Jumat, 14 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Satpam Sekolah: Garda Terdepan Wajah Pendidikan Ramah Anak

Pelatihan Satpam Strada di Bekasi tekankan peran penting keamanan humanis dalam ekosistem sekolah ramah anak.

Editor: Glery Lazuardi
dok pribadi
ODEMUS BOI WITONO - Satpam Strada ikuti pelatihan pengamanan pendidikan, wujudkan sekolah ramah anak yang aman dan humanis. 

Odemus Bei Witono

  • Direktur Perkumpulan Strada dan Pemerhati Pendidikan
  • Imam Jesuit 
  • Kandidat Doktor STF Driyarkara
  • Kolumnis
  • Cerpenis
  • Pemerhati Pendidikan
  • Domisili di Jakarta 

TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini Satpam Perkumpulan Strada mengadakan pelatihan penyegaran profesional pengamanan karya pendidikan di Dragonfly Strada Youth Camp, Toyogiri, Bekasi. Pengampu kegiatan dilakukan pihak kepolisian. Pelatihan Satpam mengengingatkan saya akan pentingnya kenyamanan dan keamanan sekolah.

Peran satuan pengamanan dalam konteks pendidikan menyadarkan saya, bahwa ruang edukatif ramah anak bukanlah sekadar jargon atau label semata. Ia adalah sebuah ekosistem yang menjamin setiap anak merasa aman, nyaman, dan dihargai sejak langkah pertama mereka memasuki gerbang sekolah.

Dalam ekosistem ideal, ada satu sosok penting yang sering luput dari sorotan, namun menjadi wajah pertama institusi pendidikan, yakni Satpam Sekolah. Mereka merupakan salah satu figur yang turut andil menentukan apakah suasana sekolah benar-benar "ramah" bagi setiap peserta didik.

Secara tradisional, peran Satpam mungkin hanya dilihat sebagai penjaga keamanan fisik, pengawas akses, dan pengatur lalu lintas. Tugas mereka terfokus pada pencegahan ancaman dari luar dan pengamanan aset. Namun, di era di mana isu kekerasan, bullying, dan perlindungan anak menjadi sorotan utama, peran Satpam Sekolah telah berevolusi menjadi agen humanis dan mitra pendidik yang vital.

Alasan utama mengapa Satpam dapat disebut sebagai garda terdepan, yakni karena mereka menghadirkan kesan pertama. Senyum, sapaan ramah, dan sikap tegas namun santun saat anak-anak tiba di gerbang akan membuat iklim positif sejak awal. Interaksi hangat ini memberikan pesan subliminal kepada anak-anak bahwa mereka berada di tempat aman dan peduli.

Sebaliknya, sikap kaku, mudah marah, atau tidak peduli dari petugas keamanan dapat menumbuhkan rasa cemas, bahkan takut, yang secara fundamental bertentangan dengan prinsip Sekolah Ramah Anak (SRA). Satpam yang baik adalah duta keramahan yang pertama.

Berdiri di posnya, Satpam memiliki pandangan menyeluruh terhadap dinamika di luar dan sekitar lingkungan sekolah, yang menjadikannya detektor dini isu keamanan dan kenyamanan. Mereka tidak hanya mengawasi orang asing, tetapi juga perilaku mencurigakan, potensi pelaku bullying di gerbang, atau bahkan siswa yang menunjukkan tanda-tanda masalah yang memerlukan perhatian guru.

Dengan pelatihan yang tepat, Satpam dapat bertindak sebagai mata dan telinga bagi guru dan kepala sekolah, mampu mendeteksi masalah lebih awal sebelum membesar. Kepekaan sosial dan kemampuan observasi adalah senjata utama mereka dalam peran protektif ini.

Selain itu, Satpam adalah penegak ketertiban yang harus beroperasi secara humanis. Dalam konteks SRA, penegakan disiplin tidak boleh lagi menggunakan pendekatan hukuman fisik atau verbal yang kasar. Mereka tidak boleh menjadi sumber ketakutan bagi siswa.

Petugas profesional dan terlatih mampu menangani pelanggaran kecil, seperti siswa yang terlambat, dengan cara yang edukatif, bukan menghukum. Mereka bertugas menasihati, memberikan pemahaman tentang konsekuensi, dan berkolaborasi dengan Moderator/Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan guru bimbingan konseling. 

Ketegasan perlu diimbangi dengan kehangatan dan rasa hormat terhadap hak-hak anak. Untuk memenuhi peran ganda yang kompleks ini—sebagai petugas keamanan dan agen humanis—pelatihan Satpam Sekolah perlu ditingkatkan. 

Tidak cukup sekadar membekali mereka dengan keterampilan pengamanan dasar, tetapi juga pelatihan khusus tentang psikologi perkembangan anak, protokol perlindungan anak, dan etika pelayanan prima.

Pemerintah melalui Dinas Pendidikan, bersama dengan pihak sekolah, perlu menyadari bahwa investasi pada pelatihan dan kesejahteraan Satpam merupakan investasi langsung pada kualitas pendidikan dan perlindungan anak. Satpam yang berkualitas dan berdedikasi menjadi elemen tak terpisahkan dari instrumen penilaian SRA.

Pada akhirnya, Satpam Sekolah adalah cermin pertama dari budaya sekolah. Ketika mereka berdiri tegak, dilengkapi dengan keterampilan pengamanan dan hati yang ramah, mereka tidak hanya melindungi aset fisik. Lebih dari itu, mereka melindungi masa depan setiap anak.

Sudah saatnya kita melihat Satpam Sekolah bukan sebagai pegawai keamanan semata, melainkan sebagai profesional garda terdepan yang memanggul amanah penting: menjaga wajah pendidikan Indonesia agar senantiasa bersinar dengan keramahan dan perlindungan bagi seluruh anak bangsa.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved