Merapi Meletus
Sudah 275 Sapi Mati di Sleman
Sleman sebagai satu diantara beberapa sentra penghasil susu sapi perah juga turut terancam karena banyak sapi yang mati akibat letusan Merapi
Penulis:
Iswidodo

Kabid Peternakan Sleman, Ir Suwandi Aziz menjelaskan, ada sekitar 2000 ekor sapi perah yang ditangani oleh tim dokter hewan. Tersebar di tiga desa, yakni Umbul harjo, Kepuh harjo dan Glagaharjo, sebagai daerah yang diprioritaskan untuk mendapatkan penanganan kesehatan hewan.
Hingga saat ini terdata 275 sapi yang mati. Masih ada 12 sapi lagi yang belum sempat dievakuasi karena lokasinya masih cukup bahaya.
Dari 275 hewan yang ditemukan mati tersebut berasal dari Pelemsari dan Kaliadem yang terkena dampak awan panas dan debu vulkanik.
Fakultas Kedokteran Hewan UGM membantu penangan pengungsi dan hewan ternak dengan mendirikan Posko Medik Veteriner Gabungan untuk membantu penanganan kesehatan hewan korban Merapi.
Posko tersebut merupakan gabungan dari FKH UGM, RSH Prof Soperawi, PDHI Yogyakarta dan ADHPHKI dalam kegiatannya melibatkan ratusan dokter hewan yang bekerjasama dengan dinas peternakan Sleman.
Selain mati karena awan panas, sapi-sapi ini terkena radang saluran pernafasan dan pencernaan akibat tercemar pasir serta debu abu vulkanik
Ancaman kematian sapi juga datang karena pasokan pakan ternak dan air terganggu. Karena pakan hijauan yang ada di sana sudah tercemar debu vulkanik dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan ternak.
Rencananya, tim dokter hewan yang diterjunkan dari FKH UGM ini akan bekerja selama 3 bulan ke depan untuk membantu dinas peternakan Sleman dalam membantu penanganan kesehatan ternak sampai para pemilik ternak bisa kembali ke lokasi rumah masing-masing.
Sapi milik peternak yang sudah mati tersebut akan mendapat ganti rugi dari pemerintah dalam bentuk bantuan sapi yang sama.
Drh Kristianti yang bertugas tiap harinya di pos penampungan hewan Umbulharjo mengaku kebanyakan sapi yang ditanganinya sekitar 30-50 persen mengalami luka bakar.
Dari hasil pemantauan, jumlah sapi yang ada di penampungan semakin berkurang. Sebelumnya berjumlah 37 ekor, kini menjadi menjadi 23 ekor. (Humas UGM)