FTA Uni Eropa-India Ancam Pengidap HIV
Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia menggelar aksi di Kedubes India, menolak rencana FTA (Free Trade Agreemen) Uni Eropa-India
Penulis:
Ferdinand Waskita
Editor:
Juang Naibaho
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia (JOTHI) menggelar aksi di depan kedutaan besar India, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/10/2010). Mereka menolak rencana Uni Eropa-India dalam perjanjian kerjasama melalui FTA (Free Trade Agreemen) karena berdampak pada negara-negara berkembang, khususnya Indonesia tidak dapat mengimpor obat-obatan generik dari India.
"Padahal telah diketahui bahwa India telah menyediakan lebih dari 80 persen pengobatan HIV di negara-negara berkembang seluruh dunia, sehingga alasan tersebut yang mengharuskan India untuk tetap melakukan produksi obat generik bagi kebutuhan dunia," ujar koordinator JOTHI, Andreas PI ketika ditemui saat aksi di depan Kedubes India.
Andreas mengatakan, Uni Eropa mendorong kebijakan agresif pembatasan akses terhadap obat generik. Obat yang digunakan untuk mengendalikan kesehatan pasien HIV dan mampu menurunkan risiko pencegahan ini diproduksi oleh Farmasi Barat dengan harga 10.439 USD/tahun/pasien. Sejak India melakukan produksi ARV generik, harga obat ini turun hingga dibawah 300 USD/tahun/pasien.
"Setiap hari ribuan orang HIV di dunia membutuhkan obat ARV (Anti Retroviral)," imbuhnya
FTA India-EU terutama pada klausul IP provision (HKI-Hak Kekayaan Intelektual) TRIPS Plus dipastikan akan mempengaruhi pengobatan HIV di seluruh dunia.
Menurut Andreas, FTA juga akan menghambat Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pengobatan ARV untuk memerangi HIV/AIDS dan penyakit lainnya.
"Kami meminta pemerintah untuk tetap berkomitmen untuk menyelamatkan lebih dari 1 juta jiwa penduduk Indonesia yang diprediksikan terinfeksi HIV, dan segera mengembangkan kapasitas produksi ARV generik dalam negeri dengan harga yang terjangkau setidaknya di bawah Rp 2.500.000/pasien/tahun," ujarnya.
Dalam aksi unjuk rasa tersebut, JOTHI mengadakan aksi teatrikal guna penolakan FTA di depan Kedubes India. Pihak Kedubes India kemudian menerima perwakilan dari JOTHI untuk menyampaikan pendapatnya.(*)