Jumat, 5 September 2025

Super Pandit

Ralf Rangnick, Diktator dari Jerman yang Merusak Manchester United dan Lokomotiv Moskow

rangnick seperti ingkar janji. petuah manisnya setelah kedangannya di Old Trafford hanyalah sebuah banyolan

Penulis: deivor ismanto
GLYN KIRK / AFP
Pelatih kepala Manchester United German Interim Ralf Rangnick memberi isyarat di pinggir lapangan selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Brighton and Hove Albion dan Manchester United di American Express Community Stadium di Brighton, Inggris selatan pada 7 Mei 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Keputusan mengejutkan dibuat oleh Ralf Rangnick.

Ia memilih mundur dari jabatannya sebagai konsultan Manchester United dengan alasan ingin fokus melatih Timnas Austria.

Di tengah misi kebangkitan setan merah bersama pelatih anyar mereka, Erik Ten Hag. kehadiran Rangnick sebagai konsultan diharapkan mampu membantu kinerja pelatih asal belanda itu.

Namun, Rangnick seperti ingkar janji. petuah manisnya setelah kedangannya di Old Trafford hanyalah sebuah banyolan.

Ia datang ke kota manchester dengan kepala tegak dan pergi begitu saja meninggalkan jejak yang begitu buruk.

Pelatih Interim Manchester United asal Jerman, Ralf Rangnick memberi instruksi kepada pemainnya dari pinggir lapangan dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Manchester United melawan Tottenham Hotspur di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris barat laut, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. Setan Merah berhasil menundukkan Spurs dengan skor 3-2 (2-1) berkat hattrick Cristiano Ronaldo. AFP/LINDSEY PARNABY
Pelatih Interim Manchester United asal Jerman, Ralf Rangnick memberi instruksi kepada pemainnya dari pinggir lapangan dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Manchester United melawan Tottenham Hotspur di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris barat laut, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. Setan Merah berhasil menundukkan Spurs dengan skor 3-2 (2-1) berkat hattrick Cristiano Ronaldo. AFP/LINDSEY PARNABY (AFP/LINDSEY PARNABY)

Baca juga: Berkah Pemain Kroasia Berujung Trofi Liga Champions, PSG & Manchester City Kena Sindiran Tajam

Baca juga: Efek Domino Real Madrid Juarai Liga Champions, Peluang Tak Terbantahkan Benzema Raih Ballon dOr

Langkah Ralf Rangnick untuk menjadi juru selamat Manchester United tak berjalan mulus.

Sempat menunjukkan magisnya di partai perdana kala Manchester United sukses menumbangkan Crystal Palace dengan skor tipis 1-0.

Di rentetan pertandingan setelahnya, Setan Merah tampil biasa-biasa saja dan sulit memenangkan pertandingan.

Per catatan Squawka, Ralf Rangnick menjadi pelatih dengan rasio kemenangan terburuk semenjak peninggalan Sir Alex Ferguson.

Juru taktik asal Jerman itu hanya mencatatkan rasio kemenangan sebanyak 47 % , sedangkan pendahulu Alex Ferguson lainnya rata-rata mampu meraih rasio di atas 50 % .

Terakhir, Setan Merah mengalami kekalahan memalukan saat bersua Crystal Palace dalam pekan ke-38 Liga Inggris.

Dalam laga itu, pasukan Rangnick dipecundangi Palace dengan skor 1-0 dan membuat setan merah mengakhiri musim 2021/2022 dengan noda.

Ya, hasil tersebut berlawanan dengan ekspetasi para pendukung Manchester United yang sudah banyak berharap dengan juru taktik berusia 63 tahun itu.

Kedatangan Rangnick menuju Manchester United memang sempat dieluh-eluhkan, ia memiliki CV yang begitu mentereng kala masih bekerja di Jerman.

Pelatih kepala Manchester United German Interim Ralf Rangnick (tengah) meninggalkan lapangan setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Brentford dan Manchester United di Brentford Community Stadium di London pada 19 Januari 2022.
Pelatih kepala Manchester United German Interim Ralf Rangnick (tengah) meninggalkan lapangan setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Brentford dan Manchester United di Brentford Community Stadium di London pada 19 Januari 2022. (BEN STANSALL / AFP)

Dirinya sukses menyulap klub yang tak diperhitungkan sebelumnya, seperti RB Leipzig, FC Schalke 04, hingga Hoffenheim menjadi tim hebat dengan filosofi gegenpressing yang ia usung.

Sampai-sampai karena kejeniusannya ia dijuluki sebagai sang profesor sepak bola.

Namun di sisi lain, saat ia melanjutkan karier di Rusia untuk menjadi direktur olahraga dan pengembangan di awal tahun 2021, karirnya justru menemui jalan terjal.

Beberapa bulan sebelum Rangnick masuk dalam kandidat manajer interim Manchester United, nama juru taktik berusia 63 tahun itu tercoreng di Rusia.

Dilansir Russian Football News, Rangnick merombak skuat Lokomotiv Moskow yang sudah terbentuk, alhasil Lokomotiv tak mampu berbicara banyak di Liga Rusia musim ini sejak kedatangannya.

Keputusannya untuk menjual pemain kunci Lokomotiv Moskow, Grzegorz Krychowiak menjadi hal yang paling terkena kritik.

Ketiadaan eks pemain Paris Saint-Germain itu membuat penampilan Moskow di Liga Rusia menjadi timpang, saat ini langganan Liga Champions itu tertahan di peringkat 4 Liga Rusia setelah hanya mengumpulkan 25 poin dari 16 pertandingan.

Lokomotiv Moskow tertinggal 12 poin dari sang pemuncak klasemen, Zenit. Peluang mereka untuk menjadi juara pun tertutup, bahkan untuk finish di Zona Liga Champions saja juga berat.

Keputusan Rangnick untuk menjual Grzegorz Krychowiak adalah blundernya di Moskow, apalagi, ia melakukan hal tersebut tanpa melakukan diskusi dengan jajaran manajemen lainnya.

Lalu, Rangnick juga dianggap sebagai seorang diktator yang lebih mengutamakan bisnisnya daripada kepentingan tim yang sedang ia pimpin.

Rangnick secara terang-terangan mendatangkan 10 staf yang ia kenal sebelumnya untuk masuk ke dalam jajaran Lokomotiv Moskow, termasuk sang pelatih kepala yang ia tunjuk, Markus Gisdol.

Ya, dan kepergian pria asal Jerman itu ke Manchester United pun justru membuat pihak klub lega. Bahkan mantan presiden Lokomotiv Moskow, Nikolai Naumov memberi komentar menohok tentang karir singkat Ralf Rangnick di Rusia.

"Rangnick tak peduli dengan sepakbola, yang ia pentingkan hanyalah bisnis," Kata Nikolai Naumov dilansir Sportwitness.

"Semakin banyak negara, liga, dan klub yang ia liput, maka semakin banyak juga keuntungan yang ia dapatkan," lanjutnya dengan ketus.

"Dia sangat acuh dengan Lokomotiv. Rangnick datang di sini untuk mendapatkan uang, ia tak peduli dengan sepakbola," tegasnya.

Komentar sinis Nikolai Naumov semakin memperburuk citra Rangnick di Rusia. Lokomotiv Moscow adalah tim yang mendapatkan bencana setelah kedatangannya.

Gegenpressing Ralf Rangnick di Jerman yang tak terlihat bersama United.

Namun, dari citra buruknya di Rusia, namanya sebagai profesor sepakbola tetap melekat dalam pria asal Jerman itu.

Karier mentereng di Jerman dan citra apiknya yang ditenteng oleh media Inggris mampu menutup berita miringnya di Lokomotiv Moskow dan membuat Manchester United kepincut untuk mendatangkannya.

Filosofi juru taktik berusia 63 tahun itu adalah tentang agresifitas dan daya juang.

Pelatih Interim Manchester United asal Jerman, Ralf Rangnick (kiri) menepuk bahu striker Manchester United asal Inggris, Marcus Rashford saat dia digantikan dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Manchester United melawan Tottenham Hotspur di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris barat laut, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. Setan Merah berhasil menundukkan Spurs dengan skor 3-2 (2-1) berkat hattrick Cristiano Ronaldo. AFP/LINDSEY PARNABY
Pelatih Interim Manchester United asal Jerman, Ralf Rangnick (kiri) menepuk bahu striker Manchester United asal Inggris, Marcus Rashford saat dia digantikan dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Manchester United melawan Tottenham Hotspur di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris barat laut, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. Setan Merah berhasil menundukkan Spurs dengan skor 3-2 (2-1) berkat hattrick Cristiano Ronaldo. AFP/LINDSEY PARNABY (AFP/LINDSEY PARNABY)

"Kami suka menekan tinggi, dengan tekanan balik yang sangat intens. Ketika kami menguasai bola, kami tidak suka umpan persegi atau umpan balik," Kata Rangnick dilansir The Coaches Voice.

Ya, Rangnick peduli setan dengan permainan lewat sirkulasi passing yang menyisir ke sisi lapangan, dia lebih mengutamakan direct pass lewat umpan terobosan yang menusuk guna mencapai ke sepertiga akhir dengan cepat.

Filosofinya adalah tentang agresifitas dan daya juang. Setelah kehilangan bola, anak asuhnya dituntut untuk merebut bola secepat mungkin.

Para pemainnya juga diharamkan untuk memegang bola lebih dari 10 detik, mereka harus memiliki visi untuk melakukan sirkualsi bola ke depan dengan cepat.

"Jika anda ingin meningkatkan kecepatan permainan anda. Anda harus mengembangkan pikiran lebih cepat daripada kaki kedua kaki anda," ungkap Rangnick.

Gaya kepelatihan seperti itu tak asing dengan juru taktik Liverpool bukan? ya, gegenpressing adalah cetusan dari Ralf Rangnick yang dijadikan senjata Jurgen Klopp untuk The Reds.

Rangnick adalah maha guru untuk pelatih-pelatih dari Jerman. Nama-nama seperti Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, hingga pelatih Bayern Munchen, Julian Nagelsmann merupakan murid-nya.

Nama yang disebutkan pertama dapat dibilang sebagai sosok yang menaruh kiblat permainannya seperti Rangncik.

Beberapa pemain Liverpool sekarang adalah bekas asuhan Rangnick yang ia godok di klub terdahulunya.

"Klopp tidak perlu berterima kasih kepada saya. Ini jelas bukan kebetulan bahwa ia memiliki empat mantan pemain saya (Sadio Mane, Naby Keita, Firmino, dan Joel Matip)," Kata Rangnick dilansir BT Sport.

"Karena itu menunjukkan bahwa ia sebenarnya mencari jenis pemain yang sama, dengan aset yang sama, dengan mental yang sama," lanjutnya.

Jelas bukanlah tanpa alasan mengapa Klopp seniat itu untuk menerapkan filosofi Rangnick untuk Liverpool yang sedang ia buat menjadi tim terbaik Eropa.

Karir sepakbola Rangnick begitu mentereng, dia dikenal sebagai profesor sepakbola dengan kecerdasannya meramu taktik dan strategi.

Rangnick memulai karir kepelatihannya sejak tahun 1983, saat itu ia menjadi pemain sekaligus pelatih untuk tim Jerman, Viktoria Backnang di usia 26 tahun.

Kemudian karir kepelatihannya terus menanjak hingga mampu membawa Schalke 04 lolos ke final DFB Pokal dan duduk sebagai runner up di Bundesliga musim 2004/2005.

Di musim selanjutnya, Rangnick sukses membawa Schalke menjadi jawara DFB Pokal dan secara mengejutkan mengantar The Royal melaju ke babak semi final Liga Champions musim 2010/2011.

Berkat kecerdasannya dalam berteori, ia dirasa lebih cocok untuk duduk dengan jabatan yang lebih tinggi daripada menjadi seorang pelatih.

Pada tahun 2012 ia direkrut oleh RB Leipzig untuk menjadi Direktur Olahraga guna mengangkat performa mereka yang saat itu masih berada di kasta keempat kompetisi sepakbola Jerman.

Rangnick pun langsung mencarikan pelatih untuk Leipzig yang sesuai dengan ideologi sepakbola yang ia usung, nama Alexander Zorniger pun ditunjuk.

Hasilnya? istimewa!

Zorniger mampu membawa Leipzig promosi dari divisi 4 menuju divisi 2 hanya dalam waktu dua tahun saja!

Naik ke tingkat yang lebih tinggi membuat nama Zorniger disingkirkan untuk mencari pelatih dengan nama yang lebih mentereng dan kebutuhan strategi Leipzig.

Namun, tak ada satu nama  yang sukses Rangnick bawa meneruskan tongkat kepelatihan Zorniger, nama-nama seperti Thomas Tuchel dan Sascha Lewandowski gagal ia boyong.

Alhasil, Rangnick memilih untuk terjun ke lapangan dengan menjadi juru taktik anyar RB Laipzig yang memiliki misi besar.

Hasilnya pun instan! Leipzig dibawanya promosi ke kompetisi tertinggi di Jerman, Bundesliga.

Dengan begitu, Lepzig hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mampu promosi dari kasta keempat menuju kasta tertinggi di sepakbola Jerman.

Setelah mampu mebawa Leipzig promosi ke kasta tertinggi sebagai pelatih, Rangnick kembali memilih untuk menjabat sebagai direktur olahraga guna menyeimbangkan tim agar mampu bertahan dan bersaing dengan tim-tim besar Bundesliga.

Hingga akhirnya, karier mentereng Rangnick bersama Leipzig usai saat dirinya memilih bergabung bersama raksasa Russia, FC Lokomotiv Moskow di musim 2021/2022.

Kini, karirnya bersama Manchester United sedikit diragukan, gegenpressing yang menjadi andalan dari sistem sepak bolanya tak terlihat bersama Setan Merah.

Ia lebih memilih bermain menggunakan sistem 4-2-3-1 dan tak ada permainan gegenpressing yang ia selama ini melekat padanya.

Setan Merah hanya mampu menguasai ball possesion sebanyak 51.34 % per pertandingan, dengan skala meraih poin hanya sebanyak 1.72 per pertandingan.

Fakta tersebut membuat kapabilitas Rangnick mulai dipertanyakan, alih-alih menjadi juru selamat, United gagal tampil di Liga Champions musim depan.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
3
3
0
0
8
4
4
9
2
Chelsea
3
2
1
0
7
1
6
7
3
Arsenal
3
2
0
1
6
1
5
6
4
Tottenham
3
2
0
1
5
1
4
6
5
Everton
3
2
0
1
5
3
2
6
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan