Euro 2020
Paul Pogba dan N'Golo Kante, Dwi Tunggal yang Bikin Timnas Prancis Tak Terkalahkan Dalam 28 Laga
Dua pemain di lini tengah, Paul Pogba dan NGolo Kante berperan dalam kemenangan Prancis atas Jerman dengan skor 1-0, Rabu (16/6/2021)
Editor:
Muhammad Barir
TRIBUNNEWS.COM, MUENCHEN- Dua pemain di lini tengah, Paul Pogba dan NGolo Kante berperan dalam kemenangan Prancis atas Jerman dengan skor 1-0, Rabu (16/6/2021).
Dua pemain ini menjadi inti kekuatan Prancis di lini tengah.
Ibarat sebagai dua kekuatan yang bersatu. Saat mereka dimainkan bersama, Prancis tak bisa dikalahkan.
Ya, Pogba dan Kante bersatu maka Prancis tak bisa dikalahkan. Itu telah terbukti setidaknya dalam 28 pertandingan terakhir.
Prancis sekarang tidak terkalahkan di semua pertandingan saat mereka memainkan dua gelandang itu, Pogba dan Kanté.
Dalam 28 pertandingan mereka telah meraih 22 kemenangan dan 6 seri.
Paul Pogba dapat dikatakan sebagai dalang di balik kemenangan Prancis atas Jerman pada laga Euro 2020 Grup F, Rabu (16/6/2021) dini hari WIB.
Tersaji di Stadion Allianz Arena, Prancis sukses mengalahkan Jerman lewat skor 1-0.
Gol bunuh diri dari Mats Hummels menjadi satu-satunya lesakan yang terjadi pada tajuk laga final kepagian Euro 2020.
Paul Pogba menyandang predikat Man Of The Match (MOTM) pada laga Prancis vs Jerman. Ia memiliki rating tertinggi dari seluruh pemain yang tampil pada laga tersebut.
Berdasarkan data dari laman Whoscored, gelandang Manchester United ini memiliki rating 7,9.
Meski tak mencetak gol, ia menjadi dalang di balik keberhasilan Prancis mengalahkan Jerman.
Bagaimana tidak, Paul Pogba memberikan key pass ditujukan kepada Lucas Hernandez yang begerak di sisi kiri permainan les Bleus.
Oleh Lucas, umpan manis tersebut diteruskan sebagai cut-back ke dalam kotak penalti.
Apes bagi Hummles yang beniat untuk mengantisipasi umpan tesrebut justru membuat si kulit bundar meluncur deras menghujam gawang Manuel Neuer.
Dapat dikatakan, Paul Pogba menjadi sosok di balik layar kesuksesan The Bleus mengawali Euro 2020 dengan start sempurna.
Uniknya lagi, umpan yang ditujukan kepada Lucas Hernandez tersebut menggunakan aksi trivela.
Bagi penikmat sepak bola, istilah Trivela jelas bukan kata yang asing.
Trivela adalah tehnik menendang bola agar melengkung/ curl dengan kaki luar.
Teknik ini sudah ada sejak era Backenbauer, namun Quaresma lah yang sering mencetak gol dengan tehnik ini. Karena tehnik ini termasuk tehnik yang susah.
Paul Pogba menunjukkan skill trivel yang hasilnya berujung petaka bagi Der Panxer.
Bagi Jerman, ini adalah kekalahan yang sangat menyakitkan. Sebab, untuk kali pertama dalam sejarah, Jerman akhirnya kalah pada laga pembuka Euro.
Sebelumnya, dari catatan Opta, Jerman menang tujuh kali dan imbang lima kali dalam 12 pertandingan pada kompetisi paling elite di Eropa itu.
Dengan kekalahan ini, Jerman kini menduduki posisi ketiga klasemen Grup F dengan nir poin.
Sedangkan Prancis di bawah asuhan Didier Deschamps berada di urutan kedua dengan jumlah poin tiga.
Adapun Portugal yang mengoleksi poin sama dengan Prancis berada di posisi puncak klasemen. Bedanya Cristiano Ronaldo dkk unggul dalam urusan produktivitas gol.
Dilansir dari laman Transfermarket, pria kelahiran 15 Maret ini merupakan pemain sepak bola tim nasional Perancis yang bermain gemilang bersama klub Inggris yaitu Manchester United.
Dia merupakan pemain yang berposisi sebagai gelandang dengan peran yang amat baik dalam urusan menyerang maupun bertahan.
Pogba digambarkan oleh mantan klub yang mengasah kemampuanya sehingga menjadi pemain profesional yaitu Manchester United sebagai pemain yang kreatif, terampil dan kuat.
Paul Pogba memulai karir nya dalam dunia sepak bola sejak tahun 1999.
Kala itu ia masih berusia 6 tahun dan bergabung dengan salah satu klub seak bola lokal yaitu Roissy-en-Brie.
Ia bermain untuk klub junior lokal tersebut selama 6 tahun lamanya.
Pada usianya yang menginjak 12 tahun ia bergabung dengan tim junior Torcy FC.
Namun hanya semusim Pogba bermain di klub ini. Karir sepak bola Pogba kemudian berlabuh bersama dengan Le Havre FC. Ia bermain untuk klub ini selama 2 musim lamanya.
Pada musim keduanya bermain untuk Le Havre, ia menjadi kapten tim U-16 Havre dan sukses membawa timnya masuk ke babak final liga domestik. Ia sukses membantu Le Havre finish di peringkat kedua dibawah Lens.
Performa apiknya sukses membawa Le Havre bercokol diatas tim – tim elit seperti Lyon dan Nancy.
Atas dasar pertimbangan performanya yang gemilang, banyak klub – klub elit eropa yang mulai menaruh ketertarikan pada diri pemain yang memiliki nama lengkap Paul Labile Pogba ini.
Kemudian di tahun 2009 pogba bergabung ke akademi sepak bola Manchester United dan sempat bermain untuk MU ketika beusia 17 tahun.
Sayangnya ia hanya diberi kesempatan bermain 3 kali saja. Setelah merasa kurang berkembang bersama dengan akademi Setan Merah, akhirnya Pogba memutuskan untuk pindah ke klub Serie A Italia yaitu Juventus FC.
Dilansir dari laman Tutuomaercatoweb, kala bermain bersama Juve, dia mendapatkan julukan Il Polpo Paul yang artinya “Paul si Gurita” karena kakinya yang panjang dan jika dilihat seperti tentakel gurita .
Sejak kedatangannya ke Juve, Pogba secara perlahan sukses memantapkan jalannya hingga menjadi pemain inti Juventus.
Di Turin, Pogba sukses memberi nuansa baru bagi gaya permainan tim berjuluk Si Nyonya Tua tersebut. Kemampuan kontrol dan olah bola yang ia miliki kerap merepotkan tim lawan.
Belum lagi tendangan keras terarah yang dijadikannya senjata utama untuk memecah dead-lock.
Pergerakannya kerap membuat pemain belakang lawan kewalahan kala ia membantu penyerangan.
Kala ia membantu bertahan, takling kuat dan kecepatan lari yang ia miliki kerap membuat tim lawan kesulitan menembus lapangan tengah si Nyonya Tua.
Kariernya semakin memuncak setelah memutuskan bergabung dengan Manchester United.(Tribunnewscom/Giri)