Super Pandit
Bak Kena Kutukan, Barcelona Tim Paling Apes di Kompetisi Eropa, Momen Liverpool & Roma Paling Sakit
Secara mengejutkan, Barcelona yang sedang dalam kondisi apik di Liga Spanyol harus keok saat bermain di ajang Liga Eropa.
Penulis:
deivor ismanto
Editor:
Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Secara mengejutkan, Barcelona yang sedang dalam kondisi apik di Liga Spanyol harus keok saat bermain di ajang Liga Eropa.
Lima belas pertandingan tanpa kekalahan Barcelona berhasil dipatahkan Eintracht Frankfurt dalam leg kedua babak 8 besar Liga Eropa.
Dalam pertandingan yang digelar di Camp Nou tersebut, Barcelona dibuat kelimpungan dan menyerah dengan skor 2-3.
Mimpi Xavi untuk memberi gelar Liga Eropa bagi Blaugrana pun sirna dan terhenti di babak 8 besar.
Ya, bak terkena kutukan, Barcelona seperti tak selalu berjodoh dengan kompetisi Eropa.

Baca juga: Jadwal Liga Spanyol: Real Madrid Jumpa Sevilla, Pelampiasan Barcelona & Atletico Madrid
Baca juga: Siap-siap Barcelona Tanpa Trofi Musim Ini, Blaugrana Telah Tersingkir di 4 Turnamen, Ini Daftarnya
Apa yang menjadi keterpurukan Barcelona dalam ajang Eropa sejatinya sudah dirasakan sejak terakhir kali mereka menjuarai Liga Champions pada tahun 2015 silam.
Di era kepelatihan Luis Enrique, dengan trio Messi, Suarez, Neymar (MSN) Blaugrana mampu tampil perkasa.
Namun selepas itu, mereka tampil angin-anginan dan tak pernah menicipi gelar Liga Champions lagi.
Justru, perjalanan Blaugrana dalam beberapa tahun berikutnya kian memburuk dan mengkhawatirkan.
Pada tahun 2018, Barcelona secara mengejutkan menelan kekalahan melawan AS Roma dalam perempat final Liga Champions.
Gol kostas Manolas di menit akhir membuat langkah Blaugrana terhenti, karena kalah agregat gol tandang dari i Giallorossi.
Padahal di leg pertama Barcelona mampu unggul 4-1 melawan Roma, namun kedigdayaan i Giallorossi mampu membuat tim ibu kota tersebut comeback di leg kedua dengan skor 3-0.
Belum move on dari kekalahan menyakitkan melawan AS Roma, Barcelona kembali terkena comeback di musim selanjutnya.
Bermodal tiga gol saat bermain di Camp Nou menghadapi Liverpool, Blaugrana justru keok saat bertandang ke kandang The Reds, Anfield.
Barcelona terbantai dengan skor empat gol tanpa balas dan harus merelakan satu tempat di babak final kepada Liverpool.
Dua kekalahan secara mengejutkan, dalam kurun waktu dua tahun beruntun membuat Barcelona mulai dipandang sebelah mata.
Apalagi setelah mereka menelan kekalahan memalukan 8-2 dari Bayern Munchen di babak perempat final Liga Champions tahun 2020.
Pahitnya lagi, pembelian pemain yang dilakukan Barcelona tak pernah mencapai kata berhasil, justru dana ratusan juta dollar yang mereka gelontorkan berakhir sia-sia.
Para pemain yang mereka beli dengan harga selangit tak mampu memberi kontribusi maksimal untuk Blaugrana.
Padahal, pemain-pemain yang Barcelona beli bukanlah nama sembarangan, mereka berhasil tampil impresif di tim sebelumnya, namun saat membela Barcelona kemampuan terbaik mereka justru terkubur.
Sebut saja, Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, Malcom, sampai Antoine Griezmann.
Nama yang disebutkan terakhir tak mampu memberi kontribusi maksimal untuk Barcelona dan memilih hengkang ke tim lamanya, Atletico Madrid dengan status pinjaman.
Sedangkan Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele lebih banyak menghabiskan waktunya di Blaugrana di ruang perawatan.
Nama yang disebutkan pertama dipinjamkan menuju Aston Villa, sedangkan Dembele yang meminta gaji tinggi gagal dijual Barcelona di bursa transfer lalu.

Baca juga: Lolos Tidaknya Chelsea ke Semi Final Liga Champions, Thomas Tuchel Tetap Juru Taktik Terbaik Dunia
Baca juga: Investasi Cerdas Eks Liverpool di Leicester: Jual Maguire, Rekrut 4 Pemain Elok, Cetak Sejarah Klub
Akhirnya, situasi klub yang kian memburuk, memaksa Josep Bartomeu untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden Barcelona.
Dengan warisan buruk yang ditinggalkan Bartomeu, Barcelona dipaksa bertahan di keadaan yang tiap harinya semakin mengkhawatirkan.
Joan Laporta yang kemudian terpilih sebagai presiden selanjutnya, berusaha untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkan Bartomeu.
Laporta dipilih karena ia berpengalaman menjadi presiden Barcelona dan sukses membuat Blaugrana berjaya dari tahun ke tahun.
Pria berusia 58 tahun tersebut adalah orang yang menunjuk Pep Guardiola melatih Barcelona pada musim 2008/2009.
Keadaan buruk Barcelona pun sedikit menemui titik terang sesaat Laporta kembali menjabat sebagai presiden di Barcelona musim ini.
Namun, alih-alih ingin bangkit dari keterpurukan, Barcelona harus menerima kenyataan ditinggal oleh mega bintang mereka, Lionel Messi.
Mau tak mau Messi harus angkat kaki dari Barcelona karena keadaan klub yang memburuk serta peraturan finansial La Liga.
Tak hanya itu, Barcelona juga harus memangkas gaji skuat mereka karena finansial klub yang melemah dan untuk memenuhi aturan finansial La Liga.
Skuat Blaugrana pun mengalami perubahan cukup besar musim ini.
Selain ditinggal oleh Lionel Messi yang hengkang ke Paris Saint-germain, Blaugrana juga menjual beberapa pemain lainnya.
Ederson Royal yang disiapkan untuk mengisi plot bek kanan, justru dijual ke Tottenham Hotspur, meski Blaugrana baru membelinya dari Real Betis pada bulan Juni.
Miralem Pjanic yang berseteru dengan klub masalah gaji, akhirnya memilih hengkang untuk memperkuat tim asal Turki, Besiktas.
Yang paling mencolok, Antoine Griezmann dipulangkan ke Atletico Madrid dengan status pinjaman.
Pengganti Griezmann pun tidak sepadan. Setelah kepergiannya, Blaugrana justru meminjam striker Sevilla, Luuk De Jong.
Di Sevilla, pemain asal Belanda itu lebih sering duduk di bangku cadangan karena kalah saing dengan striker Sevilla lainnya, Youssef En-Nesyiri.
Barulah ketika Xavi Hernandez datang, ia mampu 'menyehatkan' rekrutmen Barcelona dengan memboyong 3 bintang Liga Inggris.
Adalah Ferran Torres, Aubameyang, dan Adama Traore, namun sayangnya, magis mereka hanya mampu diberikan di Liga Spanyol.
Saat bermain dalam ajang Liga Eropa yang notabennya adalah kasta kedua di daratan elite Eropa, Barcelona hanya mampu melaju hingga babak 8 besar.
(Tribunnews.com/Deivor)