Blog Tribunners
Usaha Tebas Panen Lumayan Hasilnya
Jika panen tiba sawah yang dahulunya sepi menjadi hingar bingar
Penulis:
Fatkhul Muin
Editor:
Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Jika panen tiba sawah yang dahulunya sepi menjadi hingar bingar dengan
datangnya para penebas dari segala penjuru untuk membeli gabah dari para
petani dengan cara tebasan , yaitu membeli padi dengan cara taksiran
padi masih di sawah. Sistem tebasan ini ada seiring dengan hilangnya
tradisi memanen padi bersama-sama yang ketika saya kecil dulu dikenal
sebagai “derep” atau nderepake sebagai perwujudan gotongroyong
dikalangan masyarakat desa. Jika waktu panen tiba atau padi menguning
maka petani “wara-wara” kepada tetangga kanan kirinya untuk ikut memanen
padinya dengan system upah berupa padi yang ia dapatkan. Sehingga para
petani akan mendapatkan padi atau gabah sampai di rumah setelah
dikurangi upah yang diberikan kepada penderem. Namun seiring dengan
perkembangan jaman tradisi derep ini hilang secara perlahan-lahan
digantikan usaha tebas atau taksir padi yang sekarang sudah menjadi hal
yang biasa.
“ Sekarang tradisi derep sudah hilang pak, ya yang gantikan ya saya bersama teman-teman ini pak , sekarang para petani semua terima uang tunai , untuk kegiatan panen ini saya yang melakukannya dari potong padi , merontokkan sampai dengan naik truk saya ambil kuli . Nanti hitung-hitungannya ya harga kesepakatan dengan petani ditambah dengan biaya operasional kemudian dikurangi harga penjualannya jika ada kelebihannya ya kami serombongan ini untung , jika minus ya rugi “ ujar Madekan (55) penebas padi dari desa Sidi Gede kecamatan Welahan kabupaten Jepara.
Menurut Madekan yang telah berprofesi sebagai penebas padi dua puluh tahun lebih mengemukakan, usaha penebasan padi yang dilakukan oleh dia dan teman-temannya modal yang utama adalah kecermatan dalam menaksir padi dilahan . Dengan taksiran yang cermat padi yang didapatkan akan sesuai dengan hitungan atau prediksi , namun jika penaksirannya sembarangan bisa terjadi padi yang didapatkan tidak sesuai dengan hitungan awal. Dalam system tebas padi jika padinya bagus kualitasnya akan saling menguntungkan antara petani dan juga penebas, petani akan untung karena biaya yang dikeluarkan untuk merawat padi sudah lebih dari cukup.
Disisi penebas padi yang bagus rendemannya akan rendah
sehingga harga jualnya cukup tinggi dan ini akan membuat untung si
penebas. Namun jika kualitas padi di sawah jelek misalnya dalam kondisi
jatuh maka dapat dipastikan akan sulit dalam hal pemanenannya yang
tentunya akan berimbas pada hasil yang didapatkan .Jika penghitungannya
tidak cermat maka penebas akan mengalami kerugian karena padi yang
didapatkan tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan kepada petani
yang padinya ditebas. Oleh karena itu setiap rombongan penebas mempunyai
seseorang yang mempunyai keahlian khusus dalam menaksir padi dalam
keadaan masih ada tangkainya di lahan.
“ Kalau di tanya apakah penebas pernah mangalami kerugian , ya pasti pernah pak namun kerugian itu dengan kadeuntungannya pasti banyak untungnya , kerugian yang pasti terjadi apabila padi itu kualitasnya jelek juga banyak angin sehingga banyak yang jatuh selain pemanenannya sulit juga mengurangi bobot timbangan “ cerita Pak Sukahar (60) penebas dari desa Gajah Demak ketika menebas panen padi di sawah warga desa Gerdu kecamatan Kedung kabupaten Jepara belum lama ini.
Ketika ditanya kendala yang menghadang para penebas pak Sukahar mengatakan , kurangnya modal sehingga dalam menjalankan usaha mereka sering pinjam modal kepada para tengkulak yang akan membeli gabahnya tentunya dengan potongan harga jual berapa persen. Oleh karena itu fihaknya mohon kepada pemerintah bagaimana caranya para penebas ini mendapatkan modal secara ringan agar usaha yang mereka jalankan semakin lancar . Modal yang sekarang ia jalankan bersama-sama teman adalah modal patungan dari beberapa orang kekurangannya baru pinjam pada bakul atau tengkulak yang membeli gabahnya . Kadang-kadang modal yang dibawa tidak mencukupi dengan taksiran yang dilakukan oleh mereka , sehingga hal tersebut menjadi bagian dari penebas lainnya.
“ Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan dan
pembinaan dari pemerintah agar kami-kami yang mempunyai usaha penebas
padi akan lancar usahanya , karena apapun yang terjadi kami-kami ini
juga membantu petani dalam rangka pemasaran hasil mereka. Semakin banyak
penebas harga akan semakin bersaing dan ini akan menguntungkan para
petani”, harap Pak Sul teman pak Sukahar.
Memang saat ini tradisi derep atau panen padi secara bergotong royong atau beramai-ramai sudah tergeser dengan datangnya para penebas padi , selain semuanya serba praktis juga para petani dengan cepat memperoleh dana hasil panennya . Lain jika system derep masih berlaku maka petani akan menunggu waktu yang lama agar hasil mereka secepatnya menjadi uang , mereka masih memikirkan tempat untuk menyimpan gabah dan mencari pembeli . Apalagi jika panenan mereka kurang bagus maka petani akan kesulitan mencari penderep karena upah mereka didapatkan dari padi yang dipanen. Setelah adanya system penebasan padi ini diharapkan campur tangan pemerintah dalam rangka pemb inaan para penebas padi agar usaha mereka berjalan dengan lancar dan kemitraan mereka dengan petani terjalin dengan baik. (FM)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com)
“ Sekarang tradisi derep sudah hilang pak, ya yang gantikan ya saya bersama teman-teman ini pak , sekarang para petani semua terima uang tunai , untuk kegiatan panen ini saya yang melakukannya dari potong padi , merontokkan sampai dengan naik truk saya ambil kuli . Nanti hitung-hitungannya ya harga kesepakatan dengan petani ditambah dengan biaya operasional kemudian dikurangi harga penjualannya jika ada kelebihannya ya kami serombongan ini untung , jika minus ya rugi “ ujar Madekan (55) penebas padi dari desa Sidi Gede kecamatan Welahan kabupaten Jepara.
Menurut Madekan yang telah berprofesi sebagai penebas padi dua puluh tahun lebih mengemukakan, usaha penebasan padi yang dilakukan oleh dia dan teman-temannya modal yang utama adalah kecermatan dalam menaksir padi dilahan . Dengan taksiran yang cermat padi yang didapatkan akan sesuai dengan hitungan atau prediksi , namun jika penaksirannya sembarangan bisa terjadi padi yang didapatkan tidak sesuai dengan hitungan awal. Dalam system tebas padi jika padinya bagus kualitasnya akan saling menguntungkan antara petani dan juga penebas, petani akan untung karena biaya yang dikeluarkan untuk merawat padi sudah lebih dari cukup.
Para penebas siap bekerja |
“ Kalau di tanya apakah penebas pernah mangalami kerugian , ya pasti pernah pak namun kerugian itu dengan kadeuntungannya pasti banyak untungnya , kerugian yang pasti terjadi apabila padi itu kualitasnya jelek juga banyak angin sehingga banyak yang jatuh selain pemanenannya sulit juga mengurangi bobot timbangan “ cerita Pak Sukahar (60) penebas dari desa Gajah Demak ketika menebas panen padi di sawah warga desa Gerdu kecamatan Kedung kabupaten Jepara belum lama ini.
Ketika ditanya kendala yang menghadang para penebas pak Sukahar mengatakan , kurangnya modal sehingga dalam menjalankan usaha mereka sering pinjam modal kepada para tengkulak yang akan membeli gabahnya tentunya dengan potongan harga jual berapa persen. Oleh karena itu fihaknya mohon kepada pemerintah bagaimana caranya para penebas ini mendapatkan modal secara ringan agar usaha yang mereka jalankan semakin lancar . Modal yang sekarang ia jalankan bersama-sama teman adalah modal patungan dari beberapa orang kekurangannya baru pinjam pada bakul atau tengkulak yang membeli gabahnya . Kadang-kadang modal yang dibawa tidak mencukupi dengan taksiran yang dilakukan oleh mereka , sehingga hal tersebut menjadi bagian dari penebas lainnya.
Kerja selesai gabah siap di pasarkan |
Memang saat ini tradisi derep atau panen padi secara bergotong royong atau beramai-ramai sudah tergeser dengan datangnya para penebas padi , selain semuanya serba praktis juga para petani dengan cepat memperoleh dana hasil panennya . Lain jika system derep masih berlaku maka petani akan menunggu waktu yang lama agar hasil mereka secepatnya menjadi uang , mereka masih memikirkan tempat untuk menyimpan gabah dan mencari pembeli . Apalagi jika panenan mereka kurang bagus maka petani akan kesulitan mencari penderep karena upah mereka didapatkan dari padi yang dipanen. Setelah adanya system penebasan padi ini diharapkan campur tangan pemerintah dalam rangka pemb inaan para penebas padi agar usaha mereka berjalan dengan lancar dan kemitraan mereka dengan petani terjalin dengan baik. (FM)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com)
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Berita Terkait