Blog Tribunners
Perusahaan Tanpa Fisik Fenomena Startup Saat ini
Pernahkah anda memikirkan membangun sebuah hotel? Tentu bukan sebuah hal yang mudah untuk membangun hotel, Anda harus membeli tanah, membangun gedung,
Penulis:
Muhamad Faiq Purnomo Putra
Ditulis oleh : Muhamad Faiq Purnomo Putra, Sistem Informasi ITS 2015
TRIBUNNERS - Pernahkah anda memikirkan membangun sebuah hotel? Tentu bukan sebuah hal yang mudah untuk membangun hotel, Anda harus membeli tanah, membangun gedung, kamar- kamar, dan juga mempersiapkan segala kebutuhan operasionalnya. Untuk membeli tanah sudah membutuhkan biaya yang besar, apalagi saat membangun gedung, dan lain- lainnya.
Tentu pikiran anda pasti membangun hotel sudah tertutup dan dinilai tidak mungkin, kecuali Anda memang mempunyai banyak uang yang siap diinvestasikan.
Kalau Anda masih berpikiran seperti itu, itu tandanya Anda masih berpikir secara konvensional. Banyak perusahaan saat ini menjadi perusahaan besar tanpa memiliki barang/ jasa yang ditawarkan.
Perusahaan- perusahaan ini hanya menyambungkan para pengguna smarthphone, yang menawarkan jasa dengan yang membutuhkan jasa.
Berawal dari ditemukannya internet, orang- orang sudah melihat potensi bisnis yang dibawanya. Lalu banyak bermunculan toko- toko daring di berbagai belahan dunia, tidak luput Indonesia.
Contoh paling terkenal pada saat itu adalah LippoShop, sebuah website e-commerce yang mennghadirkan alternative belanja secara online. LippoShop merupakan hal fenomenal pada tahun 2000, walaupun pada tahun 2001 mereka mengalami kerugian yang besar dan terpaksa tutup.
Hal ini disebabkan pengguna internet di Indonesia masih rendah dan kebiasaan masyarakat yang cenderung berbelanja secara offline.
Penyebab lainnya adalah permasalahan internal LippoShop sendiri, infrastruktur belum tertata secara baik sehingga sering terjadi keterlambatan pengiriman barang yang menyebabkan pelanggan menjadi tidak puas.
Berbeda dengan LippoShop, perusahaan e-commerce luar negeri, Amazon, sukses menguasai potensi bisnis dalam dunia internet.
Seiring perkembangan teknologi, hadirlah smartphone, ponsel yang mempunyai kemampuan layaknya sebuah komputer. Fitur- fitur yang dimiliki smartphone begitu banyak, mulai dari menelfon, terhubung dengan internet, kamera, video call, menonton film berdurasi panjang, GPS, dan masih banyak lagi.
Dengan fitur- fitur tersebut, pengguna smartphone merupakan target pasar yang sangat diperhatikan. Sekarang banyak bermunculan mobile e-commerce yang dapat memudahkan pengguna smartphone berbelanja hanya dengan beberapa sentuhan.
Bayangkan jika smartphone hadir lebih cepat, pasti LippoShop tidak akan mengalami kerugian. Ditambah lagi dengan penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar, dan juga angka pengguna smartphone kelima terbesar di dunia.
Melihat potensi kekuatan teknologi internet dan smartphone, tren bisnis saat ini mengalami perubahan, mereka mencari permasalahan di dalam masyarakat.
Banyak perusahaan- perusahaan baru yang terbentuk, mereka menyebut diri mereka sebagai startup. Menurut Neil Blumenthal, startup adalah sebuah perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah dimana solusinya belum diketahui dan keberhasilannya tidak dapat dijamin.
Mereka lebih tertarik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat, tanpa melihat keuntungan maupun resiko kegagalan.
Perusahaan Airbnb merupakan startup penyedia akomodasi yang menawarkan lebih dari satu juta kamar siap sewa, di seluruh dunia.
Permasalahan yang mereka angkat berfokuskan tiga hal; harga hotel yang tinggi, hotel yang tidak mempunyai nilai budaya/ kultur daerah tertentu, dan tidak ada acara mudah untuk mem-booking kamar pada orang lokal maupun menjadi penyedia kamar.
Berangkat dari tiga permasalahan tersebut, Airbnb menyediakan platform bagi para traveler yang ingin mencicipi budaya lokal dengan menyewakan kamar maupun rumah lokal dengan harga yang terjangkau.
Hal yang menarik adalah, Airbnb tidak memiliki satu pun property yang disewakan. Airbnb hanya menghubungkan antara penyewa dan penyedia kamar. Cukup berangkat dari permasalahan tadi.
Tidak hanya di luar negeri, startup dalam negeri pun juga sangat fenomenal. Go-Jek ciptaan Nadiem Makarim sebagai contoh.
Berangkat dari permasalahan citra ojek yang negatif, Nadiem ingin mengubahnya menjadi positif.
Go-Jek menawarkan platform yang menghubungkan pelanggan dengan pengendara Go-Jek. Tidak hanya sebatas mengantarkan, Go-Jek dapat membelikan makanan, mengantar barang, bahkan sampai pijat. Go-Jek saat ini menjadi alat yang dibutuhkan masyarakat, menjadi tren baru yang merubah citra ojek konvensional.
Dengan adanya Go-Jek, ojek konvensional tidak hanya mengantarkan orang, tetapi menjadi pahlawan di jalan yang mempunyai segudang kegunaan.
Sama seperti Airbnb, Go-Jek tidak memiliki satu pun motor untuk mengantar pelanggannya, Go-Jek cukup menghubungkan antara pelanggan dengan pengendara Go-Jek.
Go-Jek merupakan bukti bahwa Indonesia mampu membuat aplikasi yang dapat menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
Startup Indonesia lainnya yang bergerak di bidang jual-beli adalah Bukalapak. Bukalapak menyediakan sarana penjualan dari konsumen-ke-konsumen di mana pun.
Berangkat dari permasalahan mahalnya membuka lapak bagi para pelaku UKM, Achmad Zaky membangun platform yang memungkinkan bagi para pelaku UKM untuk membuka lapaknya secara online.
Sama halnya seperti Airbnb dan Go-Jek, Bukalapak tidak memiliki barang- barang yang terjual pada platform-nya. Jangankan barang yang ditawarkan, gudang penyimpanan saja Bukalapak tidak punya!
Bukalapak cukup menghubungkan antara pembeli dan yang menawarkan barang,
Terlihat jelas dari ketiga perusahaan tersebut diatas, Airbnb, Go-Jek, dan Bukalapak , bahwa hal yang menarik sedang terjadi.
Seperti halnya Si Kancil, perusahaan- perusahaan ini cerdik dalam memanfaatkan dan melihat peluang teknologi.
Persamaan dari ketiga perusahaan itu adalah, mereka sebenarnya tidak memiliki secara langsung apa yang mereka tawarkan.
Kembali ke awal, ibarat ingin membangun sebuah hotel, banyak yang harus dipersiapkan seperti tanah dan infrastrukturnya.
Hal tersebut tentu akan memakan banyak biaya, berbeda dengan ketiga perusahaan tersebut yang hanya bermodalkan programmer untuk membuat tampilan UI/IX yang menarik sehingga dapat menarik user.
Airbnb tidak perlu membeli jutaan properti untuk disewakan, Go-Jek tidak perlu membeli ratusan ribu motor, mereka hanya perlu untuk menghubungkan antara penyedia jasa dan pemakai.
Hal tersebut menjelaskan mengapa kita harus menyebut mereka sebagai ‘perusahaan tanpa fisik’.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.