Sosok Tunku Ismail, Otak Program Naturalisasi Pemain Malaysia, Salahkan Negara Lain atas Sanksi FIFA
Tunku Ismail Idris juga yang memprakarsai program naturalisasi dengan mengidentifikasi 7 pemain asing yang diklaim berdarah Malaysia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inilah sosok Tunku Mahkota Johor (TMJ), Tunku Ismail Idris, yang juga dikenal sebagai pemilik klub Johor Darul Ta’zim (JDT). Ia disebut-sebut panutan pecinta sepak bola Malaysia.
Ia juga yang menjadi "titik sentra" terkait kekisruhan sepak bola Malaysia, menyusul Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) resmi mendapat sanksi berat dari FIFA pada Jumat, 26 September 2025.
Negeri jiran ini tak tanggung-tanggung melakukan kesalahannya: Mereka dinyatakan bersalah oleh FIFA karena memanipulasi dokumen kewarganegaraan tujuh pemain asing yang sempat membela Timnas Malaysia.
Dalam pernyataannya, FIFA menegaskan FAM melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA. Hukuman dijatuhkan berupa denda 350.000 franc Swiss atau setara Rp7,3 miliar.
Siapakah TMJ dan kenapa sosoknya jadi perhatian dalam kasus ini?
Pria bernama lengkap Tunku Ismail Idris Abdul Majid Abu Bakar Iskandar ibni Tunku Ibrahim Ismail lahir di Johor Bahru pada 30 Juni 1984.
Ia merupakan anak sulung Sultan Ibrahim Iskandar dan Raja Zarith Sofiah. Secara resmi ia diangkat menjadi Tunku Mahkota Johor pada 28 Januari 2010, dan sejak 28 Januari 2024 memegang peran sebagai Pemangku Sultan Johor ketika ayahnya menjabat sebagai Yang di-Pertuan Agong Malaysia ke-17.
Tunku Ismail menempuh pendidikan dasar di Sekolah Sri Utama dan Sekolah Rendah Kebangsaan St. Joseph, Johor Bahru.
Ia melanjutkan studi menengah di Australian International School, Singapura, lalu Hale School di Perth hingga 2002.
Meskipun tidak memiliki gelar akademik universitas, ia menjalani pelatihan militer intensif di Indian Military Academy, Dehradun, India, antara Juli 2003 hingga Desember 2004 dan dianugerahi penghargaan Best in Riding.
Tunku Ismail ditunjuk sebagai Raja Muda Johor pada 8 April 2006. Proklamasi sebagai Tunku Mahkota dilaksanakan pada 28 Januari 2010.
Saat ayahnya naik tahta sebagai Yang di-Pertuan Agong, ia otomatis menjalankan tugas Pemangku Sultan Johor mulai 28 Januari 2024.
Pemilik klub Johor Darul Ta’zim (JDT)
Di luar peran kerajaannya, Tunku Ismail menjadi pemilik klub sepak bola Johor Darul Ta’zim FC (JDT) dan Presiden Football Association of Johor sejak 16 Februari 2012.
Ia memprivatisasi klub pada 2016, membawa manajemen profesional, dan melakukan investasi besar dalam stadion, akademi muda, dan rekrutmen internasional.
Sejak 2014 hingga 2025, JDT memenangkan 11 gelar Liga Super Malaysia berturut-turut, 7 Piala Malaysia, serta gelar AFC Cup 2015, menjadikan klub ini raksasa regional di Asia Tenggara.
Tunku Ismail Idris juga yang memprakarsai program naturalisasi sejak awal Januari 2025 dengan mengidentifikasi enam hingga tujuh pemain asing yang diklaim memiliki darah Malaysia.
Ia kemudian meminta Pemerintah Malaysia dan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk memproses kewarganegaraan mereka agar bisa memperkuat skuad Harimau Malaya di putaran ketiga Kualifikasi Piala Asia 2027.
Namun belakangan, FIFA menilai ada yang janggal dari program naturalisasi tersebut. Berbeda dengan pemain diaspora Indonesia yang memiliki asal usul yang "jelas" dan bisa diketahui banyak pihak, pemain naturalisasi Malaysia bisa dikatakan sebaliknya.
FIFA kemudian melakukan penyelidikan hingga akhirnya memutuskan ada yang tidak benar dalam kasus tersebut.
FIFA menjatuhkan sanksi berupa larangan bermain 12 bulan untuk para pemain dan denda CHF 350.000 kepada Federasi Sepak Bola Malaysia atas dugaan penggunaan dokumen palsu.
Namun Malaysia tetaplah Malaysia. Mereka bersikeras tidak bersalah. Tunku Ismail mengunggah surat resmi Jabatan Pendaftaran Negara yang menegaskan semua prosedur hukum sudah dipenuhi.
“FAM sudah mengikuti semua tahapan sesuai prosedur, bekerja sama dengan FIFA dan pemerintah Malaysia. Kalau memang sudah disetujui, mengapa tiba-tiba sekarang keluar keputusan yang berlawanan?” ungkapnya dalam pernyataan resmi di akun X @HRHJohorII pada Sabtu, 27 September 2025.
Ia bahkan menuduh adanya campur tangan pihak eksternal yang mempengaruhi keputusan FIFA, termasuk sindiran soal “Siapa yang ada di New York?”
Postingan tersebut ditafsirkan oleh netizen Malaysia, yang selama ini mengagung-agungkan Tunku Ismail, dengan merujuk kepada Presiden RI Prabowo Subianto.
Pasalnya muncul postingan foto bergambar Presiden Prabowo bersalaman dengan Presiden FIFA.
Publik Malaysia kemudian menyalahkan dan menuding Indonesia sebagai dalang di balik jatuhnya sanksi FIFA kepada Harimau Malaya.
Netizen Indonesia pun membalas. Mereka meminta Malaysia seharusnya introspeksi atas kesalahan yang diperbuat.
Seharusnya publik Malaysia sudah mencurigai bagaimana pemain asal Amerika Latin yang tidak jelas garis keturunananya tiba-tiba menjadi pemain naturalisasi.
"Mungkin lebih mudah menelusuri garis darah orang tuanya, jika Malaysia menaturalisasi pemain asal Bangladesh atau India." tulis seorang netizen Indonesia.
Kini, akibat kasus pemalsuan dokumen itu, ketujuh pemain naturalisasi Malaysia: Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano larangan berpartisipasi dalam seluruh aktivitas yang berkaitan dengan sepak bola selama 12 bulan, berlaku sejak tanggal pemberitahuan keputusan.
Pelatih Cremonese Bermain Teka-teki dalam Cedera Emil Audero, Timnas Indonesia Jangan Was-was |
![]() |
---|
Indonesia Kirim Bantuan Pangan Senilai 12 Juta Dolar AS untuk Warga Gaza |
![]() |
---|
Hasil Klasemen Liga Italia - Efek Emil Audero Cedera, Juventus Batal Kudeta Capolista Napoli |
![]() |
---|
Jadwal Final Korea Open 2025: Ajang Balas Dendam Fajar/Fikri, Misi Jojo Ikuti Jejak Ginting |
![]() |
---|
Menkeu Purbaya Optimistis Rupiah Bakal Kembali Menguat Pada Pekan Depan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.