Kaleidoskop 2022: Lika-liku Perjalanan Panjang Elon Musk Akuisisi Twitter
CEO Tesla yang juga sebagai miliarder papan atas yakni Elon Musk menandatangani kesepakatan untuk akuisisi Twitter pada April 2022.
Penulis:
Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Twitter merupakan media sosial yang mulai berdiri sejak 21 Maret 2006 di California, AS. Platform ini didirikan oleh Jack Dorsey, Evan Williams, Christopher “Biz” Stone dan Noah Glass.
Pada 2007, Twitter diperkenalkan sebagai perusahaan baru yang dipimpin oleh Jack Dorsey sebagai CEO Twitter pertama.
Sejak saat itu pula popularitas Twitter kian meningkat hingga tercatat ada lebih dari 400.000 kicauan setiap harinya.
Baca juga: Twitter Tangguhkan Beberapa Akun Jurnalis, Ada Apa?
Elon Musk Akuisisi Twitter
CEO Tesla yang juga sebagai miliarder papan atas yakni Elon Musk menandatangani kesepakatan untuk akuisisi Twitter pada April 2022.
Pada 5 April, Musk mengungkapkan bahwa dia telah membeli lebih dari 9 persen saham Twitter di pasar terbuka. Pada awalnya, dia ditawari kursi dewan.
Rencana itu gagal dengan cepat dan Twitter memutuskan untuk mengadopsi strategi poison-pill untuk mencegah pengambilalihan oleh Musk.
Musk kemudian membuat penawaran untuk membeli Twitter seharga 54,20 dolar AS per saham atau sekitar 44 miliar dolar AS. Harga yang jauh di atas harga saham perusahaan pada saat itu.
Pada 25 April, Twitter memutuskan untuk menerima tawaran Musk.
"Dewan Twitter melakukan proses yang bijaksana dan komprehensif untuk mengkaji proposal Elon dengan fokus yang terarah pada nilai, kepastian, dan pembiayaan," kata Ketua Dewan Independen Twitter, Bret Taylor, dalam sebuah pernyataan.
Pada 13 Mei, Musk mengatakan bahwa dia menunda kesepakatan untuk mengakuisisi Twitter sementara waktu, sambil menunggu informasi tambahan tentang jumlah akun palsu dan spam di Twitter.
Hal itu terlepas dari pernyataan Twitter selama bertahun-tahun yang menampilkan perkiraannya bahwa kurang dari lima persen akun di platform tersebut merupakan akun palsu.
Musk kemudian menuduh Twitter menutup-nutupi jumlah akun bot dan spam di platform itu dan gagal menanggapi permintaan informasi tentang masalah tersebut.
Karena tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai masalah bot, Twitter akhirnya menggugat Elon Musk di pengadilan Delaware untuk memberlakukan kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS.
CEO Tesla itu akhirnya menuntut balik, dan kembali menuduh Twitter melakukan penipuan hingga akhirnya tanggal persidangan ditetapkan pada 17 Oktober di Delaware.
Baca juga: Elon Musk Lelang Aset Twitter, dari Kursi Mewah Hingga Mesin Espresso
Pada 28 Oktober, Musk secara resmi menyelesaikan akuisisi, mengambil alih Twitter dan segera memecat eksekutif kunci, termasuk CEO Parag Agrawal dan direktur kebijakan Vijaya Gadde.
Musk Ubah “Wajah” Twitter
Di bawah kepemimpinan Musk, platform tersebut perlahan mulai melakukan banyak perubahan. Mulai dari pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.700 karyawan dan stafnya hingga melonggarkan kebijakan konten.
Musk juga telah mengaktifkan kembali beberapa akun yang sebelumnya ditangguhkan, termasuk akun mantan Presiden AS Donald Trump.
Selain itu, Musk juga mengatakan bahwa platform tersebut akan memberikan "amnesti umum" untuk beberapa akun yang ditangguhkan.
Baca juga: Twitter Dilaporkan Belum Bayar Sewa Gedung Kantornya Selama Berminggu-minggu
Seperti diketahui, musk sudah sejak lama menjadi pendukung kebebasan berpendapat absolut dan menolak moderasi konten ala Twitter.
Di samping itu, Musk juga meluncurkan layanan berlangganan Twitter Blue.
Layanan dengan biaya berlangganan 8 dolar AS per bulan ini memungkinkan individu, pemerintah dan perusahaan mendapat tanda verifikasi dengan warna yang berbeda.