Jumat, 14 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pahlawan nasional

Arti Pahlawan Masa Kini: Refleksi Hari Pahlawan dalam Cahaya Pancasila dan Semangat Bung Karno

Hari Pahlawan lahir dari Pertempuran Surabaya. Kini, semangatnya hidup dalam perjuangan karakter dan inovasi bangsa.

Editor: Glery Lazuardi
Istimewa
I WAYAN SUDIRTA - Anggota Komisi III DPR Fraksi PDI Perjuangan, Dr. I Wayan Sudirta, SH., MH, 

Ketiga, memperkokoh Persatuan Nasional dengan menjadikan Pancasila sebagai benteng ideologi di tengah polarisasi. Melawan radikalisme digital dan berita palsu (hoax) yang mengancam Persatuan Indonesia.

Jalan pahlawan adalah jalan perjuangan tanpa akhir (No Journey’s End). Tugas kita bukanlah mengenang masa lalu, melainkan melanjutkan nyala api semangat 45 ke dalam konteks tantangan modern. Dengan menjadikan Pancasila sebagai kompas dan semangat Bung Karno sebagai energi abadi, kita akan memastikan bahwa pengorbanan para pahlawan akan terbayar lunas dengan terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Mari kita buktikan bahwa kita layak menjadi penerus mereka dengan menjadi pahlawan bagi bangsa hari ini, dan bagi masa depan Indonesia yang gemilang.

Menghayati Hari Pahlawan bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan sebuah imperatif konstitusional yang mengikat setiap warga negara untuk menjamin bahwa pengorbanan 10 November tidak sia-sia.

Secara fundamental, semangat yang diwariskan oleh para pahlawan adalah komitmen abadi terhadap tegaknya tujuan bernegara yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945: melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dengan melawan korupsi dan kebodohan, pahlawan masa kini secara langsung mewujudkan janji konstitusi untuk Keadilan Sosial. 

Oleh karena itu, perjuangan melawan musuh non-konvensional adalah pertempuran untuk mempertahankan raison d'être negara hukum Pancasila dan menjamin bahwa kedaulatan yang direbut dengan darah tidak digadaikan oleh kelemahan moral internal.

Estafet kepahlawanan menuntut kita untuk mengubah paradigma sejarah menjadi etika sosial. Jika pahlawan 1945 berjuang dengan bambu runcing melawan senapan, pahlawan masa kini berjuang dengan integritas, data, dan narasi kebenaran melawan disinformasi dan perpecahan.

 Tugas historis kita adalah memastikan bahwa narasi "Indonesia Emas 2045" adalah puncak pembayaran lunas atas janji kemerdekaan, bukan sekadar slogan. Ini hanya dapat dicapai melalui Gerakan Revolusi Mental dan Penguatan Karakter yang berbasis Pancasila.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai kompas moral dan semangat Fighting Nation Bung Karno sebagai energi abadi, kita tidak hanya menghormati jasa pahlawan di masa lalu, tetapi secara aktif menjadi arsitek masa depan Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, dan berkarakter, memastikan bahwa No Journey's End adalah jalan menuju kebesaran yang berkelanjutan.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved