Blog Tribunners
Dampak Terpilihnya Presiden Xi Jinping bagi Indonesia
PARTAI Komunis China (PKC) meresmikan Wakil Presiden Xi Jinping sebagai pemimpin baru China, Kamis 15 November 2012 lalu.
Penulis:
Hasanudin Aco
Editor:
Anwar Sadat Guna
Budiman Sudjatmiko
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR
PARTAI Komunis China (PKC) meresmikan Wakil Presiden Xi Jinping sebagai pemimpin baru China, Kamis 15 November 2012 lalu.
Xi akan menggantikan Presiden China Hu Jintao selama 10 tahun ke depan mulai Maret 2013 mendatang.
Reformasi politik semacam apakah yang mungkin dilakukan setelah pergantian kepemimpinan dari Hu Jintao ke Xi Jinping?
Tidak bisa diharapkan banyak akan terjadi reformasi politik sebagaimana dibayangkan pandangan liberal. Yang mungkin terjadi adalah penguatan demokrasi internal partai untuk mengakomodasi suara-suara komite-komite partai di daerah.
Namun jika yang dimaksudkan adalah pelonggaran disiplin ke-partaian secara internal ataupun kontrol hegemoni Partai Komunis China, saya kira tidak. Karena cara berpikir pimpinan PKC bahwa mereka memandang dirinya sebagai agen modernisasi China.
Reformasi politik lebih ditekankan pada demokrasi internal.
Menurut saya tidak terlalu banyak perubahan dengan pergantian kepemimpinan dari Hu Jintao ke Xi Jinping. Karena memang tradisi dalam kepemimpinan PKC setelah berakhirnya era Mao adalah tradisi kepemimpinan kolektif kolegial, di mana proses pembangunan konsensus di antara para anggota Politbiro sangat diutamakan.
Perlu diingat bahwa Hu Jintao dan lain-lain tetap akan berpengaruh.
Walaupun diketahui bahwa Xi Jinping berasal dari keluarga veteran Revolusi China yang memiliki tradisi pandangan moderat. Dia mendorong munculnya calon-calon independen (non partai komunis) untuk maju mencalonkan diri dalam sejumlah pemilu lokal
Dari pergantian kepemimpinan China kali ini bagi Indonesia, atau Asia Tenggara, apa ada perubahan yang bisa diharapkan dalam hal kebijakan luar negeri atau ekonomi?
Politik luar negeri China tidak akan banyak berubah yaitu mengamankan stabilitas regional untuk menopang pembangunan eknomi dan teknologi mereka.
Itu yang menjadi prinsip utama politik luar negeri China sejak era Deng Xiaoping. China tak segan untuk melakukan politik luar negeri yang lebih assertive jika persoalan kedaulatan teritorial terganggu, terutama jika berkait dengan isu kemerdekaan Taiwan.
Terkait perekonomian, China akan tetap menjaga kehadiran dan pengaruh di Asia Tenggara dengan terus meningkatkan arus investasi maupun perdagangan.
Para pemimpin China sadar sepenuhnya, kehadiran mereka di mata negeri-negeri tetangganya masih dicurigai hendak mengukuhkan hegemoni baru untuk menyingkirkan AS.
Karena itu, China akan tetap menggunakan pengaruh ekonominya guna terus mengikat hubungan erat dengan tetangga-tetanggnya. Karena hubungan ekonomi adalah sesuatu yang tidak mungkin ditolak.
Indonesia harus memanfaatkan ini untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan ekonomi. Toh mereka sekarang juga membuka diri.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.