Tribunners / Citizen Journalism
Membangun Irigasi, Mengalirkan Harapan di Lebakharjo Kabupaten Malang
ANGGOTA Batalyon Armed 8 yang tergabung dalam TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-126 Kodim 0818/Malang-Batu
Oleh: Letkol Czi Bayu Nugroho, S.Hub.int,M.I.P.
Dansatgas TMMD Kodim 0818/Malang-Batu
PAGI itu, udara masih lembab sisa embun. Namun semangat para prajurit dan warga Desa Lebakharjo telah lebih dulu menghangatkan suasana. Di Dusun Krajan II, mereka bekerja bahu-membahu menggali tanah, menata batu, dan menuangkan adukan semen.
Di sanalah denyut nyata TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 Kodim 0818/Malang-Batu berdenyut hidup, menghadirkan pembangunan saluran irigasi yang kelak menjadi nadi kehidupan pertanian warga.
Saya menyaksikan langsung bagaimana anggota Batalyon Armed 8, yang tergabung dalam Satgas TMMD, bekerja tanpa kenal lelah bersama masyarakat.
Setiap sekop tanah yang terangkat, setiap adukan semen yang dituang, adalah wujud kebersamaan yang tak bisa diukur dengan angka. Di sinilah makna “TNI dari rakyat, untuk rakyat” benar-benar terasa, bukan sekadar slogan, melainkan tindakan nyata yang mengalir dalam kerja bersama.
“Program TMMD tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga mempererat hubungan antara TNI dan rakyat,” saya sampaikan dalam kesempatan itu.
“Melalui kegiatan seperti ini, kami berupaya membantu pemerintah daerah mempercepat pemerataan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah terpencil.”
Pembangunan saluran irigasi ini bukan semata proyek fisik, tetapi langkah konkret memperkuat sektor pertanian, sektor yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat Lebakharjo.
Dengan adanya saluran permanen, aliran air menuju sawah warga kini lebih lancar, merata, dan efisien. Sistem pengairan yang baik berarti hasil panen meningkat, kesejahteraan pun terangkat.
Pak Sugeng, seorang warga Dusun Krajan II, menyampaikan rasa syukurnya dengan mata berbinar.
"Sebelumnya saluran air sering tersumbat dan tidak merata, tapi sekarang sudah dibuatkan saluran permanen. Air jadi bisa mengalir lancar ke semua sawah,” ujar Pak Sugeng.
Ucapan itu menjadi pengingat bagi kami bahwa TMMD hadir bukan hanya untuk membangun jalan, drainase, atau irigasi, melainkan juga membangun kepercayaan dan harapan.
Setiap hasil pekerjaan fisik adalah simbol nyata keberpihakan negara kepada rakyat kecil, mereka yang selama ini menjaga ketahanan pangan dari pelosok desa.
Selama satu bulan pelaksanaan TMMD ke-126 ini, berbagai sasaran fisik terus kami kejar: pembangunan drainase, perbaikan jalan, hingga renovasi fasilitas umum.
Namun yang tak kalah penting adalah kegiatan nonfisik, seperti penyuluhan kesehatan, pendidikan, bela negara, peningkatan kesadaran hukum, serta kebersihan lingkungan.
Dalam setiap kegiatan, kami berupaya menghadirkan TNI bukan sekadar pasukan berseragam, tetapi sebagai sahabat dan mitra masyarakat dalam membangun masa depan desa.
TMMD adalah ruang bagi kami untuk mendengarkan, memahami, dan bergerak bersama rakyat.
Kini, setiap tetes air yang mengalir di saluran irigasi baru itu bukan hanya menghidupi padi di sawah, tetapi juga mengalirkan harapan, harapan akan desa yang lebih maju, mandiri, dan berdaya saing.
Bronjong Sukamaju: Tembok Batu yang Menyatukan Generasi
Di tepian sungai Dusun Sukamaju, suara tawa dan kerja sama berpadu menjadi harmoni yang jarang ditemui di tengah hiruk pikuk zaman.
Warga, dari anak muda hingga para sesepuh, bekerja berdampingan bersama Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 Kodim 0818/Malang-Batu. Hari itu mereka membangun bronjong kawat sepanjang 30 meter, sebuah benteng kecil yang menjaga desa dari ancaman besar.
Saya menyaksikan langsung bagaimana semangat gotong royong itu tumbuh alami.
Tidak ada jarak antara seragam loreng dan pakaian warga. Semua larut dalam satu tujuan: melindungi desa dari longsor dan erosi sungai yang kerap mengancam setiap kali hujan turun deras.
Pemasangan bronjong ini memang membutuhkan tenaga ekstra dan ketelitian tinggi. Setiap batu kali diangkat dari sungai, dimasukkan ke dalam anyaman kawat, lalu disusun rapi membentuk dinding pengaman yang kokoh.
Di situlah saya melihat makna sejati dari “manunggal”, ketika tenaga, pikiran, dan hati menyatu demi keselamatan bersama.
"Proyek 30 meter bronjong ini adalah investasi keamanan bagi warga Dusun Sukamaju,” ujar Serma Haris, salah satu anggota Satgas TMMD. “Tebing yang rapuh adalah ancaman nyata. Dengan kekompakan ini, kami ingin memastikan keamanan lingkungan warga dari bahaya erosi sungai.”
Bagi saya, ucapan itu mengandung makna dalam. TMMD tidak hanya membangun jalan dan irigasi, tetapi juga menumbuhkan ketangguhan desa.
Di Sukomaju, kami berupaya menanamkan rasa aman dan keyakinan bahwa negara hadir bukan hanya di saat darurat, melainkan juga dalam setiap langkah kecil pembangunan.
Kehadiran warga dari berbagai usia di lokasi pekerjaan menjadi pemandangan yang mengharukan.
Para pemuda bersemangat mengangkat batu, sementara para orang tua memberi arahan dengan penuh kebanggaan. Nilai-nilai kebersamaan itu adalah warisan luhur bangsa yang kami, TNI, berkewajiban untuk rawat.
“Kami bersyukur sekali bapak-bapak TNI hadir di sini,” tutur Mbah Sarwi, salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari tebing. “Dulu setiap musim hujan kami was-was, takut tanah ambles. Sekarang dengan bronjong ini, kami lebih tenang. TNI itu benar-benar mengayomi.”
Ucapan sederhana Mbah Sarwi itulah inti dari kemanunggalan: ketenangan hati rakyat adalah keberhasilan sejati TNI.
Melalui Program TMMD ke-126, kami tidak hanya memperkuat infrastruktur, tetapi juga memperkokoh rasa percaya diri masyarakat dalam menghadapi tantangan alam.
Kodim 0818/Malang-Batu terus memacu progres sasaran fisik di Desa Lebakharjo, mulai dari pembangunan akses jalan, irigasi, hingga penguatan tebing sungai, dengan satu visi: mewujudkan desa yang tangguh, mandiri, dan sejahtera.
Setiap batu yang tersusun di tebing Sukomaju bukan hanya memperkuat tanah, tetapi juga memperkokoh hubungan antara TNI dan masyarakat. Di sanalah tembok batu itu berdiri, menjadi simbol kebersamaan lintas generasi yang tak lekang oleh waktu.
TMMD ke-126: Wujud Keterpaduan Pembangunan Fisik dan Nonfisik di Desa Lebakharjo
Setelah berbagai sasaran fisik seperti pembangunan jalan, irigasi, dan bronjong di Desa Lebakharjo menunjukkan perkembangan yang signifikan, kami di jajaran Kodim 0818/Malang–Batu berupaya melangkah lebih jauh.
TMMD bukan semata tentang membangun infrastruktur, melainkan juga tentang membangun manusia dan semangat kemandirian di dalamnya. Karena itu, seiring dengan selesainya target fisik, kami turut melaksanakan program nonfisik yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
Salah satu kegiatan tersebut adalah pelatihan keterampilan membatik cap bagi ibu-ibu PKK Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi wujud nyata bahwa TMMD tidak hanya meninggalkan jejak berupa bangunan, tetapi juga menanamkan nilai dan kemampuan yang dapat tumbuh menjadi kekuatan ekonomi masyarakat.
Pelatihan ini dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Malang, Zulham Akhmad Mubarok, serta Danramil 0818/17 Ampelgading, Kapten Arh Akhmad Zainuri. Bagi kami, kehadiran unsur pemerintah daerah dan tokoh masyarakat merupakan bagian penting dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan.
Kami percaya, kemajuan desa tidak hanya lahir dari kerja keras TNI semata, tetapi juga dari sinergi seluruh elemen masyarakat.
Dalam sambutannya, Zulham Akhmad Mubarok menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah positif dalam melestarikan budaya bangsa sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat pedesaan.
“Tujuan diberikannya pelatihan membatik cap ini adalah untuk melestarikan budaya Indonesia serta meningkatkan keterampilan dan ekonomi peserta melalui pembekalan pengetahuan teknis, kreativitas, dan potensi kewirausahaan dalam membatik cap,” ujarnya.
Sementara itu, Kapten Arh Akhmad Zainuri menegaskan bahwa TMMD ke-126 tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti jalan dan fasilitas umum, tetapi juga menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia.
"Melalui pelatihan seperti ini, kami berharap masyarakat, khususnya kaum perempuan, mampu menjadi bagian dari roda ekonomi yang produktif dan mandiri,” ungkapnya.
Bagi kami, kegiatan seperti pelatihan membatik cap memiliki makna yang mendalam. Di balik motif dan warna batik yang dihasilkan, tersimpan semangat kemandirian, kreativitas, serta kebanggaan akan jati diri bangsa.
Dengan keterampilan yang diperoleh, ibu-ibu PKK Desa Lebakharjo diharapkan mampu mengembangkan usaha rumahan bernilai ekonomi, menambah pendapatan keluarga, sekaligus menjaga warisan budaya Indonesia agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Menyiapkan Garda Terdepan Desa: Bimtek Peningkatan Kapasitas Linmas di TMMD ke-126
Sebagai bagian dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 Tahun 2025, kami di jajaran Satgas tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik semata. Di balik deru alat berat dan suara cangkul di medan kerja, ada gerak senyap yang tak kalah penting: membangun manusia dan mentalitasnya.
Salah satu wujudnya ialah kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Satuan Linmas yang dilaksanakan di Balai Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Pagi itu, suasana di balai desa terasa berbeda. Sekitar 30 anggota Linmas dan perangkat desa sudah berkumpul sejak pagi, mengenakan seragam hijau khas mereka.
Wajah-wajah penuh semangat itu menyiratkan kebanggaan, bahwa mereka bukan sekadar penjaga ketertiban, melainkan ujung tombak ketahanan masyarakat di desa mereka sendiri.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber berkompeten, di antaranya Kapten Arh Zainuri, Danramil 0818-17/Ampelgading, yang hadir langsung memberikan pembekalan.
Saya melihat sendiri bagaimana beliau berbicara lugas dan tegas, namun tetap hangat, menanamkan nilai tanggung jawab dan disiplin sebagai dasar pengabdian anggota Linmas.
“Linmas harus siap setiap saat membantu masyarakat dan menjadi contoh kedisiplinan serta tanggung jawab di lingkungannya,” tegas Kapten Zainuri dalam arahannya.
Sementara itu, Kepala Desa Lebakharjo, Bapak Sumarno, menyampaikan bahwa kegiatan Bimtek ini sangat berarti bagi desanya.
"Linmas adalah garda terdepan dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat, terutama dalam menghadapi berbagai situasi darurat,” ujarnya penuh keyakinan.
Saya menyaksikan langsung antusiasme para peserta selama mengikuti pelatihan.
Materi yang disampaikan mencakup tugas pokok dan fungsi Linmas, kedisiplinan, hingga simulasi penanganan keadaan darurat.
Setiap sesi berjalan interaktif; para anggota Linmas tak hanya mendengarkan, tetapi juga aktif bertanya dan mempraktikkan langsung teknik dasar menjaga keamanan lingkungan.
Bagi kami, kegiatan semacam ini merupakan bagian penting dari makna sejati TMMD, membangun dari sisi fisik dan nonfisik secara seimbang.
Jalan, irigasi, dan drainase memang penting, namun ketahanan masyarakat jauh lebih vital agar hasil pembangunan dapat berdiri kokoh.
Linmas adalah representasi nyata semangat bela negara di akar rumput. Mereka menjadi barisan pertama yang bergerak saat bencana datang, konflik kecil muncul, atau ketika masyarakat membutuhkan pertolongan cepat.
Melalui pelatihan ini, saya berharap para anggota Linmas di Desa Lebakharjo semakin siap, tangguh, dan sigap melayani masyarakat.
Di akhir kegiatan, para peserta menyalami narasumber satu per satu dengan raut wajah penuh kebanggaan.
Bagi mereka, menjadi Linmas bukan hanya soal menjaga ketertiban, tetapi juga tentang menjadi bagian dari kekuatan pertahanan sosial bangsa. Dan bagi kami, TNI, inilah wujud kemanunggalan yang sesungguhnya, bersama rakyat, membangun negeri dari desa.
Meneguhkan Sinergi, Menyemai Harapan: Kunjungan Wasev TMMD ke-126 di Desa Lebakharjo
Suara deru kendaraan lapangan terdengar lirih di antara hamparan sawah dan bukit hijau Desa Lebakharjo, pagi itu.
Matahari baru naik setinggi pohon kelapa ketika kami, jajaran Satgas TMMD ke-126 Kodim 0818 Malang–Batu, menyambut kedatangan Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TMMD dari Markas Besar Angkatan Darat.
Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Paban V Bakti TNI Sterad Kolonel Inf M. Herry Subagyo, seorang perwira yang dikenal tenang namun tajam dalam pengamatannya.
Di sela perjalanan menuju lokasi sasaran fisik, langkahnya mantap menelusuri rabat beton yang tengah kami bangun bersama warga. Tak ada jarak antara pejabat dan prajurit, antara seragam loreng dan baju kerja masyarakat.
Kami semua menyatu dalam satu barisan semangat, membangun desa.
Di hadapan para prajurit, perangkat desa, dan warga yang ikut bergotong royong, Kolonel Herry menyampaikan pesan yang sarat makna.
"TNI bukan hanya pekerja, tapi juga motivator dan dinamisator. Kami tidak bekerja sendiri, tapi bersama masyarakat membangun desa.”
Kalimat itu sederhana, tetapi menembus inti pengabdian kami di lapangan. Sebab sejatinya, TMMD bukan tentang siapa yang membangun, melainkan bagaimana membangun bersama.
Ia bukan sekadar proyek, melainkan wadah memperkuat kebersamaan antara TNI dan rakyat, sebuah warisan nilai yang tak lekang oleh waktu.
Dalam tinjauannya, Kolonel Herry meninjau langsung progres pembangunan fisik dan kegiatan nonfisik.
Ia memuji kerja keras seluruh personel serta antusiasme masyarakat yang tak pernah surut meski dihadapkan pada medan yang menantang.
Saluran irigasi yang dinormalisasi, jalan usaha tani yang mulai bisa dilalui, hingga kegiatan penyuluhan yang terus berjalan dari hari ke hari, semuanya menjadi potret nyata sinergi dan keikhlasan.
Menariknya, beliau juga menyinggung makna filosofis dari nama desa kami,
“Lebakharjo,” yang berarti genangan air penuh keberuntungan.
“Semoga kegiatan TMMD ini membawa keberuntungan dan percepatan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Lebakharjo,” ujarnya dengan nada hangat.
Makna itu seolah mengalir bersama udara lembab khas pesisir selatan. Saya menatap sekeliling, melihat wajah-wajah warga yang berpeluh namun bahagia, dan saya tahu benar, keberuntungan yang dimaksud bukan sekadar hasil pembangunan, melainkan hidupnya kembali semangat gotong royong di desa ini.
Dalam arahannya kepada kami, Satgas TMMD dan pemerintah desa, Kolonel Herry menekankan pentingnya tertib administrasi dan keberlanjutan hasil program.
Ia mengingatkan bahwa setiap tetes keringat yang tercurah di Lebakharjo harus terdata dengan baik agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Saya mengangguk dalam hati. Pengawasan bukanlah bentuk ketidakpercayaan, melainkan cara menjaga agar pengabdian ini tetap terarah, transparan, dan berdampak luas bagi rakyat.
Kepala Desa Lebakharjo, Bapak Sumarno, turut hadir dan menyampaikan rasa terima kasihnya.
Dengan tutur yang sederhana, beliau mengatakan bahwa kehadiran TNI melalui TMMD telah membawa warna baru bagi desanya, bukan hanya karena jalan dan saluran irigasi kini lebih baik, tetapi karena semangat warganya kembali tumbuh.
Bagi saya pribadi, momen itu menjadi pengingat akan hakikat TMMD yang sesungguhnya, kebersamaan yang menghidupkan harapan.
Di bawah langit biru Lebakharjo, prajurit dan rakyat bekerja berdampingan tanpa sekat, tanpa pamrih, hanya dengan satu tujuan, mewujudkan desa yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera.
Ketika sore menjelang, sebelum rombongan Wasev meninggalkan lokasi, saya menatap kembali jalan rabat beton yang perlahan mulai menyambung dusun ke dusun, sawah ke sawah, rumah ke rumah.
Di jalan itulah saya melihat wujud nyata kemanunggalan, bukan hanya di permukaan tanah yang kami cor, tetapi di hati masyarakat yang kini semakin kokoh oleh rasa percaya.
Program TMMD ke-126 di Desa Lebakharjo bukan sekadar rangkaian kegiatan, melainkan sebuah gerakan jiwa. Gerakan untuk meneguhkan bahwa TNI dan rakyat memang satu, dan bersama-sama kami membangun Indonesia dari akar yang paling dalam, desa.
Dari Lebakharjo untuk Negeri: Sinergi Membangun, Menguatkan, dan Mengabdi
Setiap peluh yang menetes di tanah Lebakharjo bukan sekadar tanda kerja keras, tetapi juga jejak pengabdian yang menumbuhkan kehidupan baru di desa ini.
TMMD bagi kami bukan hanya tentang membangun jalan, drainase, atau saluran irigasi. Ia adalah tentang menautkan hati, mengokohkan semangat, dan meneguhkan kebersamaan antara TNI dan rakyat.
Saya selalu meyakini bahwa pembangunan sejati tak berhenti pada wujud fisik. Ia tumbuh dari ketulusan dan kepercayaan. Karena itu, selain membangun infrastruktur, kami juga berupaya membangun manusia.
Melalui kegiatan nonfisik seperti Bimbingan Teknis Linmas, kami berusaha menyalakan api semangat dan kedisiplinan di dada masyarakat, api kecil yang kelak akan menerangi lingkungannya sendiri.
Desa ini seperti sehelai kain yang ditenun bersama: benang demi benang, kerja demi kerja, hingga akhirnya membentuk pola kebersamaan yang kuat dan indah.
Sementara prajurit, masyarakat, dan perangkat desa adalah tangan-tangan sabar yang menenunnya. Dari sinilah saya menyadari bahwa TMMD bukan sekadar program tahunan, melainkan denyut nadi dari semangat kemanunggalan yang hidup di tengah rakyat.
Kini, ketika jalan baru telah terbuka, saluran air mengalir lancar, dan wajah-wajah warga memancarkan harapan, saya melihat lebih dari sekadar hasil kerja.
Saya melihat tumbuhnya kepercayaan. Seperti sungai yang mengalirkan kehidupan di sekitarnya, TMMD membawa arus perubahan yang menumbuhkan optimisme baru bagi masyarakat Ampelgading.
Waktu pun terus berjalan. Sudah 30 hari para anggota satgas TMMD menemani masyarakat dan bekerja untuk Desa Lebakharjo. Seperti kata pepatah, “Ada perjumpaan pasti ada perpisahan.”
Inilah bagi kami dikala para anggota satgas saling berbaur dengan masyarakat, bercanda, tertawa dan saling mengisi satu sama lain sehingga membuat suasana menjadi bermakna.
Secara serentak di 50 Kodim se-Indonesia semua sudah harus menyelesaikan tugas dalam pengerjaan TMMD di wilayah teritorial masing-masing.
Seluruh pasukan yang diperbantukan pun harus ditarik mundur dari lokasi karena mereka harus mengerjakan tugas yang lain.
Dalam upacara penutupan ini, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa berkenan menjadi Inspektur upacara penutupan. Tentunya ini menjadi kehormatan tersendiri bagi kami.
Tidak hanya itu, beliau bahkan memberikan apresiasi atas kinerja kami bersama anggota satgas TMMD dan masyarakat Desa Lebakharjo. Bahkan dalam sambutannya beliau mengatakan, “TMMD bukan hanya tentang pembangunan fisik, tapi juga pembangunan karakter dan kebersamaan. Inilah bentuk nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat.”
Begitu juga yang dikatakan Panglima Kodam (Pangdam) V Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A., beliau mengucapkan terima kasih kepada warga Desa Lebakharjo yang telah rela membantu para anggota satgas TMMD.
Sementara, Bupati Malang, H.M. Sanusi sangat terharu dan bangga terhadap anggota satgas TMMD yang telah rela membantu masyarakat Desa Lebakharjo dari mulai TMMD di buka hingga penutupan. “Saya mengucapkan selamat jalan, selamat menunaikan tugas-tugas yang lain,” katanya.
Dari sinilah saya menyadari bahwa TMMD ke-126 bukanlah penutup dari sebuah rangkaian kegiatan, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju kemandirian desa. Sebab kami percaya, kekuatan bangsa ini tidak hanya terletak pada senjata dan strategi, melainkan pada kedekatan antara TNI dan rakyat yang bersama-sama membangun Indonesia dari akar terdalamnya, dari desa, dari Lebakharjo, untuk negeri. (*)
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
| Prakiraan Cuaca Jawa Timur Hari Ini, 10 November 2025: Hujan Guyur Hampir Seluruh Wilayah |
|
|---|
| Sosok Kokoh Prio Utomo, Terjaring OTT KPK Beberapa Jam usai Dilantik Jadi Direktur Perumda Ponorogo |
|
|---|
| Profil 4 Tersangka Kasus Korupsi Bupati Ponorogo, Sempat Kunjungi KPK Sebelum Terkena OTT |
|
|---|
| Jalur Asa Petani Sawit di Pinang Banjar, Kabupaten Musi Banyuasin |
|
|---|
| 5 Fakta Kasus Suap Jabatan dan Proyek RSUD Berujung Bupati Ponorogo Jadi Tersangka |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.