Senin, 1 September 2025

Travel Story

Rasakan Suasana Angker di Penjara Tua Kema, Minahasa Utara, Konon Tempat Ini Dijaga Ular Besar

Penjara itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik. Jika masuk, sudah hampir pasti dia akan mati.

Tribun Manado
Penjara Tua di Kema Minahasa Utara. 

Laporan Wartawan Tribun Manado, Arthur Rompis

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Beberapa abad yang lalu, bangsa Portugis pernah bercokol di Minahasa.

Satu di antara jejak peradaban mereka adalah penjara tua di Desa Kema 3, desa pesisir di Minahasa Utara.

Entah sudah berapa tahanan yang menghuni tahanan itu.


(Kemendikbud.go.id)

Berapa pula yang wafat di sana tidak diketahui.

Yang pasti, pada masanya penjara itu masuk kategori terganas, diperuntukkan untuk tahanan politik.

Pada masa itu, tahanan politik sudah pasti dihukum mati.

Sewaktu Tribun Manado bertandang ke sana akhir pekan lalu, tampak penjara itu masih kokoh dengan dinding setebal hampir semeter, serta pintu besi dengan bagian atasnya berterali.

Penjara itu sendiri tak terlalu besar, hanya memiliki tiga ruang.

Terletak di tengah pemukiman penduduk, jalan masuk menuju penjara adalah sebuah tempat mirip gang yang tertutup gerbang besi.

Jalan masuk ke sana sudah ditutupi paving.

Ismet Jailani, tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan, penjara itu dibangun pada 1585 oleh Portugis.

Penjara itu merupakan bagian dari benteng besar yang dibangun menghadap laut.

"Waktu itu ada rivalitas antara Spanyol dan Portugis, benteng itu dibangun untuk mencegah ekspansi Spanyol," kata Ismet.

Benteng itu dibuat menurut model benteng yang umum saat itu, di mana penjara berada di bagian belakang, sedang di depan terdapat meriam.

Ismet menunjuk bagian depan penjara yang kini jadi permukiman penduduk sebagai bekas benteng. "Bekas pondasinya masih ada," kata dia.

Diceritakan Ismet, benteng itu luluh lantak oleh meriam dari kapal perang Belanda.

Namun penjara itu tak ikut hancur karena berada di bagian belakang benteng.

Pemboman besar-besaran itu mengakhiri era Portugis, kemudian Belanda berkuasa hingga 300 tahun kemudian.

Penjara itu sudah jadi momok bagi setiap penjahat perang di zaman Portugis.

Terlebih di zaman Belanda, yang punya banyak musuh, baik dari negara asing maupun warga sekitar.

"Penjara itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik serta pemberontak. Jika masuk ke sini hampir bisa dipastikan nyawanya tak bisa selamat," cerita Ismet.

Kengerian penjara tua Kema berlanjut di zaman Perang Dunia II, ketika banyak orang Belanda dijebloskan ke sana oleh Jepang lantas dibunuh.

Ismet mengatakan, warga sekitar sering mengalami kejadian aneh di sekitar penjara itu.

Ia sendiri pernah melihat ular besar keluar dari penjara itu.

"Warga lainnya juga melihat ular itu, yang sangat besar dan panjang seperti naga, katanya ular itu menjaga tempat itu," terang Ismet.

Karim Ombinggo, penjaga penjara sejak 1960, mengaku mengalami kejadian aneh sewaktu pertama menjaga penjara itu.

"Ada suara orang menjerit kesakitan seperti dipukul, lalu suara kera," ujarnya.

Malam berikutnya, kembali ia mendengar suara itu. Mulanya ia takut, namun lama kelamaan terbiasa.

"Saya sudah sering mendengar itu," kata pria yang sudah menjadi PNS ini.

Menurut Karim, tempat itu sudah jadi objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.

"Banyak turis yang kagum dengan penjara ini. Mereka tahan berlama-lama di sini, meski yang ada hanya ruang kosong," ucapnya.

Penjara itu sudah dua kali dipugar, terakhir beberapa tahun lalu.

Karim yang kini berusia 80 tahun, akan menyerahkan tugas menjaga penjara itu pada anak perempuannya.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan