Bursa Transfer
Ironi Neymar, Pergi dari Barcelona Agar Keluar dari Bayang-bayang, Kini Justru Ada Messi dan Mbappe
4 tahun berlalu, ironi terjadi, Neymar disatroni Messi di PSG. Dalam point of view memburu gelar pribadi, Messi jelas pedang bermata dua bagi Neymar.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Neymar mungkin jadi orang yang pertama menyambut kedatangan Lionel Messi di gerbang Paris Saint-Germain (PSG).
Pun, kedatangan Messi juga menjadi ironi bagi striker Brasil tersebut.
Keduanya bersahabat dekat, di dalam dan di luar lapangan.
Namun, toh dia tetap pergi dari Barcelona pada 2017 silam.
Rumor yang santer berembus saat itu adalah Neymar juga ingin memburu gelar pribadi.
Berada di Barcelona hanya membuat dia berada di balik bayang-bayang superioritas Messi.
Baca juga: Ambisi, Alasan Lionel Messi Pilih PSG, Le Parisien Hadapi Defisit Keuangan Rp 3,37 Triliun

Baca juga: Dalam Tangisnya, Lionel Messi Beri Resep Obat Sakit Parah Barcelona
Lantaran itu, Neymar memutuskan untuk membubarkan trio MSN dan berpisah dari Messi dan Suarez.
Predikat Ballon d'Or disebut-sebut menjadi motivasi Neymar hengkang saat itu.
Kini, empat tahun berlalu, ironi terjadi, Neymar justru disatroni Messi di PSG.
Baca juga: Transfer Liga Italia, Edin Dzeko ke Inter, Tammy Abraham Tolak AS Roma, Madrid Tawarkan Luka Jovic
Dalam point of view memburu gelar pribadi, hal itu jelas jadi pedang bermata dua bagi Neymar.
Terlebih 'saingannya' bukan cuma Messi, adapula Kylian Mbappe yang disebut-sebut calon terkuat peraih status pemain terbaik di dunia berikutnya.
Baca juga: Bursa Transfer Man United, Diogo Dalot Kembali dari AC Milan, MU Setop Kejar Kieran Trippier
Tantangan dan Peluang Skuat Mumpuni

Baca juga: Bursa Transfer Juventus, Miralem Pjanic Segera Kembali, Kaio Jorge Gabung, Aaron Ramsey Dilego
Kedatangan Messi akan menciptakan beragam opsi bagi pelatih PSG, Mauricio Pochettino.
Namun, tantangannya juga besar.
Walau Neymar bersahabat dengan Messi semasa memperkuat Barcelona, sebagian alasan mengapa pemain Brasil itu hengkang ke PSG pada 2017 dilaporkan karena dia ingin lari dari bayang-bayang Messi.
Baca juga: Lionel Messi Tiba di Paris, Ini Agenda dan Jadwal Debutnya di Paris Saint-Germain
Ditambah Mbappe dan sejumlah pemain lain, seperti Angel di Maria dan Mauro Icardi, maka Pochettino harus menemukan keseimbangan yang pas agar susunan pemain kelas dunia tidak malah menjadi kontraproduktif.
Jika Pochettino sanggup menyatukan mereka, lini depan PSG amat berbahaya.
Selama bertahun-tahun di Barcelona, Messi berjaya dalam mengemban peran sebagai 'false nine'.
Kemampuannya yang bisa turun jauh ke lini belakang ini dapat menciptakan ruang bagi Neymar dan Mbappe untuk menyerang.
Baca juga: Ambisi, Alasan Lionel Messi Pilih PSG, Le Parisien Hadapi Defisit Keuangan Rp 3,37 Triliun

Opsi lain, Messi bisa beroperasi di sektor kanan sebagaimana dia lakukan bersama Barcelona dalam beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi, kunci 'kegarangan' trio ini terletak pada Neymar.
Kemunculannya di lapangan dan keterlibatannya dalam mencetak gol tampak menurun selama empat musim berlaga di Ligue 1.
Baca juga: Lima Hal Menarik Pidato Perpisahan Lionel Messi dari Barcelona, Hal Ini Jadi Pertanyaan Baru
Neymar mencetak 19 gol dan 13 assist dalam 30 pertandingan pada musim 2017-2018, namun hanya menjaringkan sembilan gol dan menciptakan lima assist dalam 18 partai musim lalu.
Peran pencetak gol utama diambil alih Mbappe yang mencetak 27 gol dan tujuh assist dalam 31 pertandingan Ligue 1 musi lalu.
Messi jelas akan menambah kekuatan di lini depan PSG jika dia jadi bergabung, namun tanda tanya diarahkan ke Neymar.
Baca juga: Ambisi, Alasan Lionel Messi Pilih PSG, Le Parisien Hadapi Defisit Keuangan Rp 3,37 Triliun

Tandem Berbahaya Messi
Lantaran Messi bersahabat dengan Neymar dan Mbappe punya potensi besar, dua pemain ini disebut-sebut bakal menjadi rekan terbaik Messi di lini depan.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa selama kariernya, Messi selalu bertandem dengan pemain-pemain yang tak kalah hebat.
Saat masih remaja, Lionel Messi dimainkan sebagai pendukung Ronaldinho—mentornya pada masa awal memperkuat skuat senior Barcelona—serta Samuel Eto'o.
Baru ketika Pep Guardiola menangani Barcelona pada 2008 dan mengganti Ronaldinho, karier Messi berkembang pesat.
Baca juga: Dalam Tangisnya, Lionel Messi Beri Resep Obat Sakit Parah Barcelona

Diplot untuk membangun serangan dari lini tengah bersama Eto'o dan Thierry Henry, Messi tampil prima sehingga turut menyumbangkan tiga gelar juara.
Pada usia 21 tahun saat itu, Messi menjaringkan 38 gol dalam 51 laga di semua kompetisi.
Jumlah gol bertambah menjadi 62 dari sumbangan Henry dan Eto'o.
Raihan tersebut membuat pemain Argentina itu meraih gelar pemain terbaik dunia Ballon d'Or yang pertama pada 2009. Gelar serupa diraihnya lima kali lagi dalam tahun-tahun berikutnya.
Baca juga: Lima Hal Menarik Pidato Perpisahan Lionel Messi dari Barcelona, Hal Ini Jadi Pertanyaan Baru

Pada 2010-2011, Guardiola memasangkan Messi dengan David Villa dan Pedro Rodriguez di lini serang. Trio itu dijuluki 'MVP', sesuai dengan huruf depan nama mereka.
Awalnya, Villa dikhawatirkan tidak bermain optimal jika Guardiola menempatkannya ke posisi melebar mengingat di Valencia dia adalah striker murni.
Namun, Villa mau tidak mau menerima peran itu dan turut menyumbangkan gelar La Liga dan Liga Champions untuk Barcelona.
Pada akhir musim, trio itu mendulang 98 gol. Dari jumlah itu, 53 di antaranya dicetak Messi.
Mungkin trio paling kondang yang melibatkan Messi adalah 'MSN', bersama Luis Suarez dan Neymar.
Kedatangan Suarez dari Liverpool pada 2014 merupakan penanda perubahan bagi Messi, yang mulai beralih ke sektor kanan untuk mengakomodir pemain Uruguay itu.