Elon Musk Lanjutkan Proses Pembelian, Saham Twitter Langsung Meroket
Elon Musk mengajukan penawaran lanjutan untuk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS.
Penulis:
Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk pada Selasa (4/10) mengonfirmasi bahwa dirinya siap mengajukan penawaran lanjutan untuk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS.
“Kami menerima surat dari pihak Musk yang telah mereka ajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC),” kata Twitter dalam sebuah pernyataan.
"Tujuan perusahaan adalah untuk menutup transaksi senilai 54,20 dolar AS per saham," imbuhnya.
Dikutip dari Techcrunch, Rabu (5/10/2022) pemberitahuan Musk untuk mengakuisisi Twitter membuat harga saham perusahaan itu meroket lebih dari 12 persen, di atas 47 dolar AS per saham.
Baca juga: Soal Akuisisi Saham Twitter, Elon Musk Akan Gelar Town Hall dengan Karyawan Pekan Ini
Meskipun tidak jelas apa yang mengilhami perubahan hati Musk, ada sejumlah hal baru menjelang persidangan yang akan dimulai pada 17 Oktober 2022.
Pengadilan baru-baru ini menerbitkan sejumlah teks Musk tentang kesepakatan, terungkap melalui proses penemuan, dan pesan-pesan dengan jelas menunjukkan bahwa dia semakin "bijak" mengingat perang di Ukraina dan gambaran ekonomi global yang memburuk.
Musk sebelumnya tertarik membeli Twitter. Namun, akhirnya kesepakatan itu dibatalkan hingga menyeretnya ke meja hijau.
Alasan pembatalan itu karena Elon Musk mengklaim Twitter membuat pernyataan menyesatkan mengenai jumlah akun bot spam.
Sementara pengacara Musk, Skadden Arps Mike Ringler, mengatakan Twitter belum memenuhi kewajiban kontraknya.
Di samping itu, Elon Musk mengatakan bahwa dirinya ingin menilai klaim Twitter mengenai 5 persen dari pengguna aktif harian (mDAU) yang merupakan akun spam.
"Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Musk," ujar Ringler.
Ringler kemudian menambahkan bahwa Twitter telah melanggar perjanjian merger, sebab memberikan representasi tidak akurat secara material.