Jumat, 22 Agustus 2025

Kuliner

Kuliner Jogja: Tempe Mendoan, Jadah Bakar, Kopi Tubruk, Andalan Mengusir Dinginnya Lereng Merapi

Ketika wisatawan kedinginan di Lereng Merapi, kudapan ringan seperti tempe mendoan yang masih panas, jadah bakar dan kopi tubruk, jadi solusinya.

Foto-foto: Kompas/ Frans Sartono
Jadah bakar, tempe mendoan, menjadi kawan minum kopi di Kedai Melcosh, Jalan Kaliurang, Kilometer 23, Sleman, DI Yogyakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Menyeruput kopi sambil menikmati simfoni serangga malam di sejuknya lereng Merapi.

Itulah asyiknya ”ngupi-ngupi” di kedai Melcosh, di Jalan Kaliurang, Kilometer 23, Sleman, DI Yogyakarta.

Ada jadah bakar, tempe mendoan, dan pisang bakar, jajanan rakyat sebagai kawan menikmati kopi hangat.

Sejuk kala malam dan teduh di hari siang. Itulah kedai Melcosh berada di kaki Gunung Merapi, sekitar 2 kilometer ke bawah dari tempat wisata Kaliurang, Kedai dirancang semioutdoor alias setengah terbuka.

Didesain oleh arsitek Andreas Hartono dan Aryanto Sujarwo, Melcosh menggunakan atap dengan kerangka bambu, dengan penutup berbahan elastis.

Lengkung-lengkung atap dan tiang membentuk rongga-rongga mirip bunga terompet yang meredam panas siang.

Kedai tidak menggunakan dinding penyekat sehingga kita bisa leluasa melihat kebun seluas 3,4 hektar lebih di sekeliling. Udara dari pepohonan teduh di kebun itu mengirimkan rasa sejuk.

Kebun itu pula yang menjadi arena pergelaran simfoni serangga malam. Atmosfer itulah yang menemani kita menikmati kopi dan hidangan Melcosh.


Barista meracik kopi dari gayo, kintamani, siborong-borong, raung, ciwidey, dan lain-lain.

Malam itu jarum jam menunjuk pukul sembilan lebih delapan menit. Kafe temaram dengan nyala lilin.

Secangkir kopi dari Siborongborong sudah tandas. Ini kopi dari tanah Tapanuli Utara, Sumatera Barat, dengan elemen rasa rempah, herbal yang kuat.

Kopi siborongborong menjadi salah satu kopi pilihan Melcosh, selain kopi kintamani dari Bali, gambung dan ciwidey (Jabar), mandailing (Sumut), raung (Jatim), gayo (Aceh), toraja (Sulut), timika (Papua), dan kopi merapi.

Semua kopi diracik sejak dalam bentuk biji, kemudian digiling sesaat sebelum diseduh. Jadi dijamin, kopi sampai ke meja dalam rasa dan aroma primanya. Maklum, pendiri Melcosh, Y Deni Sulistiwawan Pr, adalah penikmat kopi.

Ia hanya menghidangkan kopi yang sudah lulus dari uji cecapnya. Jika ia mendapati rasa kopi yang kurang pas menurut indera pencecapnya, ia tidak akan menghidangkan kepada tamu.

Jika mendapat kopi di bawah standar alias jelek, Deni akan komplain kepada pihak penggarang biji kopi (roastery).

”Ada yang roasting-nya (penggarangan) tidak merata. Tapi, ada yang terlalu medium dark. Kalau mendapat kopi seperti itu, kami akan lakukan roasting ulang. Kadang kami blend (campur) dengan kopi lain sehingga bitter (rasa pahit kopi), acid (keasaman) fruity-nya sebanding,” kata Deni yang mengakui bahwa dia bukan ahli kopi, tetapi hanya penikmat berat.

Halaman
123
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan