Tribunners / Citizen Journalism
Pahlawan nasional
Arti Pahlawan Masa Kini: Refleksi Hari Pahlawan dalam Cahaya Pancasila dan Semangat Bung Karno
Hari Pahlawan lahir dari Pertempuran Surabaya. Kini, semangatnya hidup dalam perjuangan karakter dan inovasi bangsa.
Sementara secara filosofis, Pertempuran Surabaya 10 November 1945 adalah manifestasi dari revolusi mental dan kedaulatan jiwa. Sebelum peristiwa itu, kolonialisme telah menancapkan mentalitas inferior dan rasa takut di benak masyarakat.
Peristiwa 10 November menghancurkan belenggu mental itu. Melalui peristiwa 10 November rakyat menolak takdir bahwa mereka harus kembali menjadi bangsa yang terjajah. Ini adalah pernyataan filosofis tentang kebebasan sejati (freedom) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (self-reliance).
Pertempuran ini menunjukkan bahwa Nation (Rakyat) dan State (Negara) telah bersenyawa dalam satu tekad. Pertempuran dipimpin oleh para pemimpin resmi, namun digerakkan oleh people power dari seluruh lapisan masyarakat. Soliditas ini melambangkan Puncak Eksistensi Bangsa, suatu entitas yang utuh dan tak tergoyahkan.
Hal ini melahirkan kerelaan untuk mengorbankan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan adalah filosofi pengorbanan (sakralitas) tertinggi dalam sebuah negara-bangsa. Nilai ini menjadi dasar pijakan moral untuk mengaktualisasikan cita-cita nasional yang telah dirumuskan: Pancasila.
Peristiwa heroik ini menjadi dasar pijakan spiritual bangsa untuk melangkah maju, selalu ingat bahwa kemerdekaan dibangun di atas martabat dan pengorbanan.
Pancasila: Jiwa dan Kompas Kepahlawanan Indonesia
Hari Pahlawan memiliki korelasi esensial dengan Pancasila, sebab Pancasila adalah Philosofische Grondslag (dasar filosofis) yang menjadi matriks epistemologis dan etis bagi perjuangan mereka.
Jauh sebelum penetapan formalnya sebagai ideologi negara, para pejuang telah secara pra-eksisten mengamalkan nilai-nilai luhur ini menjadikannya sebagai ideologi yang hidup (living ideology), yang berdenyut dalam setiap tarikan napas perlawanan, memandu setiap tindakan heroik dalam mempertahankan martabat dan kemerdekaan bangsa.
Cermin Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Pertama) merupakan keyakinan spiritual yang menjadi sumber kekuatan moral. Pahlawan berjuang atas dasar iman, bahwa perjuangan membela tanah air adalah panggilan suci. Sila ini menjamin perjuangan mereka memiliki dimensi yang melampaui kepentingan duniawi, melahirkan kerelaan berkorban tanpa pamrih.
Selanjutnya, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila Kedua) menggambarkan bahwa perlawanan terhadap penjajahan adalah perwujudan nyata dari penolakan atas segala bentuk ketidakadilan, eksploitasi, dan ketidakberadaban kolonial. Mereka membela hak asasi manusia untuk merdeka, berdiri di sisi kemanusiaan universal.
Sementara melalui Persatuan Indonesia (Sila Ketiga) dapat terlihat bahwa Peristiwa 10 November menunjukkan bagaimana suku, agama, dan golongan bersatu-padu tanpa memandang perbedaan, melawan musuh bersama. Persatuan ini adalah rahasia dari kekuatan bangsa, bukti nyata bahwa Indonesia adalah negara semua buat semua.
Selanjutnya Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila Keempat) merupakan semangat kerakyatan dalam pengertian energi kolektif yang menggerakkan perlawanan. Keputusan untuk bertempur di Surabaya diambil berdasarkan kesadaran kolektif, merefleksikan kepemimpinan yang berasaskan hikmat dan musyawarah.
Terakhir, melalui Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Kelima) tercipta cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, di mana kekayaan alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
Inilah motivasi utama para pahlawan untuk berjuang hingga titik darah penghabisan.
Dengan demikian, nilai-nilai kepahlawanan yang kita peringati adalah aktualisasi praksis dan heroik dari lima sila Pancasila itu sendiri.
Api Semangat Bung Karno: Patriotisme yang Mengglobal
Sebagai Proklamator dan penggali Pancasila, Bung Karno mewariskan esensi semangat yang fundamental bagi setiap generasi pahlawan. Ajaran-ajaran beliau menjadi bahan bakar ideologis yang mendorong pergerakan dan perlawanan. Salah satu ajaran Bung Karno adalah Berani Mengambil Risiko ("Take a Risk"). Bung Karno mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati tidak dapat datang tanpa keberanian untuk menanggung segala risiko.
Ia menyerukan, "Jikalau bangsa Indonesia tidak berani mengambil resiko, jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak mentekad-mati-matian untuk mencapai merdeka," maka kemerdekaan tak akan kekal. Semangat ini tecermin dalam pidato heroik para pemimpin Surabaya yang memilih hancur daripada dijajah kembali.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pahlawan nasional
| Momen Keluarga Marsinah Menangis saat Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional |
|---|
| Momen Haru Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Adik Kandung Cium Foto Marsinah |
|---|
| Marsinah Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Sang Kakak Sampaikan Terima Kasih kepada Prabowo |
|---|
| Profil Jenderal Sarwo Edhie Wibowo yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional |
|---|
| Sosok Tuan Rondahaim Saragih, Tokoh Pejuang Bersenjata yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.