Tribunners / Citizen Journalism
Terobosan Ekonomi Sebagai Dampak Corona
Bangunan ekonomi Indonesia adalah model bangunan ekonomi yang pernah melahirkan pertumbuhan yang cukup bagus pada satu masa
Editor:
Toni Bramantoro
OLEH : Patricia Leila Roose
Bangunan ekonomi Indonesia adalah model bangunan ekonomi yang pernah melahirkan pertumbuhan yang cukup bagus pada satu masa tetapi lemah pada aspek pemerataannya.
Pada survey ekonomi, baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta atau lembaga non pemerintah menunjukkan angka yang secara umum menempatkan kelompok miskin pada jumlah yang mayoritas. Ada lapisan menengah dan ada lapisan atas yang jumlahnya sangat sedikit.
Para ahli memperdebatkan kondisi ekonomi ini dengan mengatakan bahwa kemiskinan yang terjadi disebabkan secara umum oleh 3 hal yaitu :
1. Kurangnya pendidikan pada kelompok miskin tersebut
2. Adanya budaya malas pada kelompok tersebut
3. Ketiadaan permodalan pada lapisan ekonomi lemah
Sedangkan kelompok menengah dan kelompok atas dianggap :
1. Memiliki pengetahuan yang lebih
2. Memiliki etos kerja yang sangat kuat
3. Memiliki permodalan yang memadai
Berbeda dengan yang pertama, kubu kedua menganggap kemiskinan disebabkan adanya struktur yang menindas dan menghisap yang menyebabkan terciptanya kelompok miskin tersebut.
Dalam pandangan kubu kedua, untuk membebaskan kemiskinan haruslah dirombak dan dibongkar struktur penindasan itu agar kelompok-kelompok miskin menjadi lebih berdaya.
Undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah serta kebijakannya haruslah menghilangkan struktur penindasan itu dengan sungguh-sungguh, agar kelompok yang lemah itu menjadi berdaya dan akhirnya setara.
Kubu berpikir ini menganggap orang-orang kaya di Indonesia bukanlah mereka sebagai kelompok yang ulet dan pintar dalam berbisnis, tapi mereka diciptakan oleh negara dan pemerintahan yang kuat untuk muncul sebagai kekuatan ekonomi baru pada jamannya.
Kita tidak akan memperdebatkan 2 mahzab dalam pandangan ekonomi itu, tetapi kita sepertinya sepakat bahwa jumlah kelompok miskin di Indonesia sampai hari ini merupakan kelompok yang terbesar.
Lapisan ekonomi lemah ini hampir pasti menjadi kelompok yang paling rentan dan menderita pada saat terjadi entah namanya krismon, resesi ataukah ketika ada wabah penyakit, perang dan kerusuhan sosial.
Dalam resesi dan corona yang sedang kita hadapi ini merekalah yang paling menderita dan belum ada upaya yang memadai dari pemerintah untuk mengatasi dan mengurangi beban mereka.
Para pemimpin negeri ini baru pada tahap mencoba mengatasi masalah kesehatan terkait virus corona ini dan belum melangkah secara menyakinkan dalam mengatasi dampak ekonomi yang menimpa kelompok paling rentan di negeri ini.
Secara umum mereka tidak memiliki tabungan dan tidak sedikit diantara mereka hidupnya terlilit oleh para rentenir. Dengan pembatasan-pembatasan kegiatan yang ada di masyarakat untuk menghambat penyebaran virus corona, merekalah yang menjadi korban pertama secara ekonomi.
Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Dan prioritas apakah program yang paling cocok untuk kelompok rentan ini?
Program yang sudah dijalankan pemerintah untuk menunda pembayaran kredit adalah salah satu cara yang direspon dengan baik, meskipun tidak bisa menyelesaikan persoalan secara mendasar.
Perlu subsidi untuk pengamanan pangan dan sekalian kesehatan dengan menunda proyek royek infrastruktur besar dan mengalihkan anggaran untuk menopang program demi memperkuat program pada kelompok ini. Pinjaman-pinjaman lunak perlu diberikan tapi dengan pendampingan oleh pemerintah dengan sasaran agar daya beli masyarakat meningkat.
Program pemanfaatan lahan tidur milik pemerintah dan swasta yang baik hati perlu digalakkan dengan bibit dan pupuk yang dibantu langsung oleh pemerintah.
Keterlibatan secara lebih meluas kalangan kaya di Indonesia perlu ditingkatkan agar percepatan program bisa cepat tercapai.
Hasil panen nantinya kecuali untuk kebutuhan sendiri juga bisa dipasarkan, dan pemerintah bisa membantu memasarkannya, agar tidak jatuh pada para tengkulak.
Selain menanam tanaman pangan perlu digalakkan penanaman tanaman yang berfungsi obat dan jamu untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan bisa dijual.
Program padat karya tunai yang akan berlaku di desa- desa dengan memanfaatkan dana desa perlu diperluas untuk perkotaan seperti yang pernah dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat pada saat krisis moneter 1998 yang salah satunya adalah program bekerja untuk kebutuhan pangan warga lemah di kampung-kampung kota.
Semua program-program ini harus didahului dengan latihan pendek dan secara terus menerus dilakukan pendampingan oleh pemerintah dan masyarakat sipil secara bersinergi.
Kita perlu membuka diri terkait kondisi ekonomi yang sesungguhnya dengan cara yang lebih transparan dengan bahasa yang lebih sederhana agar bisa dipahami dengan baik oleh sebagian besar warga, tetapi tidak menimbulkan rasa panik.
Inilah barangkali cara-cara sederhana di dalam mengatasi darurat ekonomi sekalian membangun dan menata ulang format ekonomi Indonesia yang benar-benar memihak pada rakyat miskin.
*Patricia Leila Roose .SH, MH. Praktisi hukum, pakar Hukum Tata Negara, Alumnus Magister Hukum Universitas Bung Karno.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.