasil membuat olahraga ini sangat populer," lanjutnya.
Baca: Lee Chong Wei Kritik Federasi Bulu Tangkis Dunia yang Bakal Terapkan Penggunaan Shuttlecock Sintetis
Pertandingan final Olimpiade 2008 dan 2012 menjadi dua momen dimana pertarungan keduanya yang dianggap paling berkesan.
Keduanya mampu menikmati perjalanan panjang menjadi sosok pebulutangkis nomor satu dunia sektor tunggal putra.
Lin Dan dianggap lebih beruntung karena mengalahkan Lee Chong Wei dalam dua perhelatan terbesar olahraga tersebut.
Lin Dan juga menjadi sosok krusial di balik kegagalan Lee Chong Wei meraih gelar juara dunia dalam kariernya.
Pebulu tangkis senior China tersebut mampu kembali membuat Lee Chong Wei tak berdaya dalam dua agenda besar.
Yakni perhelatan kejuaraan dunia tahun 2011 dan 2013.
Lee Chong Wei dan Lin Dan merupakan dua sosok bersuara lembut yang memiliki karakter yang sangat berbeda.
Mereka terlihat berteman akrab di luar lapangan sebagai bentuk rasa untuk menghormati satu sama lain.
Lee Chong Wei terlihat lebih sebagai seorang pendiam dan sederhana.
Sikapnya yang rendah hati disertai kualitas permainan yang mumpuni menjadi daya tarik tersendiri.
Baca: Tanggapan Lee Chong Wei Perihal Wacana Perubahan Sistem Penilaian 21x3 jadi 11x5
Baca: Lee Chong Wei Nantikan Laga Ekshibisi Lawan Musuh Bebuyutannya, Lin Dan
Lee Chong Wei juga diberkati refleks luar biasa dan penguasaan lapangan yang bagus ketika bertanding.
Sementara itu, Lin Dan yang merupakan andalan tunggal putra China pada masanya justru memiliki sifat yang berkebalikan.
Dikenal sebagai "Super Dan", ia justru dikenal memiliki reputasi sebagai anak nakal bulu tangkis.
Ia memakai banyak tato, sebuah pemandangan yang jarang terlihat ketika kita mengingat sosok para pebulu tangkis Negeri Tirai Bambu.
Pada 2008, Lin Dan dikabarkan pernah mengamuk saat sesi pelatihan dan setelah itu ia pernah menyerang pelatih pribadinya

Ditinjau dari jumlah gelar juara yang pernah dimenangkan.
Lee Chong Wei yang telah pensiun sejak dua tahun lalu tercatat berhasil mengoleksi 69 gelar selama kariernya.
Semasa kariernya, Lee Chong Wei merupakan pebulu tangkis asal Malaysia yang cukup disegani di dunia dan sering dilabeli sebagai raja super series.
Dikutip dari laman resmi BWF, mulai kurun waktu 2008 hingga 2016.
Lee Chong Wei pernah berhasil mencapai enam final secara beruntun dalam tujuh tahun terakhir dalam perhelatan All England.
Empat final di antaranya berhasil dimenangi oleh Lee Chong Wei.
Total 47 gelar superseries telah dimenangkan oleh seorang Lee Chong Wei.
Tak pelak, torehan berbagai gelar bergengsi tersebut membuat namanya dikenal sebagai raja superseries.
Selain mampu tampil menawan dalam ajang All England.
Baca: Lee Chong Wei Sebut Lin Dan Pebulutangkis Legenda yang Harus Dihormati
Lee Chong Wei juga berhasil menjadi raja bulu tangkis ketika berlaga dalam ajang Malaysia Open.
Bayangkan saja, ia mampu memenangi 12 gelar Malaysia Open dalam karier bulu tangkisnya.
Ia pernah menorehkan hattrick merebut gelar Malaysia Open dalam awal meniti kariernya.
Lalu, Lee Chong Wei berhasil memenangkan tujuh gelar beruntun mulai tahun 2008.
Sementara, Lin Dan yang baru saja memutuskan pensiun juga telah meraih berbagai gelar bergengsi dalam karirnya sebagai seorang atlet bulu tangkis.
Salah satu prestasi terbesar sekaligus paling dikenang dari sosok seorang Lin Dan tatkala ia mampu mendulang medali emas Olimpiade sebanyak dua kali.
Selain berhasil meraih medali emas Olimpiade sebanyak dua kali, Lin Dan juga telah menisbatkan diri sebagai Juara Dunia sebanyak lima kali dalam kariernya.
Momen tersebut tepat dalam Kejuaraan Dunia tahun 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2013.
Pebulu tangkis kelahiran Fujian tersebut juga telah berhasil menaiki podium tertinggi kejuaraan All England sebanyak enam kali.
Tak hanya itu, Lin Dan juga tercatat menjadi bagian tim bulu tangkis China dalam meraih gelar bergengsi beregu.
Sebagaimana ketika Lin Dan berhasil membantu China menjadi juara Piala Thomas sebanyak lima kali.
Yakni pada tahun 2004, 2006, 2008, 2010, dan 2012.
Selain itu, Lin Dan juga membantu China mendulang gelar juara dalam ajang sekelas Piala Sudirman sebanyak lima kali juga.
Dalam perhelatan Asian Games, Lin Dan tercatat sudah mengoleksi empat medali emas, dua perak, dan satu perunggu.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)