Rabu, 20 Agustus 2025

Blog Tribunners

Ini Faktor yang Mempengaruhi Seorang Anak Menjadi Pengguna Narkoba

Indonesia saat ini sudah masuk menjadi Negara darurat narkoba. Hal ini disebabkan angka penyalahgunaan di Indonesia pada survey tahun 2015 telah menca

Penulis: Rahmat Sutandya Yudhanto Khaidar

Ditulis oleh : Rahmat Sutandya Yudhanto Khaidar Anggota ISBA Yogyakarta Asal Toboali Bangka Selatan

TRIBUNNERS - Indonesia saat ini sudah masuk menjadi negara darurat narkoba. Hal ini disebabkan angka penyalahgunaan di Indonesia pada survey tahun 2015 telah mencapai 2,20% dari seluruh penduduk Indonesia atau lebih dari 4 juta orang yang terdiri dari penyalah guna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu.

Dikarenakan jumlah yang fantastis ini, bukan perkara mudah bagi Indonesia untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba ini.

Bahkan Presiden Joko Widodo berkali-kali menegaskan Bandar narkoba harus dihukum seberat-beratnya untuk mengatasi salah satu penyakit masyarakat ini.

BNN juga menargetkan akan merehabilitasi 100 ribu pecandu dan penyalahguna narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) sesuai amanat Undang-Undang No.35/2009 tentang narkotika.

Dalam masalah ini BNN berusaha menekan jumlah pecandu sampai titik terendah lewat program-program rehabilitasi.

Sementara para pengedar dan bandar, harus dihukum seberat-beratnya atau dihukum mati.

Masalah narkoba ini bukan permasalahan yang dianggap sepele, karena permasalahan narkoba ini, berbagai kejahatan dan criminal terjadi.

Sebab pecandu narkoba itu tidak dapat berpikir dan berfungsi secara normal oleh karena itu mereka dapat melakukan hal-hal diluar batas seperti kejahatan dan kriminal.

Banyak alasan pecandu kenapa dia bisa terjatuh ke dunia narkoba salah satu tidak mendapatkan kenyamanan di dalam keluarganya.

Apabila dalam rumah tangga terjadi DISFUNGSI KELUARGA, maka perkembangan anak dan remaja beresiko untuk menyimpang.

Misalnya, kenakalan anak dan remaja , tidak mau bersekolah, terlibat NAZA, terlibat pergaulan bebas dan lain lainnya.

Penelitian membuktikan dalam keluarga yang mengalami disfungsi keluarga, kemungkinan terjadi, apabila ayah yang meninggal maka pengaruh negatif terhadap anak laki-laki 35%, sedangkan anak perempuan pengaruh negatif hanya 13%.

Apabila yang meninggal ibu maka pengaruh negatif pada anak laki-laki hanya 18%, sedangkan pada anak perempuan pengaruh negatif lebih kurang sama.

Pada keluarga utuh resiko anak remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%. Pada keluarga yang tidak utuh Karena perpisahan(separation) atau perceraian(divorce) resiko anak dan remaja menjadi nakal 50%.

Perkawinan yang sehat dan bahagia resiko anak laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 0%. Perkawinan yang biasa biasa saja resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 20%.

Perkawinan yang buruk (poor marriage) resiko anak remaja laki-laki dan perempuan menjadi nakal 40%. Kondisi keluarga yang sudah pulih menjadi baik resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 29%.

Kondisi keluarga yang masih buruk atau dapat dikatakan tidak ada perubahan maka resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 60%.

Kondisi keluarga yang hangat dan tidak tegang resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%. Kondisi keluarga yang tiada kehangatan dan penuh ketegangan resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 50%.

Hubungan antara ayah dan ibu yang baik resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 8%.

Hubungan antara ayah dan ibu yang kurang baik resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 40%.

Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya baik, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.

Hubungan antara anak dan remaja laki-laki maupun perempuan dengan kedua orangtuanya buruk, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 90%.

Kedua orangtua berada dirumah bersama anak resiko remaja laki-laki berperilaku nakal 20%, sedangkan remaja perempuan berperilaku nakal 10%.

Ayah jarang dirumah resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 35%, sedangkan anak dan remaja perempuan 15%.

Ibu jarang dirumah resiko anak dan remaja laki-laki berperilaku nakal 23%, sedangkan anak dan remaja perempuan 20%.

Kehidupan perkawinannya baik dan tidak ada kelainnan kepribadian pada orangtua, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 10%.

Kehidupan perkawinannnya tidak baik dan salah satu atau kedua orangtuanya mempunyai kelainan kepribadian, resiko anak dan remaja laki-laki maupun perempuan menjadi nakal 65%.

Dari penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa peran keluarga sangatlah penting. Semua hal yang berkaitan dengan tingkah dan perilaku anak itu tercipta atas peran keluarga.

Apabila keluarga memberikan hal positif terhadap anak maka akan tercipta tingkah dan perilaku yang positif bagi anak begitu pula sebaliknya.

Karena sebagian besar sebab seseorang jatuh kedunia narkoba itu akibat disfungsi keluarga, mereka membutuhkan keluarga pula untuk memulihkan kembali hidup normal mereka dan lepas dari jeratan narkoba.

Oleh karena itu peran keluarga dalam pemulihan pecandu sangatlah besar, karena pecandu sangat membutuhkan yang namanya dorongan atau motivasi dari keluarga untuk keluar dari jeratan narkoba.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan