Aplikasi Turn Back Hoax Kumpulkan Informasi Fitnah
Aplikasi yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi fitnah dan hoax yang beredar di internet, baru-baru ini diluncurkan.
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aplikasi yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi fitnah dan hoax yang beredar di internet, baru-baru ini diluncurkan.
Aplikasi tersebut dinamai Turn Back Hoax yang logonya mirip logo Turn Back Crime.
Turn Back Hoax dibangun oleh sejumlah pengembang aplikasi yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.
Turn Back Hoax adalah aplikasi berbasis crowdsourcing yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi dari netizen. Karena itu pula, Turn Back Hoax mengusung tagline 'Partisipasi anda bisa menyelamatkan orang yang anda Sayangi!'
Turn Back Hoax tersedia dalam ekstensi yang bisa dipasang di peramban Chrome untuk desktop.
Setelah memasang ekstensi dan melakukan login via Facebok, pengguna Turn Back Hoax bisa melaporkan konten yang dicurigai sebagai hoax.
Konten yang diduga hoax bisa berupa halaman situs, pesan berantai, dan gambar, termasuk yang beredar di media sosial semacam Facebook.
Pengguna dapat menerangkan alasan soal mengapa konten tersebut diduga mengandung hoax.
Laporan-laporan mengenai dugaan hoax itu akan dikumpulkan dan bisa dilihat di situs beralamat data.turnbackhoax.id.
Pengguna bisa menanggapi dugaan hoax yang dilaporkan oleh orang lain melalui komentar.
Database berita hoax di laman data.turnbackhoax.id sendiri bisa diakses secara bebas menggunakan browser desktop atau mobile manapun.
Selain itu, tim pengembang Turn Back Hoax sedang menyiapkan aplikasi mobile Android dan iOS yang bisa dipakai untuk melakukan pelaporan serupa.
Turn Back Hoax diharapkan mampu berperan sebagai rujukan untuk memverifikasi informasi yang beredar di internet.
"Sebagaimana layaknya sebuah aplikasi crowdsource, Turn Back Hoax mengandalkan partisipasi masyarakat guna melaporkan setiap berita fitnah dan hoax," papar pengelola Turn Back Hoax dalam keterangan yang diterima KompasTekno, Jumat (23/12/2016).
Selain sebagai rujukan, basis data berita palsu yang dikumpulkan oleh Turn Back Hoax turut diharapkan bisa membantu proses analisis seperti mengetahui pola berita hoax, mengidentitikasi orang atau kelompok yang diserang serta media yang digunakan.
Akhir-akhir ini, jagad maya di Indonesia kerap diramaikan oleh berita-berita hoax. Sejumlah pejabat pun harus menyampaikan bantahan atas berita hoax itu. Di antaranya Presiden Joko Widodo yang menyatakan berita 10 juta tenaga kerja Tiongkok telah masuk ke Indonesia. Jokowi menegaskan berita tersebut adalah hoax.
Kondisi jembatan Cisomang, salah satu jembatan di jalur tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang), yang mengalami pergeseran sehingga hanya boleh dilintasi kendaraan kecil, juga jadi sasaran hoax. Secara berantai, beredar foto yang memperlihatkan tiang jembatan Cisomang bengkok.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun segera menegaskan bahwa foto tiang jembatan Cisomang miring adalah foto hoax.
Google sebagai wadah pencarian informasi, sedikit banyak berkontribusi terhadap maraknya tren tersebut. Hal ini disadari Managing Director Google Indonesia, Tony Keusgen.
Menurut dia, Google sebagai platform selama ini cuma berperan sebagai penghimpun sehingga tak bisa mengontrol berbagai informasi yang diunggah netizen ke internet.
"Ada pihak-pihak tertentu yang memasukkan informasi palsu di internet dan terhimpun di Google. Kami belum bisa mengontrol itu," kata Tony dalam acara Google Year in Search di, Jakarta, Rabu (14/12).
Meski demikian, ia mengatakan Google sebisa mungkin merekomendasikan informasi yang akurat di hasil pencarian teratas.
Hal tersebut ditegaskan oleh Communication Leads Google Indonesia, Putri Silalahi. "Di Google News kami bekerja sama dengan teman-teman media yang kredibel. Tujuannya supaya ketika netizen mencari berita tertentu, yang muncul paling atas adalah berita-berita faktual dan terpercaya," katanya.
Untuk pencarian mobile, Google juga menyematkan teknologi Accelerated Mobile Pages (AMP) khusus bagi orgnanisasi media yang kompeten. Fungsinya untuk meringankan artikel ketika dibuka netizen.
"Kalau website media kredibel dibuat ringan, netizen juga akan cenderung memilih membuka artikel-artikel itu," kata Putri. (tribunnews/kompas.com)