Luka Modric, Maestro Abadi: Gol Bersejarah di Usia 40 Tahun Jadi Penyelamat 3 Poin Milan

TRIBUNNEWS.COM - AC Milan kembali memetik hasil positif pada giornata ke-3 Serie A 2025/2026 di San Siro, Senin (15/9/2025) dini hari tadi.

Rossoneri menang tipis 1-0 atas Bologna, berkat gol tunggal yang dicetak gelandang veteran mereka, Luka Modric di menit ke-61. 

Kemenangan ini bukan sekadar tambahan tiga poin. Ia juga menghadirkan sebuah cerita bersejarah: seorang maestro berusia 40 tahun yang menolak tunduk pada usia.

Penampilan AC Milan di laga ini sejatinya belum cukup meyakinkan. 

Meski mencatatkan 14 tembakan dengan tiga yang on target, Rossoneri masih kalah dalam penguasaan bola 39 persen berbanding 61 milik Bologna.

Untungnya saja, mereka tetap bisa menang meski hanya mencatatkan tiga tembakan tepat sasaran dari 14 percobaan yang ada.

Adalah Luka Modric yang menjadi pahlawan lewat gol tembakan mendatar yang menyusur tanah ke pojok gawang.

Itu menjadi gol perdana bagi Modric bersama Milan sejak ia tiba pada bursa transfer musim panas. 

Yang membuat lebih spesial, ia melakukannya hanya beberapa hari setelah ulang tahun ke-40, tepatnya pada 9 September lalu.

Gol perdana untuk Milan itu membuat Modric masuk ke dalam kelompok eksklusif pesepak bola yang mampu mencetak gol di Serie A setelah melewati usia 40 tahun.

Baca juga: Hasil Klasemen Liga Italia: Kemenangan Perdana Jay Idzes, AC Milan Win Streak

Gelandang asal Kroasia itu bergabung dengan nama-nama legendaris seperti Zlatan Ibrahimovic dan Fabio Quagliarella.

Lebih dari itu, catatan ini juga mencatatkan Modric sebagai gelandang tertua yang pernah mencetak gol dalam sejarah Serie A.

Modric mematahkan rekor lama milik Nils Liedholm (38 tahun 169 hari) yang juga terjadi dengan seragam merah-hitam Milan pada 1961.

Pujian pun seketika langsung mengalir deras. Massimiliano Allegri, pelatih Milan, tak menutupi kekagumannya.

"Luka adalah pemain luar biasa. Ia tahu lebih dulu ke mana bola akan mengalir, tekniknya sempurna, tapi tetap rendah hati. Ia memberi rasa percaya diri kepada seluruh tim," kata dia, dikutip dari Football Italia.

Sementara Paolo Di Canio, pundit Serie A yang pernah bermain untuk AC Milan pada 1994, juga turut memuji Modric.

Dengen visi dan kejeniusannya dalam bermain, menurutnya Modric layaknya sebuah monumen yang bergerak. 

"Sontuoso. Sebuah monumen yang bergerak. Kaya, indah, elegan," kata dia, dikutip dari MilanNews.

Ungkapan ini merangkum apa yang ditampilkan Modric: lebih dari sekadar gol, ia menghadirkan seni dalam sepak bola.

Setelah pertandingan, Modric sendiri menanggapi dengan senyum dan sedikit gurauan saat disinggung soal usianya oleh reporter DAZN.

"Saya harap lain kali kalian tidak lagi mengingatkan saya soal usia… (tertawa). Yang terpenting adalah kemenangan tim. Kami berjuang bersama dan akan semakin baik dari waktu ke waktu," kata dia.

Jawaban sederhana itu menegaskan kerendahan hati yang selama ini melekat pada dirinya. 

Seorang legenda yang tak lagi punya kewajiban membuktikan apa pun, tapi tetap berjuang sepenuh hati untuk klub barunya.

Kemenangan ini membawa Milan naik ke peringkat 5 klasemen sementara Serie A dengan enam poin, sekaligus memperpanjang tren positif usai sebelumnya menang 2-0 atas Lecce.

Bagi fans, kemenangan ini terasa lebih manis karena hadir melalui aksi maestro yang mereka anggap sebagai mentor di lapangan.

Luka Modric membuktikan bahwa usia hanyalah angka, bahwa kecerdasan, visi, dan teknik bisa melampaui batas fisik. 

(Tribunnews.com/Tio)