Menara Siger, Kebanggaan Masyarakat Lampung, Titik Nol Lintas Sumatera

Saat Tribun berkunjung ke bangunan ini, tidak banyak aktifitas yang dapat ditemui.

Wajar saja, ini merupakan tengah pekan, terlebih saat berkunjung hari masih amat pagi untuk menikmati dan mengagumi keindahan Menara Siger.

Lain halnya jika sore hari dan momen liburan, maka masyarakat sekitar dan wisatawan akan ramai berkunjung.

Menara Siger

Menara Siger yang dibangun sejak 2005 merupakan proyek prestisius Gubernur Lampung kala itu Sjahroedin ZP yang menginginkan bangunan ikonik di provinsi ini.

Bangunan ikonik layaknya Monas di Jakarta, Jembatan Ampera di Palembang, Tugu Sura dan Baya di Surabaya.

"Bangunan ini kelak akan jadi bangunan yang paling diingat, inilah ikon Lampung," begitu kata Sjahroedin tempo dulu saat membicarakan Menara Siger yang merupakan proyek ambisiun penuh idealisme ke-Lampung-an.

Maka tak ayal, hingga kini menara yang pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp15 miliar begitu tertanam di memori masyarakat Lampung.

Meski sekarang nasib menara ini tak jelas, karena urusan sewa tanah dimana bangunan ini berdiri selepas lengserny sang gubernur.

Terlepas dari itu, menara siger masih kokoh berdiri hingga saat ini.

Menara Siger berada di atas bukit Bukit Gamping, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut.

Bangunan ini menyuguhkan pemandangan Pelabuhan Bakauheni pada bagian muka.

Sedangkan bagian belakang Menara Siger menghadap ke arah Samudera Hindia.

Menara Siger yang kala itu diresmikan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. pada 30 April 2008 merupakan penanda titik nol Sumatera di tenggara.

Itulah mengapa di area ini terdapat juga tugu penanda nol kilometer Pulau Sumatera di ujung tenggara.

Keseluruhan bangunan ini memiliki luasan 50 x 11 meter dengan tinggi mencapai 32 meter dan memiliki 6 lantai.