Wisata Aceh
Inilah Merek Songket Aceh yang Kualitasnya Mendunia
Inilah produk kain songket Aceh yang kualitasnya mendunia.
Editor:
Agung Budi Santoso
Pantas saja kalau songket khas Aceh ini harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Karena untuk pengerjaannya saja butuh kesabaran. Memakan waktu dua pekan untuk selesaikan selembar songket.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Salah satu kekayaan kriya nusantara adalah songket.
Songket mempunyai citarasa tinggi karena bukan sekedar secarik kain.
Padanya melekat nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat.
Setiap daerah yang mendiami gugusan pulau di Indonesia menyimpan kekhasan tersendiri, tak terkecuali dari provinsi ujung barat nusantara, Aceh.
Butuh waktu tak kurang dari dua pekan untuk menyelesaikan secarik songket.
Tak heran harga yang dibanderol pun mencapai ratusan ribu atau hingga jutaan rupiah.
Kain yang ditenun oleh pengrajin Aceh tersebut pernah mengalami puncak keemasan pada medio 1970-an.

Songket khas Aceh.
Songket Aceh dengan brand lokal ‘Nyakmu’ pernah mendunia dengan predikat wastu citra yang tersemat padanya.
Keinginan untuk menghidupkan kembali songket Aceh menjadi dasar terselenggaranya gathering tenun songket yang dihelat di aula Museum Aceh, Banda Aceh (31/10).
Komunitas ‘I Love Songket Aceh’ yang dipawangi kawula muda, Azhar Ilyas dan kawan-kawan mempertemukan para pelaku usaha untuk menghidupkan kembali geliat songket Aceh yang pernah mendapat tempat khusus di hati para pecintanya.
“Budaya menenun telah ada pada masyarakat Aceh dan merupakan warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun lamanya, sebagaimana halnya membatik pada masyarakat Jawa. Hj. Maryamun yang disapa Nyakmu pendiri Rumoh Teunuen Songket Nyakmu tidak hanya mewarisi motif tradisional namun juga piawai menciptakan motif-motif baru,” papar Arkeleolog pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Laila Abdul Jalil SS MA dalam sesi diskusi.
Rupa-rupa motif Songket Aceh
Motif-motif tersebut pada umumnya terinspirasi dari lingkungan alam pedesaan yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat Desa Siem Kabupaten Aceh Besar sebagai masyarakat pertanian.
Di antara motif tersebut adalah motif Pucok Reubong, Bungong Kalimah, Bungong Geulima, Bungong Campli, Bungong Awan-awan dan masih banyak lagi yang kesemuanya mencapai 50-an motif.
Sementara Dr Indra Zainun MP putra Hj Maryamun atau akrab disapa Nyakmu menguraikan napak tilas perjalanan Songket Nyakmu sejak tahun 1973 mengembangkan usaha tenun songket Aceh di Desa Siem, Aceh Besar.

Model memeragakan pesona songket Aceh.
Desa Siem merupakan salah satu sentra perkembangan tenun songket Aceh, di mana banyak pengrajin yang datang belajar menenun pada Nyakmu.
Dari tangan terampil Nyakmu lah aneka motif tradisional warisan leluhur yang kemudian dikembangkan lagi menjadi beragam motif baru tenun ija sungket (kain songket).
Perjuangan melestarikan budaya pusaka leluhur oleh Nyakmu ini mendapat perhatian dan dukungan pemerintah daerah dengan diikutsertakan dalam berbagai pameran dan festival budaya di Jakarta, Bali, dan bahkan mancanegara seperti Malaysia, Singapura dan Srilangka.
Hj Maryamun atau Nyakmu yang tutup usia pada 2009 lalu akhirnya oleh presiden RI kala itu, HM Soeharto dianugerahi Upakarti pada 1991.
Geliat songket Aceh
Dalam gathering tersebut Julia Safitri, ST MM membagikan pengalamannya dalam memasarkan produk-produk rancangannya sehingga dapat diakui oleh masyarakat luas.
“Tips yang saya pegang adalah senantiasa menyediakan produk yang lebih berkualitas dengan harga yang bersaing,” papar owner dan fashion designer Jingga Project, Julia Safitri.
Karya desainer kelahiran Langsa, Aceh Timur ini telah mejeng di sejumlah event antara lain Jakarta Clothing.
Rencananya Julia akan menampilkan karya fashion dengan tenun songket Aceh pada pagelaran Indonesia Creative Week di Jakarta Januari 2016 mendatang.
Acara ini turut dimeriahkan dengan penampilan peragaan busana (fashion show) tenun songket Aceh oleh mahasiswi FKIP PKK Jurusan Tata Busana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Diiringi alunan lagu daerah bertajuk ‘Kuthidieng’ yang dipopulerkan oleh penyanyi lokal Liza Aulia, para model melenggang anggun memperagakan ragam corak dan motif tenun songket Aceh.
Kriya nusantara yang pernah melawat dunia.