Liga Inggris
Manchester United Klub Tak Tahu Diri, SJR Terdepan Beri Tamparan Keras
Menurut Dosen University of Liverpool, Manchester United tergolong sebagai tim tidak tahu diri karena hidup dengan gaya mewah.
Penulis:
Guruh Putra Tama
Editor:
Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Situasi yang dihadapi Manchester United dalam beberapa tahun terakhir tak bisa dibilang kondusif.
Manchester United mengalami pasang surut yang membuat mereka jauh dari kata konsisten.
Semenjak Sir Alex Ferguson pensiun, langkah Manchester United tertatih menaiki tangga kesuksesan.
Di era Sir Alex, Manchester United akrab dengan kompetisi Liga Champions.
Namun setelah eranya berakhir pada 2013 lalu, Manchester United hanya bisa lolos 6 kali ke kompetisi tersebut.
Selain itu, MU juga tak rutin menjadi penantang gelar juara Liga Inggris lagi.
Bahkan untuk sekadar masuk empat besar saja mereka kesulitan.
Baca juga: Solusi Ringkas Chelsea Gaet Alejandro Garnacho, Manchester United Diajak Barter
Hal itu memancing sebuah tanggapan menarik dari dosen University of Liverpool, Kieran Maguire.
Kieran Maguire yang juga seorang pakar keuangan sepak bola mengungkapkan Manchester United merupakan tim yang tidak tahu diri.
Maksudnya, mereka terus menjalani gaya hidup selayaknya mereka masih rutin tampil di Liga Champions.
Memang saat masih rutin tampil di Liga Champions, mereka memiliki pemasukan besar.
Pemasukan itu setidaknya bisa ikut menutupi pengeluaran klub yang besar.
Namun hal itu tak lagi terjadi saat mereka tak lagi rajin tampil di kompetisi antarklub Eropa paling bergengsi itu.
Sumber pemasukan mereka menjadi tak tentu dan hanya mengandalkan aktivitas di luar lapangan hijau.

Padahal pada saat yang sama, mereka tak mengubah perilaku dan gaya hidup di klub tersebut.
"United hidup dengan gaya hidup Liga Champions tetapi dengan pemasukan layaknya klub Liga Eropa," kata Kieran Maguire dikutip dari Soha.
"Untuk sementara, klub baik-baik saja berkat uang yang terkumpul sejak tahun-tahun lalu."
"Namun, surplus tidak bisa bertahan selamanya," sambungnya.
Untungnya, situasi itu mulai berubah dengan masuknya Sir Jim Ratcliffe (SJR) bersama INEOS.
SJR mulai menerapkan kebijakan tegas terkait penghematan yang terjadi di kubu Setan Merah.
Ia tak segan melakukan pemutusan hubungan kerja kepada sekira 250 pegawai di klub.
Masih ada beberapa kebijakan lainnya yang mencoret pengeluaran ekstra yang membebani keuangan klub.
Salah satunya adalah soal status Sir Alex Ferguson sebagai duta klub.

Hal itu memang terasa pahit bagi penggemar.
Namun hal tersebut perlu dilakukan lantaran situasi keuangan yang tak tentu.
Ditambah lagi, Manchester United cukup serampangan membelanjakan uang untuk mendatangkan pemain baru.
Dana besar yang digelontorkan selama beberapa tahun terakhir tak sesuai dengan pemasukan yang tak seberapa.
Pada akhirnya, MU kembali terjebak dalam utang yang makin besar.
Pihak INEOS pun terus mencoba melakukan penghematan sembari memastikan klub tak kehilangan kualitas yang dituju.
Proses itu tak akan berlangsung singkat dan cepat.
Namun, segala upaya yang dilakukan INEOS pantas mendapatkan dukungan dari para penggemar.
Secara perlahan, Manchester United mulai beroperasi layaknya tim sepak bola di era modern.
(Tribunnews.com/Guruh)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.