Rabu, 27 Agustus 2025

Dari Hobi Sambal, Gomyang, Beralih ke Sekar Seafood

“Saya baru merasakan kepiting saus lada hitam seenak enak ini,” begitu komentar seorang kepala juru masak hotel ternama tentang Sekar Seafood.

Penulis: Y Gustaman
Warta Kota/Achmad Subechi
Eddy Soependy, menunjukkan kepiting lada hitam, salah satu menu favorit Sekar Seafood, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/1/2017). WARTA KOTA/ACHMAD SUBECHI 

Berdayakan Nelayan

Bukan masakan laut pertama yang Edoy rintis selama membuka usaha kuliner. Selama empat tahun ia sudah menjadi produser Sambal Gelo.

Kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang menetapkan zona merah bagi pedagang kaki lima memaksanya memutuskan menjual Sambal Gelo yang saat itu sudah memiliki 15 cabang ke orang lain.

“Peraturan Pemkot Bandung soal zona merah memutuskan kita untuk hengkang dari Sambal Gelo dengan membuka usaha seafood,” Edoy mengenang.

Sebelum berganti nama menjadi Sekar Seafood seperti sekarang Edoy membawa nama Si Ratu Pedes Bebek Belur yang salah satu menunya gomyang, sop kepala ikan munyung khas Indramayu.

Sekar Seafood - ikan laut
Pilihan ikan laut beragam di Sekar Seafood, Kota Bandung, di antaranya baramundi, kakap, kerapu, kue, curo, bawal, dan klencam. WARTA KOTA/ACHMAD SUBECHI

Seporsi gomyang ia banderol Rp 70 ribu. Tiga bulan pertama babak belur, pemasukan minus sementara tiap bulan Rp 15 juta harus keluar untuk membayar karyawan, listrik, pegawai dan sewa tempat.

“Butuh lama untuk menyosialisasikan gomyang bagi lidah kebanyakan warga Bandung. Sebenarnya gomyang tak kalah enak dari kepala kakap,” ujar Edoy.

Setelah memutuskan membuak restoran makanan laut, Edoy dan kakaknya Aris, sudah memikirkan mata rantai produksi dari hulu ke hilir agar kelak sudah besar tak repot.

Perlahan tapi pasti ia memberdayakan 25 perahu nelayan di Indramayu sebagai pemasok ikan, cumi, kerang, dan kepiting. Sementara udang windu dipasok dari petambak di sana.

Nelayan merasa beruntung karena hasil tangkapannya Edoy beli dengan harga tinggi sebagai end user. Sedikit lebih murah daripada tengkulak.

“Sejak awal kita harus mengondisikan asal barang, tak asal mengambil barang dari pemasok karena tak jaminan barangnya bagus,” cerita dia.

Semua nelayan yang diberdayakan adalah mitra penting. Berapa pun hasil tangkapan mereka akan dibeli untuk kebutuhan Sekar Seafood.

Menurut dia, hampir setiap hari pasokan ikan, kepiting, udang, cumi, dan kerang selalu datang setiap hari untuk kebutuhan Sekar Seafood. Sehingga ia berani menawarkan bahan bakunya segar.

Ia lebih memilih hasil tangkapan ikan dari nelayan perahu kecil ketimbang perahu besar karena ketika naik ke darat masih segar.

Sebagai perbandingan, nelayan berperahu kecil hanya sehari mendapat hasil tangkapan, sementara nelayan berperahu besar bisa sampai 45 hari di laut dan ketika disajikan untuk masakan laut sudah terlalu lama.

“Nelayan kecil sore berangkat ke laut pagi mereka menjual ke kita. Dari segi kualitas ikan dan lainnya insya Allah kita sajikan yang lebih fresh,” beber dia.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan